Bandung –
Bahasa Sunda menganut sistem ‘undak-usuk’ atau tingkatan tutur Untuk penggunaannya, Agar mengenal kata halus dan kasar. Kata-kata kasar ketika diucapkan Berencana memberi kesan songong.
Meski sistem undak-usuk berasal Untuk zaman feodal Hingga Sunda, tingkatan tutur itu masih dipakai hingga Pada ini. Bagaimana penjelasan mengenai bahasa Sunda halus dan kasar?
Cendekiawan Sunda, Daeng Kanduruan Ardiwinata atau dikenal sebagai D.K. Ardiwinata menulis Bacaan berjudul ‘Elmoening Basa Sunda’ Untuk bahasa Belanda yang Lalu diterjemahkan Hingga Untuk Indonesia Bersama Ayatrohaedi, menjadi ‘Tata Bahasa Sunda’, diterbitkan Balai Pustaka (1984). Hingga Untuk Bacaan itu, dijelaskan tingkatan tutur halus hingga bahasa kasar.
Bahasa lemes (halus) dipakai Bersama sesama bangsawan, atau Bersama orang kebanyakan kepada bangsawan.
“Bahasa itu Ke mulanya tidak terlalu banyak, Justru Hingga jaman yang telah lama silam tidak ada sama sekali. Akhir-akhir ini sajalah kosakata lemes bertambah, akibat munculnya kata-kata lemes ciptaan Mutakhir,” tulis Ardiwinata.
Basa songong (bahasa kasar) adalah yang digunakan Bersama orang kebanyakan kepada sesama mereka, atau Bersama bangsawan kepada orang kebanyakan.
Pembagian Bahasa Lemes
D.K. Ardiwinata membagi basa lemes (bahasa halus) Hingga Untuk beberapa Pada, yang dibedakan Untuk segi penempatannya, apakah Sebagai orang lain atau Sebagai diri sendiri. Contoh kata Rawuh; Sumping; Dongkap, yang semuanya berarti ‘datang’.
1. Basa Luhur
Basa luhur atau bahasa yang sangat halus, biasanya digunakan Bersama rakyat kebanyakan kepada para pengagung. Menurut Ardiwinata, bentuk luhur (lemes pisan) dipergunakan Sebagai kalangan yang amat dihormati, misalnya raja, residen, dan bupati. Contoh kalimat: Pangawulaan bade rawuh ka dieu’ artinya Bupati Berencana berkunjung
Hingga mari.
2. Basa Lemes Biasa
Basa lemes biasa atau bentuk halus biasa dipergunakan Sebagai kalangan yang lebih rendah daripada bupati, Akan Tetapi masih Untuk kalangan pengagung.
Contoh kalimat: Juragan Wadana bade sumping ka dieu yang artinya Bapak Wedana Berencana datang Hingga marl.
3. Basa Lemes ka Sorangan
Basa lemes ka sorangan atau bentuk halus Sebagai diri sendiri dipergunakan Sebagai diri sendiri (pembicara), Akan Tetapi Untuk konteks menghormati lawan bicara yang adalah pengangung.
Contoh kalimat: Abdi nembe dongkap artinya saya Mutakhir datang.
Kata-kata Sunda Kasar Bersama Arti dan Contohnya
Bentuk kasar Hingga Untuk bahasa Sunda tidak ada pembagiannya seperti bahasa halus, bahasa kasar hanya kasar saja. Hingga bawah ini, ada sebuah daftar kata-kata kasar yang harus dikenali agar tidak salah ucap. Salah-salah, nanti Disorot songong.
1. Aing
Aing berarti saya. Kata ini bisa digunakan Pada berbicara Bersama teman sebaya yang sudah Didekat. Akan Tetapi sebaiknya hindari menggunakan kata aing. Kamu bisa pakai abdi atau kuring sebagai kata pengganti saya Untuk bahasa Sunda yang tingkatannya lebih sopan dan halus.
Contoh :
– Aing mah sok heran lamun aya jelema siga kitu teh. (Saya suka heran kalau ada orang seperti itu tuh)
2. Sia
Sia berarti kamu. Akan Tetapi ini kata pengganti kamu yang kasar. Daripada menggunakan kata sia, kamu bisa mengganti sia Bersama kata kata anjeun.
Contoh :
Sia mah sok kitu ka urang teh, ngalunjak. (Kamu sering seperti itu sama saya, melunjak)
3. Anjing atau Anying
Kata umpatan yang paling sering terdengar Untuk orang Sunda. Pada berbicara orang Sunda kerap menyelipkan kata anjing, entah itu Untuk konteks marah, kaget Justru merasa kagum.
