12 Nama Musim Di Pranata Mangsa Jawa dan Periode Waktu Terjadinya


Solo

Para petani Jawa zaman dahulu menggunakan pranata mangsa Untuk menentukan waktu bercocok tanam. Total, ada 12 musim Di pranata mangsa Jawa yang didasarkan atas peredaran semu Matahari.

Disadur Bersama dokumen unggahan e-Library Unikom, pranata adalah kata Jawa yang berarti Syarat. Di Di Yang Sama, mangsa bermakna musim. Sistem penanggalan ini sudah ada Sebelum lama Di tanah Jawa, Justru Sebelumnya zaman Hindu.

Di masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang membawa Mataram Islam Hingga masa keemasan, pranata mangsa dikembangkan menjadi sistem kalender. Kala itu, pranata mangsa dikenal Bersama istilah mangsa saja.


Sunan Spike Buwono VII Bersama Kasunanan Surakarta Sesudah Itu secara resmi menamakannya pranata mangsa. Sampai sekarang, pengetahuan Untuk acuan bertani ini masih dipergunakan meski perlahan-lahan tergeser perkembangan Ilmu Pengetahuan.

Sebagaimana sudah disinggung Di atas, terdapat total 12 nama musim Di pranata mangsa Jawa. Ini 12 nama musim dan penjelasan ringkasnya.

12 Musim Pranata Mangsa Jawa

Diringkas Bersama tulisan Supardiyono Sobirin bertajuk ‘Pranata Mangsa dan Kekayaan Budaya Dunia Kearifan Lingkungan’ yang dipublikasikan Di jurnal Kekayaan Budaya Dunia Nusantara, Hingga-12 musim pranata mangsa Jawa adalah:

1. Mangsa Kasa (22 Juni-1 Agustus)

Pertama, ada Mangsa Kasa yang berumur 41 hari. Sifat musimnya adalah ‘udan rasa mulya’ atau bila ada hujan turun, maka kesegaran dan kesejukan Berencana terasa. Di musim ini, daun-daun tumbuhan berguguran. Di Di itu, beberapa tanaman berbunga, seperti jambu, durian, manggis, nangka, rambutan, dan srikaya.

Para petani memanfaatkan Mangsa Kasa Untuk membakar sisa batang padi yang tertinggal sehabis panen. Tanah sawah lalu diolah lagi Untuk ditanami palawija, seperti kacang, jagung, blewah, hingga ubi. Adapun tanah kering, dibiarkan saja.

2. Mangsa Karo (2-24 Agustus)

Selepas Mangsa Kasa, hadirlah Mangsa Karo yang berlangsung Di 23 hari. Petani mulai resah Di mangsa ini Lantaran Kebugaran yang kering. Padahal, tanaman-tanaman palawija yang Sebelumnya Itu ditanam membutuhkan pengairan.

Mangsa Karo ditandai Bersama tumbuhnya benih tanaman palawija. Pohon jambu, durian, mangga gadung, nangka, dan rambutan berbunga. Di Di Yang Sama, pisang, jeruk, dan sawo kecik berbuah.

Tafsir Mangsa Karo adalah ‘bantala rengka’. Artinya, musim ini punya ciri khas tanah yang retak atau berbongkah. Di Mangsa Karo, salah satu tandanya adalah menetasnya telur-telur hewan melata.

3. Mangsa Katiga (25 Agustus-17 September)

Di musim ini tanaman-tanaman merambat mulai tumbuh. Petani sudah bisa memanen sebagian tanaman palawija. Untuk pengairan, para petani memanfaatkan air sungai atau sumur yang masih punya cadangan air.

Mangsa Katiga yang berlangsung Di 24 hari adalah puncak musim paceklik. Tanah tidak dapat ditanami Lantaran Kebugaran air minim dan cuaca panas. Sumur banyak yang kering dan angin berhembus membawa debu.

4. Mangsa Kapat (18 September-12 Oktober)

Musim keempat Bersama pranata mangsa adalah Mangsa Kapat. Ini adalah peralihan Bersama kemarau Hingga hujan alias musim pancaroba. Mangsa Kapat berlangsung Di 25 hari, ditandai Bersama burung pipit dan manyar yang mulai membuat sarang.

Sawah petani belum bisa ditanami Supaya dipergunakan Untuk tempat penyemaian padi gaga. Pohon kepel dan asam berbunga. Adapun pohon durian, duwet, dan nangka Menerbitkan buahnya. Tafsir Mangsa Kapat adalah ‘waspa kumembeng jroning kalbu’ atau mata air tidak keluar.

5. Mangsa Kalima (13 Oktober-8 November)

Mangsa Kalima masih termasuk momen pancaroba Bersama kemarau Hingga hujan. Musim ini juga dikenal Bersama nama labuh. Di Mangsa Kalima, tafsirnya adalah ‘pancuran emas sumawur ing jagat’ alias hujan pertama yang turun adalah karunia.

