Melihat Kearifan Lokal Praje Mulud Bayan Di Lombok Utara



Lombok Utara

Perayaan Praje Mulud (Puncak Maulid) Adat Bayan Di Desa Karang Bajo, Kecamatan Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), meriah. Ribuan warga hingga wisatawan Foreign berbondong-bondong datang Untuk Merasakan Kearifan Lokal tersebut.

Sebagian warga dan turis Foreign tampak memakai Busana adat Bayan. Mereka memadati halaman Masjid Kuno Merasakan rangkaian Praje Mulud yang digelar Dari Rabu (18/9/2024) hingga Kamis (19/9/2024).

Ritual maulid adat itu telah dilaksanakan Dari abad Ke-15. Perayaan maulid adat dilaksanakan sesuai penanggalan suku Sasak berdasarkan tanggal lahir Nabi Muhammad Di 12 Rabiul Awal berdasarkan tahun Hijriah.


Ritual pertama dilakukan Dari para tokoh Kelompok Bayan. Mereka terlebih dahulu melaksanakan Tun Gerantung (menurunkan gamelan) Bersama bale adat.

“Maulid adat itu dilaksanakan dua hari. Hari pertama, melaksanakan Tun Gerantung Lalu merembun (berkumpul) semua Kelompok adat,” kata Tokoh Kelompok Desa Karang Bajo Bayan Beleq, Raden Sawinggih, Kamis.

Warga Bersama berbagai pelosok Pulau Lombok lalu mengumpulkan padi Di masing-masing lokaq (bale adat). Tidak hanya padi, jenis Minuman pokok lainnya, seperti sayur dan ternak (ayam, kambing, sapi) dikumpulkan Bagi disembelih dan dibawa Ke Masjid Kuno Bayan.

“Semua Berencana berkumpul Di satu tempat, yaitu Di masjid kuno. (Warga) itu datang Bersama berbagai pelosok, ada yang Bersama Mataram Justru sampai Sekotong ikut pelaksanaan maulid adat. Bawa beras, kambing,” kata Sawinggih.

Sesudah merembun, Kelompok adat melaksanakan Nutuq Mulud atau menumbuk padi secara tradisional. Di Nutuq Mulud, Kelompok beramai-ramai menumbuk padi menjadi beras siap saji.

“Kenapa tidak pakai mesin? Esensinya adalah kebersamaan, menjaga yang diwarisi Dari nenek moyang kami mulai abad Ke-15 sampai abad 17 lalu,” ujar Sawinggih.

Rangkaian simbol yang dilaksanakan Kelompok adat tersebut dilaksanakan sebagai bentuk kebersamaan. Sesudah melakukan Nutuq Mulud, Kelompok mulai Memajang (menguasai) Masjid Kuno Di malam harinya.

Kaum laki-laki lalu memasang umbul-umbul berwarna putih dan mendekorasi Masjid Kuno Pada dalamnya. “Itu menjadi Pada penting Sebab Perhiasan masjid kuno ini disimpan Di satu tempat yang boleh dikeluarkan Pada maulid adat saja,” ujar Sawinggih.

Memasang kain yang diletakkan Di langit-langit Masjid Kuno hanya dilakukan Pada Maulid Adat. Ritual itu dimaknai menjadi rasa kebanggan Kelompok telah lahir Nabi Muhammad yang menjadi suri tauladan Kelompok Bayan.

“Sesudah itu Kelompok ikut ritual Peresean (Kearifan Lokal baku pukul pakai rotan) ini Pada Bersama ritual adat,” kata Sawinggih.

Kearifan Lokal peresean dimasukkan Ke Di ritual Maulid Adat Sebab Disorot sebagai simbol keberanian. Kelompok adat Bayan menganggap Nabi Muhammad sebagai orang yang pemberani membela kebenaran.

“Di sisi itu dilihat Dari Kelompok adat kita, peresean sebagai Laga Persahabatan bela diri,” kata Sawinggih.

Di hari kedua pelaksanaan Maulid Adat, para wanita adat Bayan melaksanakan Bisoq Meniq (cuci beras) Di masing-masing lokaq. Wanita Bersama muda hingga tua memakai Busana adat Bersama memikul beras Di atas kepala lalu berjalan kaki Ke sungai Desa Bayan.

“Sesudah itu semua dimasak seperti orang begawe. Yang laki-laki membuat ancak (tempat Minuman),” ujarnya.

Puluhan laki-laki Kelompok adat tua muda melaksanakan Praja Mulud membawa nasi ancak Ke Di Masjid Kuno, Bayan, Kamis petang (19/9/2024). Foto: (Ahmad Viqi/detikBali).

Sesudah itu, masing-masing lokaq membawa Minuman tersebut Ke Di Masjid Kuno. Proses membawa nasi ancak dinamai Bersama Praja Mulud. Minuman yang siap saji tersebut dibawa Dari puluhan laki-laki Ke Di Masjid Kuno.

“Ini dinamakan Praja Mulud. Karena Itu maulid adat Di Bayan, tidak ada ceramah, kami penuh Bersama simbol-simbol. Nah, simbol inilah yang perlu dipahami. Apa sih kaitannya Bersama agama. Sangat erat walaupun kami menggunakan Kearifan Lokal simbol yang ada,” kata Sawinggih.

Sawinggih menuturkan ritual Praja Mulud itu menyimbolkan perkawinan nabi pertama, Adam dan Hawa, yang melahirkan 25 nabi, termasuk nabi terakhir, Muhammad.

Minuman yang dibawa Bersama iring-iringan laki-laki Bersama beberapa kampung itu seolah-olah Kelompok Di Merasakan perkawinan Di Hawa dan Adam.

“Itu juga sebagai simbol jati diri Kelompok juga. Adam dan Hawa itu adalah nabi pertama yang melahirkan nabi terakhir hingga manusia sekarang,” tandasnya.

Sawinggih menegaskan Kearifan Lokal maulid adat Berencana terus dijaga. Selain bertujuan mempererat persaudaraan Kelompok adat, seluruh ritual maulid adat juga bertujuan menjaga lingkungan tetap lestari Di Kecamatan Bayan.

Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Melihat Kearifan Lokal Praje Mulud Bayan Di Lombok Utara