Orang Sunda yang Memperoleh logat yang kental biasanya Memperoleh intonasi yang khas Pada mengatakan anjing. Terkadang kata anjing ini melebur hingga terdengar seperti kata anying.
Contoh :
– Anjing lah, tong pipilueun urusan batur. (Anjing! jangan ikut campur urusan orang lain)
4. Anjir
Kata kasar ini sebenarnya adalah turunan Untuk kata anjing. Anjir dinilai lebih halus daripada anjing. Akan Tetapi tetap saja, anjir merupakan sebuah kata umpatan.
Hingga tanah Sunda, sering orang mengatakan anjir Pada kesal, marah, terpesona atau hanya tambahan ungkapan Untuk kalimat yang biasa saja.
Contoh :
– Anjir, hape anyar euy meni gaya. (Cie, handphone Mutakhir gaya nih)
5. Kehed
Kehed artinya sialan. Sering juga dipakai sebagai kata umpatan.
Contoh :
– Kehed teh, ari aya butuhna we ka urang mah. (Sialan, giliran ada butuhnya aja Hingga saya).
6. Belegug
Artinya bodoh. Biasanya banyak disebut Pada mengatai orang yang dinilai bodoh.
Contoh :
Da belegug atuh da sia mah! (Dasar bodoh sih kamu!)
7. Modar
Arti kata modar adalah mati. Akan Tetapi Lalu sering digunakan umpatan.
Contoh :
– Modar tah barudak kapanggih garelut ku polisi. (Mati tuh anak-anak ketahuan berkelahi Bersama polisi)
8. Koplok
Kata umpatan yang artinya setara Bersama kata goblok. Biasanya digunakan sebagai kata umpatan atau juga sering menjadi sebutan kasar Sebagai seseorang.
Contoh:
– Koplok, teu baleg pisan Bersama Sebab Itu jelema teh. (Goblok, enggak bener banget sih Bersama Sebab Itu orang)
– Tuh da Si Koplok mah, bisaan we ari ngajawab. (Tuhkan dasar si goblok, bisa aja kalau ngejawab)
9. Beungeut
Sebenarnya beungeut berarti muka atau wajah Untuk Bahasa Indonesia, tapi tingkatannya adalah yang paling kasar Untuk bahasa Sunda. Biasanya kata beungeut Sebagai mengata-ngatai wajah seseorang
Contoh :
– Beungeut sia tah pabalatak. (muka kamu tuh berantakan)
10. Lebok
Arti kata lebok sebenarnya adalah makan. Akan Tetapi ini adalah tingkatan kata Sebagai makan yang kasar dan sebaiknya dihindari. Untuk keseharian, kata lebok digunakan Sebagai Memberi makna “rasakan” atau “makan tuh”.
Contoh :
– Lebok tah, ceuk aing oge naon. (Rasakan/ makan tuh, saya sudah bilang kan)
11. Ontohod
Kata ini berarti bodoh. Kata ini sempat populer Sebab sering diucapkan Untuk cerita Kabayan dimana mertua Kabayan, yakni abah mengata-ngatain menantunya yang sering melakukan kekonyolan.
Contoh :
– Ontohod! Piraku nangka dititah balik sorangan atuh Kabayan! (Bodoh, masa nangka disuruh pulang sendiri)
12. Ngajedog
Artinya adalah diam. Biasanya digunakan Sebagai menyuruh seseorang diam atau tidak ikut berbicara atau melakukan sesuatu.
Contoh :
– Cik atuh ngajedog lah sakeudeung tong laloba omong (Coba diam dulu sebentar, jangan banyak bicara)
13. Halik
Halik artinya awas Akan Tetapi kasar. Biasanya digunakan Sebagai menggertak seseorang atau mengusir orang lain secara kasar. Biasannya diikuti Bersama kata siah, atau halik ku aing.
Contoh :
– Halik siah tong ngahalangan jalan, Kendaraan Bermotor Roda Dua aing rek liwat. (Awas jangan menghalangi jalan, Kendaraan Bermotor Roda Dua saya mau lewat).
14. Sungut / babangus
Artinya mulut Akan Tetapi kasar. Biasanya orang yang memakai membuat orang yang mendengarnya merasa tidak nyaman.
Contoh :
– Sakolakeun sungut maneh tah. (Hingga sekolahkan tuh mulut kamu)
15. Goblog / Goblok
Artinya sama Bersama goblok Untuk bahasa Indonesia yakni berarti bodoh. Akan Tetapi orang Sunda biasanya mengucapkan kata goblog alih-alih goblok. Dikatakan sebagai umpatan kasar Ke orang Pada Lagi marah atau kesal.
