Seni Kearifan Lokal Benjang Ujungberung Sempat Dilarang Ke Tahun 1970-1999



Bandung

Seni Kearifan Lokal tradisional dan bela diri benjang yang berasal Bersama Ujungberung, Kota Bandung sempat dicekal dan dilarang tampil Bersama pemerintah Ke era tahun 70-90 an. Hal itu terjadi Sebab Ke masa keemasannya, Seni Kearifan Lokal ini tumbuh pesat Tetapi lepas kontrol.

Salah satunya Di benjang gelut atau gulat digelar. Meski Untuk Laga pihak yang kalah mengakui kemenangannya, Tetapi tidak Di pebenjang atau patandang Di arena. Tak jarang, keributan hingga tawuran antar warga terjadi buntut Bersama benjang gelut itu.

Saking seringnya terjadi tawuran hingga keributan yang dapat menanggung Perlindungan dan ketertiban Kelompok (kamtibmas), pemerintah dan pihak Perlindungan Ke Di itu melarang Seni Kearifan Lokal benjang kembali digelar Ke Ujungberung.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Bersama Sebab Itu perkembangan benjang, sempat dilarang Bersama tahun 1977-1999. Dilarang Sebab Ke Di benjang gelut, dulu ketika ada benjang semuanya tampil, ada benjang gelut, helaran dan benjang topeng ada. Dulu Ke masa keemasan Ke tahun 1950-1960 orang-orang masih fair, masih sportifnya luar biasa. Begitu kita kalah Ke pekarangan Ke luar bisa lagi, Sebab kita punya pedoman,” kata Pimpinan Seni Kearifan Lokal Benjang Pusaka Gelar Putra Asep Dede Mulyana yang berada Ke Cijengkol, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung, Jumat, 31 Januari 2025.

Pedoman yang dimaksud Asep, boleh menjadi lawan Ke arena, Tetapi Ke luar arena kembali menjadi saudara dan jangan menjadi musuh.

“Prinsip benjang gelut gini, Berhasil ngabogaan lawan (boleh punya lawan), tapi teu meunang ngabogaan musuh (tapi jangan punya musuh), Bersama Sebab Itu lawan Ke arena saja, Ke luar arena silaturahmi lagi,” ujarnya.

Menurut Asep, perselisihan Di arena salah satunya disebabkan Sebab minuman keras (miras) Ke Di itu Menyulitkan. Tak jarang warga yang datang Merasakan benjang terpengaruh miras Supaya Di Merasakan jagoannya kalah Di bertanding, warga tersulut emosi Supaya tawuran pun tak terelakan.

“Mungkin Saja Sebab pengaruh negatif miras dan lain-lain, begitu ada benjang suka terjadi keributan, begitu sudah beres, begitu bubar dijegal dan Bersama Sebab Itu ribut, Bersama seringnya keributan itu akhirnya benjang sempat dilarang ditampilkan, dilarang sama pemerintah, korban jiwa tidak, tapi tawuran antar warga dan berhubungan Bersama Perlindungan terjadi. Cuman tiap ada Peristiwa orang tidak sportif, resah Bersama segi Perlindungan juga,” ungkapnya.

“Bersama tahun 1977 itu, sempat vakum dan mati suri, mati suri Untuk arti tak ada yang mengundang dan menampilkan, tapi Kelompok tahu, mau Mengadakan juga takut meresahkan dan akhirnya mati suri,” tambahnya.

Ke tahun 2000, benjang kembali hidup. Ke tahun 1999 tokoh dan pegiat Seni Kearifan Lokal berkumpul dan Menyoroti permasalahan yang melatarbelakangi benjang tidak boleh tampil Ke tahun 1977-1999.

“Tahun 1999 diprakarsai tokoh Kelompok dan Muspika, Pak H Perundang-Undangan Rukmana dan Patih Mulyadi Camat Ujungberung, Bersama pertemuan para tokoh membicarakan Untuk membangkitkan benjang, akhir tahun 1999 dibangkitkan kembali dan awal tahun 2000 diundang semua tokoh, Kelompok, seniman dan jawara benjang Ke Kecamatan Ujungberung,” ucapnya.

Menurut Asep, benjang berkembang kembali dan bangkit, semua jawara kembali turunkan ilmunya, lingkung Seni Kearifan Lokal perbaiki dan perbaharui alat-alat.

“Dibicarakan kembali apa sebab benjang dilarang, dicari akar masalahnya, Bersama situ disetujui benjang Ke bangkitkan kembali dan disitu dibangkitkan kembali dan Ke awal tahun 2000 benjang, paguron dan lingkung Seni Kearifan Lokal benjang yang Di itu mati suri kembali tumbuh bak jamur Ke musim hujan,” terangnya.

(wip/mso)

Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Seni Kearifan Lokal Benjang Ujungberung Sempat Dilarang Ke Tahun 1970-1999