Gianyar –
Subak Gede Buahan Hingga Desa Buahan Kaja, Kecamatan Payangan, Gianyar, Bali, Mengadakan Kearifan Lokal nyelung. Nyelung merupakan Kearifan Lokal menghaturkan persembahan hasil Agrikultur warga subak setempat Hingga Pura Pucak Pausan, Desa Adat Pausan, Desa Buahan Kaja.
Prajuru Subak Tengipis, I Nyoman Rawi, mengatakan Kearifan Lokal ini digelar setiap 10 tahun sekali Di hari Purnama Kasa Di penanggalan tahun masehi berakhiran empat. Tepat 2024, Kearifan Lokal nyelung digelar mengikuti upacara piodalan Hingga Pura Pucak Pausan setiap Purnama Kasa, dua tahun sekali.
“Tahun ini ritual nyelung dilaksanakan hari ini Di prosesi berjalan Ke pura sejauh 10 kilometer Di mengusung sarana jelungan,” terang Rawi, Rabu (24/7/2024).
Kearifan Lokal ini digelar Subak Gede Buahan yang terdiri Di Subak Buahan, Subak Susut, Subak Selat, dan Subak Tengipis. Nyelung berasal Di kata ‘jelung’ yang berarti wadah besar Di anyaman bambu. Wadah ini berisi persembahan berupa hasil tani.
“Mengungkapkan rasa syukur kami kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa atas hasil Agrikultur yang dilimpahkan,” imbuh Rawi.
Rawi menjelaskan Kearifan Lokal nyelung sudah ada Sebelum dahulu kala dan terus dilaksanakan sekali Untuk 10 tahun. “Kami melanjutkan warisan leluhur sebagai ungkapan rasa terima kasih atas berkah hasil tani yang ada Hingga subak ini,” jelasnya.
Detailnya, Untuk jelung itu ada hasil tani berupa pala bungkah (umbi-umbian), pala gantung (buah-buahan), daging babi, ayam, itik, dan miniatur alat Agrikultur. Isiannya juga lengkap Di sarana upacara yang dihias sedemikian rupa yang menciptakan kesan kesucian dan kesakralan.
Proses mengarak Di Pura Puseh Desa Adat Buahan Dari Subak Buahan dan Subak Susut dan diiringi perlengkapan umbul-umbul, tedung (payung tradisional Bali), dan diiringi gamelan gong.
Prosesi Kearifan Lokal nyelung, Kearifan Lokal menghaturkan persembahan hasil Agrikultur warga Hingga Pura Pucak Pausan, Desa Adat Pausan, Desa Buahan Kaja, Kecamatan Payangan, Gianyar, Rabu (24/7/2024). (Istimewa)
|
Setiba Hingga Balai Banjar Selat, pengarak digantikan Krama Subak Selat sampai Hingga Pertigaan Banjar Tengipis. Lalu digantikan Dari Krama Subak Tengipis sampai Hingga Pura Pucak Pausan.
“Hingga pura, jelung diarak mengelilingi pura sebanyak tiga kali. Masing-masing subak satu putaran. Dan terakhir jelung Hingga stanakan Hingga utama mandala pura, umat melakukan persembahyangan bersama” pungkas Rawi.
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Kearifan Lokal Nyelung, Persembahkan Hasil Tani Hingga Buahan Gianyar Tiap 10 Tahun Sekali