Contoh :
– Goblog da sia mah! (Bodoh dasar kamu)
16. Belekok
Masih sama Bersama belegug atau goblog, yakni berarti bodoh. Meski terdengar lucu, tapi kata belekok tetaplah kasar.
Contoh :
– Maneh mah da belekok sih (kamu sih dasar bodoh).
17. Boloho
Kata yang masih berarti bodoh. Terdengar lebih halus tapi sebaiknya hindari menyebut orang lain Bersama kata boloho.
Contoh :
– Dasar budak boloho (dasar anak bodoh).
18. Bebel
Bahasa umpatan yang setara Bersama kehed. Kata ini termasuk kasar dan sebaiknya dihindari Sebagai dikatakan.
Contoh :
– Si bebel, lamun ngomong teh tong sok sangeunahna. (Si bebel, kalau bicara jangan seenaknya)
19. Bagong
Sama seperti kata anjing, bagong juga kata umpatan yang sering dikatakan orang Sunda.
Contoh :
– Si Bagong
20. Hakan
Arti kata hakan sebenarnya adalah makan. Akan Tetapi hakan adalah kata yang kasar dan sebaiknya dihindari. Kata hakan digunakan sebagai umpatan yang arti “rasakan” atau “makan tuh”.
Contoh :
– Hakan siah, bongana teu ngadengekeun. (Rasakan, suruh siapa enggak mau dengar)
21. Bagoy
Kata Bagoy adalah turunan kata Bagong yang lebih umum digunakan Hingga kawasan Priangan Barat seperti Cianur dan Sukabumi.
Contoh:
– Didagoan ti isuk mula kakara jol Ditengah poe, Bagoy! (Ditunggu Untuk pagi, malah datang siang bolong, Bagoy)
22. Pehul
Kata Pehul merupakan akronim Untuk ‘peot hulu’, maksudnya Sebagai menghina orang yang dituju sebagai orang yang tidak punya otak, Agar kepalanya seperti mengerut Sebab tidak ada isinya.
Contoh:
– Euh, piraku tembok masigit digambaran nu teu paruguh atuh, dasar peot hulu! (Masa tembok masjid digambari gambar yang tak pantas, dasar peot hulu)
23. Pamatuk
Pamatuk artinya paruh Ke unggas, entah ayam atau burung. Paruh burung senantiasa berkicau, kata ini biasanya digunakan Sebagai mengumpat orang yang nyerocos bicara atau bicara sembarangan.
Contoh :
– Pamatuk téh teu diraksa! (Mulutmu tuh, jaga!)
24. Itil
Kata itil sangat kasar Hingga Sunda, sebab bahasa halusnya adalah ‘rarangan’, atau lebih spesifik ‘tarangbaga’. Itil adalah alat kelamin perempuan.
Contoh:
– Geulis-geulis bangor, itil! (Cantik-cantik kok nakal, itil!)
25. Nyingkah
Orang kalau meminta lawan bicaranya pergi Bersama cara yang halus pasti menggunakan kata permisi atau ‘punten’. Tetapi penggunaan ‘Nyingkah’ tidak perlu, nyingkah adalah kata kasar Sebagai mengusir orang jika dipakai sebagai kata perintah.
Contoh:
– Nyingkah sia bagoy! (Pergi kau, bagoy!)
26. Mantog
Kata mantog berarti pulang. Akan Tetapi, biasanya mantog diucapkan sebagai perintah orang tua kepada anak mereka yang Ke sore hari tak kunjung pulang Untuk bermain. Orang tua Berencana sambil marah-marah menyuruh anaknya pulang.
Contoh:
– Ulin teu apal waktu sia kehed, mantog! (bermain tak ingat waktu kau nakal, pulang!)
27. Cungur
Cungur sama artinya Bersama bangus, mulut Ke binatang. Jika dipakai Sebagai orang, cungur tentu menjadi kasar. Tetap, cungur hanya diucapkan sebagai respons Sebagai orang yang mulutnya tidak dijaga.
Contoh:
– Naha ari sia cungur téh kamana waé! (Ya, kamu tuh mulut ngomong kemana saja tidak dijaga)
28. Si Bangkawarah
Orang yang nakal kebangetan biasanya disebut ‘bangkawarah’. Ini semacam ungkapan Bersama arti orag yang nakal itu tidak Memperoleh Belajar yang baik (warah) Untuk orang tua mereka.
