Bandung –
Bahasa Sunda punya keunikan sendiri, kecuali punya kata ‘téh’, bahasa Sunda juga punya kata sambung ‘nu’ atau ‘anu’. Kedua kata itu kurang lebih punya makna dan kegunaan yang sama.
Tetapi, sering kali ada kebingungan Justru Untuk orang Sunda sendiri, kapan harus menggunakan ‘nu’ dan kapan harus menggunakan ‘anu’.
Jangan bingung, Untuk Bacaan Tata Bahasa Sunda karangan D.K. Ardiwinata (terjemahan Indonesia Dari Ayatrohaedi, Balai Pustaka: 1984) dijelaskan hal ihwal ‘nu’ atau ‘anu’.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk penjelasannya, tampak tidak ada perbedaan Di kedua kata itu. Agar, mau menggunakan ‘nu’ atau ‘anu’ tergantung kesukaan pengucapnya.
Tetapi, D.K. Ardiwinata menjelaskan fungsi-fungsi ‘nu’ atau ‘anu’ yang sangat penting Sebagai disimak Dari Kelompok Sunda Pada ini maupun mereka yang Untuk belajar tata bahasa Sunda. Apa saja fungsinya? Simak yuk!
4 Fungsi ‘Nu’ atau ‘Anu’ Untuk Bahasa Sunda
Secara Keseluruhan ‘nu’ atau ‘anu’ yang digunakan Untuk bahasa Sunda punya arti yang sepadan Untuk bahasa Indonesia, yaitu kata sambung ‘yang’. Kegunaannya bisa sebagai kata ganti, pemberi keterangan, maupun penyematan sifat. Berikut penjelasannya:
1. Kata Ganti Benda
‘Nu’ atau ‘anu’ menurut D.K. Ardiwinata berfungsi “Dari Sebab Itu kata ganti benda yang Didalam sengaja tidak disebutkan”.
Contoh: Hingga nagara Anu, aya raja anu ngaranna Anu (Hingga negeri anu, ada seorang raja bernama anu).
2. Dirangkai Didalam Kata Kerja atau Sifat
“Jika nu dirangkaikan Didalam kata kerja atau kata sifat, perannya adalah sebagai kata ganti benda apa pun yang Memiliki pekerjaan atau sifat tersebut.”
Contoh: Peuting tadi kuring ngadéngé nu ceurik (saya semalam mendengar ada yang menangis, ‘nu’ dirangkai Didalam kata kerja ‘ceurik’). Ali téh ku nu nimu dibikeun ka nu boga (Cincin itu Dari yang menemukan diserahkan kepada pemiliknya, ‘nu’ dirangkai Didalam sifat ‘boga’).
3. Keterangan Untuk Kata Sebelumnya Itu
Menurut Ardiwinata, fungsi ‘nu’ atau ‘anu’ adalah juga “Sebagai Menunjukkan kata yang disebutkan sesudahnya sebagai ciri atau keterangan Untuk kata Sebelumnya Itu; bukan sebagai obyek.
Contoh: Kuda anu jangkung téh paéh kamari soré (kuda yang tinggi mati kemarin sore). Tuh budak nu jalugjug jangkung téh anak kuring (tuh anak yang tinggi semampai itu anakku).
4. Penghubung Anak Kalimat Didalam Kalimat Induk
Fungsi ‘nu’ atau ‘anu’ yang keempat adalah “Sebagai menghubungkan anak kalimat yang merupakan sifat Untuk kalimat induknya”.
Contoh: Kuring papanggih jeung tuan, anu rék nyéwa imah urang téa (Saya bertemu Didalam tuan yang mau menyewa Tempattinggal kita itu. ‘Anu rék nyéwa’ merupakan anak kalimat sekaligus menjadi sifat Untuk ‘tuan’).
Demikian empat fungsi ‘nu’ atau ‘anu’ Hingga Untuk tata bahasa Sunda. Semoga membantu ya!
(iqk/iqk)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: 4 Fungsi ‘Nu’ atau ‘Anu’ Untuk Bahasa Sunda, Jangan Sampai Salah