Surabaya –
Jalan Bubutan yang kini menjadi salah satu akses utama Di jantung Kota Pahlawan menyimpan cerita sejarah yang belum banyak diketahui. Dahulu, Di kawasan ini berdiri Gedung Nasional Indonesia (GNI) serta Kantor Pengurus Pusat NU pertama Di Surabaya.
“Bubutan itu menjadi lokasi penting Lantaran lahirnya sejarah NU pertama itu Di Bubutan, Sesudah Itu Gedung Nasional Indonesia yang dipimpin dr. Soetomo. Menjadi tempat penting Dari periode pergerakan, pra-kemerdekaan,” ujar Sejarawan Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo kepada detikJatim, Kamis (19/12/2024).
Yang pertama, ada Gedung Nasional Indonesia menjadi pusat berbagai gerakan, termasuk pernah menjadi tempat Kegiatan ekonomi, kebudayaan, politik, Kesejajaran hingga Belajar. Dibangun Di tahun 1927, gedung ini beroperasi hingga tahun 1940, Sebelumnya akhirnya ditutup dan tidak digunakan lagi Di masa penjajahan Jepang.
“Gedung Nasional sebagai pusat gerakan ada Kegiatan ekonomi, kebudayaan, politik, Kesejajaran dan Belajar. Dari tahun 1927, telah ada Gedung Nasional itu dan ditutup 1940, zaman Jepang sudah tidak kepakai,” ungkapnya.
Sesudah mengikuti perkembangan zaman yang kian modern, Gedung Nasional Indonesia tidak berfungsi seperti dahulu lagi. Menurut Kuncar, ini akibat Bersama perubahan sejarah yang membuat Gedung tersebut Sesudah Itu dijadikan sebagai Museum.
“Ya, sekarang (GNI) sudah nggak berfungsi sebagai pusat gerakan Lantaran sejarahnya berubah, tetapi sekarang kawasan itu sudah dijadikan Museum GNI,” sebutnya.
Yang kedua, ada Kantor Pengurus NU pusat pertama Di Surabaya, yang terletak Di kawasan Bubutan. Kini, gedung tersebut masih eksis dan digunakan sebagai kantor PCNU Surabaya.
“Ya gedung NU itu kan sampai sekarang masih dipakai, kantor NU pertama, pengurus NU pusat pertama Di Surabaya ada Di Di Jalan Bubutan situ,” tegasnya.
Kendati tidak banyak catatan peristiwa yang tercatat, Kampung Bubutan dikenal Bersama Tempattinggal-Tempattinggal yang indah, semuanya milik saudagar pribumi, termasuk yang menghadap jalan.
Sepanjang sejarahnya, kawasan ini tidak pernah dihuni Dari orang Foreign. Bersama dulu hingga kini, hampir seluruh Tempattinggal Di gang-gang tersebut masih dimiliki Dari orang pribumi, Kendati kini banyak yang disewakan.
“Di kampung Bubutan itu rumahnya bagus-bagus, semuanya itu saudagar pribumi sampai yang menghadap jalan itu saudagar pribumi, tidak ada orang Foreign sama sekali. Bersama dulu sampai sekarang, hampir Di seluruh gang, cuma Mungkin Saja sekarang disewakan,” urai dia.
“Sampai Jalan Bubutan, Jalan Pahlawan itu semuanya milik orang pribumi yang mana Di tanda kutip itu orang kaya Bersama dulu sampai zaman sekarang. Tempattinggal-rumahnya yang hadap Hingga jalan raya khususnya,” tandasnya.
Di era sekarang, Jalan Bubutan menjadi salah satu kawasan penting Di Kota Surabaya. Sebagai jalan utama yang strategis, Bubutan dikelilingi Dari bangunan-bangunan yang mencerminkan perpaduan arsitektur kolonial dan modern. Meski telah Merasakan banyak perubahan, kawasan ini tetap mempertahankan nilai historisnya sebagai Pada Bersama jantung kota.
Jalan Bubutan juga dipenuhi Dari deretan pertokoan, perkantoran, dan fasilitas umum yang menjadikannya salah satu pusat Kegiatan ekonomi dan Usaha. Jalan yang dulunya dipisahkan Dari kanal kini menjadi jalan kembar yang lebar, memudahkan akses transportasi dan mobilitas warga.
Artikel ini ditulis Dari Firtian Ramadhani, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka Di detikcom
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Cerita Bangunan Bersejarah hingga Tempattinggal Saudagar Di Bubutan Surabaya