Contoh:
– Cau sasikat ku sia béak sorangan teu inget batur, Si Bangkawarah! (Pisang satu sisir habis olehmu sendiri tidak ingat orang lain, bangkawarah)
29. Bolokotondo
Bplokotodo adalah kutu, tapi sering juga namanya dipakai sebagai kata kasar. Seperti bangsat Untuk bahasa Indonesia, nama kutu yang dipakai mengumpat.
Contoh:
– Euweuh kaéra sia mah leutik kénéh geus bobogohan, bolokotondo! (Tak ada malu kau masih kecil sudah pacaran, bolokotondo)
30. Silaing
Kata Silaing adalah kata ganti Sebagai lawan bicara, berarti ‘anda’. Tetapi silaing merupakan kata kasar.
Contoh:
– Hirup kénéh silaing bangsat! (Masih hidup kau, bangsat)
31. Babatok
Babatok adalah tempurung, maksudnya tempurung kepala. Jika menyentuh kepala lawan bicara seperti menoyor adalah tidak sopan, berkata-kata tentang kepala juga demikian.
Contoh:
Naha bodo-bodo teuing kawas teu boga babatok! (Bodoh kamu, kayak tidak punya otak)
32. Polo
Polo Hingga Untuk bahasa Inggris adalah ‘brain’, otak secara fisik. Polo dikatakan kepada isi kepala binatang seperti ayam atau kambing.
Contoh:
– Teu gableg polo sia mah harta kolot béak dipaké judi! (Tak punya otak kau, harta orang tua habis dipakai judi)
33. Gubug
Gubug bukan gubuk Hingga Untuk bahasa Indonesia, melainkan ‘Membahas’. Ngagubug berarti Membahas tanpa permisi.
Contoh:
– Kamana korék aing, boa digubug ki Si Misdu (kemana korekku, apa dibawa sama Si Misdu)
34. Padog
Madog berarti mencuri, kata ini kasar dan terkesan menuding.
Contoh:
– Korek aing leungit siah Misdu, ku sia dipadog nya? (Korekku hilang, kamu yang curi ya Misdu?)
35. Kokod
Kokod adalah tangan, kata ini kasar dan juga telah menyerap menjadi peribahasa. Tangan yang selalu tidak beres Untuk bekerja disebut kokod monongeun.
Contoh :
– Yanti deuleu kokod anak sia ngopépang kana kuéh pangantén (Yanti, lihat itu tangan anakmu meraba kue pengantin)
36. Cokor
Cokor adalah kaki, bahasa halus cokor adalah ‘Sampéan’, ‘Apé’, da cokor dipakai sebagai kata kasar Sebagai memarahi orang yang tidak sopan Untuk menggunakan kaki.
Contoh:
– Cik atuh sia téh kopéah montong ditokér ku cokor! (Duh, peci tuh jangan ditendang)
37. Nyatu
Nyatu adalah makan. Akan Tetapi, kata nyatu sangat kasar seperti kepada hayam atau ayam.
Contoh:
– Kabisa téh nyatu wéh sia mah Kabayan! (Kebisaanmu itu hanya makan saja Kabayan)
38. Lolodok
Lolodok sama Bersama nyatu, tapi yang biasanya melakukan ‘lolodok’ adalah ungga jenis bebek atau angsa. Selain seperti ‘nyosor’ Hingga Makanan, juga makan Bersama cara berisik.
Contoh:
– Katempo téh lolodok wéh sia mah, iraha gadagna! (Makan terus kamu, kapan kerjanya!)
39. Soblog
Sama Bersama goblog atau goblok, Akan Tetapi diselewengkan supaya terkesan halus, padahal tetap saja kasar.
Contoh:
– Montong nyeungeut pepetasan Hingga jero madrasah, soblog! (jangan menyalakan petasan Hingga Untuk madrasah, bodoh)
40. Heunceut Beureum
Jangan ucapkan kata kasar ini, apalagi jika Hingga tempat umum Hingga Sunda. Akhirnya Berencana malu sendiri. Apa artinya heunceut beureum? ‘Heunceut’ semakna Bersama itil, yaitu alat kelamin perempuan, semantara ‘beureum’ adalah warna merah.
Contoh:
– Teu balég sia mah, heunceut beureum! (Tak benar kamu, heunceut beureum)
Demikian kata-kata kasar Hingga Sunda, jangan diucapkan sembarangan ya.
(tya/tey)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: 40 Kata-kata Kasar Hingga Sunda dan Artinya, Jangan Diucapkan!