Sesudah masa kering yang demikian lama, petani menyambut Mangsa Kalima Bersama suka cita. Sawah mulai diolah, pematang diperbaiki, dan pengaturan pembagian air dimulai. Padi gaga yang Sebelumnya Itu disemai mulai disebarkan.

Mangsa Kalima ditandai Bersama keluarnya binatang-binatang melata Bersama sarang. Lalat beterbangan Di mana-mana. Pohon mangga, durian, dan duwet berbuah. Langit menampilkan rasi bintang Orion Di timur tanggal 13 Oktober pukul 00.00. Adapun Di utara, rasi bintang Pleiades terlihat.

6. Mangsa Kanem (9 November-21 Desember)

Bersama durasi 43 hari, Mangsa Kanem adalah berakhirnya pancaroba dan permulaan fase awal musim hujan. Hujan disertai petir mulai terjadi. Musim ini ditandai Bersama matangnya buah mangga, durian, dan rambutan. Petani memanfaatkan Mangsa Kanem Untuk mulai membajak sawah sebagai persiapan. Benih padi juga disemai.

7. Mangsa Kapitu (22 Desember-2 Februari)

Biasa dikenal Bersama musim rendeng atau hujan, Mangsa Kapitu berumur 43 hari. Curah hujan Di mangsa ini deras sekali. Petani mulai menanam bibit padi alias tandur. Pematang-pematang sawah yang rusak akibat hujan deras juga diperbaiki.

Mangsa Kapitu punya sifat ‘guci pecah ing segara’. Artinya, hujan terjadi terus-menerus Bersama intensitas tinggi. Sumber-sumber air Bersama Sebab Itu banyak Supaya memudahkan petani. Akan Tetapi, angin kencang dan sungai yang meluap Bersama Sebab Itu masalah lain Lantaran bisa menyebabkan Bencana Alam.

8. Mangsa Kawolu (3-28 Februari)

Di Mangsa Kawolu, hujan mulai berkurang, tetapi guntur dan kilat sambar-menyambar. Pohon kepel, gayam, dan sawo manila mulai berbunga, sedangkan alpukat, wuni, dan kepundung berbuah.

Petani menggunakan Mangsa Kawolu yang berlangsung Di 27 hari Untuk mematun, mendangir, dan merabuk (memberi pupuk) padi. Petani yang mengisi ladangnya Bersama jagung memulai panen.

Mangsa Kawolu ditandai Bersama perilaku kucing kawin, kunang-kunang bertebaran, dan tonggeret berkembang biak. Di Ditengah malam tanggal 3 Februari, rasi bintang Crux muncul Di langit timur, sedangkan Orion tampak menghiasi langit barat.

9. Mangsa Kasanga (1-25 Maret)

Berakhirnya Mangsa Kawolu berarti awal Mangsa Kasanga yang berumur 25 hari. Tafsir mangsa ini adalah ‘wedaring wacana mulya’ atau tersiarnya kabar berita. Para petani mulai mengerjakan lahan-lahan tegalannya. Adapun Di sawah, orang-orangan dibuat Di sana-sini Untuk mengusir burung.

10. Mangsa Kadasa (26 Maret-18 April)

Mangsa Kadasa adalah musim pancaroba Bersama hujan Hingga kemarau. Biasa dikenal sebagai mareng, Mangsa Kadasa berumur 24 hari Bersama tafsir ‘gedong mineb jroning kalbu’ (buah hati Di hati).

Padi Di sawah mulai menguning, sedangkan padi gaga Di tegalan siap dipanen. Para petani mulai sibuk memanen padi gaga Di tegalan dan mengusir burung pemakan bulir padi lainnya Di sawah. Keresahan Berencana datangnya musim kemarau mulai timbul.

11. Mangsa Dhesta (19 April-11 Mei)

Musim kesebelas pranata mangsa adalah Mangsa Dhesta yang punya karakteristik udara panas Di siang hari. Musim ini berumur 23 hari. Tafsirnya adalah ‘sotya sinorowedi’ yang bermakna permata hati, penuh kasih sayang.

Petani sibuk menuai padi Di sawah dan memanen umbi-umbian Di tegalan Di Mangsa Dhesta. Di sisi lain, telur burung menetas dan sang induk Melakukanlangkah-Langkah keras menyuapi anak-anaknya. Langit selatan dihiasi rasi bintang Crux.

12. Mangsa Shada (12 Mei-21 Juni)

Mangsa Shada berlangsung Di 41 hari. Tandanya adalah udara dingin menusuk tulang Di pagi hari, pertanda awal kemarau. Hujan sudah tidak ada lagi Supaya cadangan air Di sumur mulai berkurang.

Petani selesai memanen padi, lalu menjemur gabah Untuk Lanjutnya disimpan. Sisa-sisa jerami Di sawah dibakar. Tanah mulai digarap Untuk persiapan menanam palawija. Di musim ini, kerbau dan sapi diistirahatkan.

Nah, itulah penjelasan ringkas mengenai 12 nama musim pranata mangsa Jawa. Semoga menambah wawasan detikers, ya!

Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: 12 Nama Musim Di Pranata Mangsa Jawa dan Periode Waktu Terjadinya