Bila Bandung diimajinasikan Didalam Pidi Baiq sebagai kota yang tercipta Sebab Tuhan Lagi tersenyum, maka Buitenzorg, nama lama Sebagai Bogor, lahir Sebab Gustaaf Willem baron van Imhoff Lagi mengeluh. Ia lelah Didalam Batavia yang lembab, kanal-kanalnya berbau, dan udaranya yang seperti uap panas Didalam neraka.
Untuk pikirannya terlintas keinginan sederhana, tapi Didalam daya cipta besar. Sebuah kota Di dataran tinggi, sejuk, sunyi, dan bebas Didalam segala beban kekuasaan. Didalam imajinasi itu lahir nama Buitenzorg, yang secara harfiah berarti tanpa kekhawatiran, zonder zorg. Tulisan ini disarikan Didalam Jurnal Jaarboek Monumentenzorg berjudul Buitenzorg & Istana Bogor: Eén en dezelfde?, karya Peter van Dun, dan terbit Di 2002.
Jika Bandung Bagi Pidi Baiq lahir Didalam cinta, maka Buitenzorg lahir Didalam pelarian. Didalam keinginan seorang penguasa kolonial Sebagai beristirahat Didalam dunia yang ia atur sendiri, tercipta kota yang sejuk dan hijau, yang Setelahnya Itu tumbuh menjadi ruang hidup bersama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Buitenzorg adalah kisah tentang manusia yang ingin beristirahat, tentang kekuasaan yang mencari kesejukan, dan tentang warisan yang terus hidup Pada ada yang bersedia merawatnya.
Berawal Di tahun 1745, Van Imhoff membeli sebidang tanah Di kaki gunung, Di enam puluh kilometer selatan Batavia. Ia mendirikan vila peristirahatan yang menjadi awal berdirinya Istana Buitenzorg, kelak dikenal sebagai Istana Bogor.
Nama itu menandai upaya seorang gubernur jenderal melarikan diri Didalam panas dan wabah Di Batavia. “Dialah yang pertama kali memutuskan membeli tanah dan membangun kediaman Di luar Batavia,” tulis Van Dun (hal.161).
Bangunan sederhana itu Setelahnya Itu berkembang menjadi kediaman resmi musim panas para gubernur jenderal Hindia Belanda. Di abad Hingga-19, halaman istana dikelilingi kebun botani yang kelak dikenal sebagai Kebun Raya Bogor.
Van Dun mencatat bahwa kebun itu bukan hanya memperindah lanskap, melainkan juga menjadi lambang kekuasaan dan pengetahuan Eropa Di tanah jajahan. “kebun raya itu masih ada dan menjadi salah satu daya tarik utama Bogor hingga kini,” beber Van Dun. (hal.160-161).
Di sekeliling istana, kehidupan kolonial tumbuh. Di selatan berdiri Chinese Kamp yang pusat perdagangan Tionghoa. Di utara tumbuh kampung-kampung pribumi, Di barat berdiri stasiun kereta, kantor residen, gereja, sekolah St. Vincentius, kantor pos, dan vila-vila Eropa.
Peta Baedeker 1914 yang dikutip Van Dun Menunjukkan Buitenzorg sebagai kota kecil yang menopang kehidupan istana. Kini, Setelahnya dua setengah abad berlalu, kota itu telah menjadi permukiman menengah Didalam Pertumbuhan Di 700.000 jiwa (jumlah penduduk Di Di jurnal dibuat). “Disorot sebagai kota satelit Jakarta,” ungkap Van Dunn (hal.161).
Ketika Herman Willem Daendels berkuasa (1808-1811), ia memperkuat posisi Buitenzorg Didalam membangun Grote Postweg atau Jalan Raya Pos. Jalan ini difungsikan Sebagai menghubungkan Batavia, Buitenzorg, dan Bandung.
Jalan itu melaju lurus Hingga arah gerbang istana, simbol paling konkret Didalam bagaimana kekuasaan kolonial menghubungkan pusat pemerintahan Didalam ruang peristirahatannya.
Tapi alam punya caranya sendiri Sebagai mengingatkan manusia Akansegera kesementaraan. Di 10 Oktober 1834, gempa besar mengguncang Buitenzorg dan meruntuhkan istana lama. Tiga tahun Setelahnya Itu, Di 1837, istana dibangun kembali Didalam rancangan Terbaru.
“Bangunan putih bergaya neoklasik, berlantai satu, Didalam kubah emas kecil Di atas pintu utama,” tulis Van Dun (hal.161-162).
“Sebab gempa Di 1834, bangunan yang semula dua lantai dipugar kembali dan menjadi satu lantai,” kata Ina, pemandu tur Di Galeri Bumi Parawira, Bogor, kepada detikjabar, akhir pekan lalu.
Setelahnya Indonesia merdeka, Ri Soekarno menjadikan Istana Bogor sebagai kediaman resminya. Ia menata ulang interior dan menambahkan paviliun Sebagai tamu Negeri. Di istana ini pula, jurnalis Belanda Aad van der Heuvel melakukan wawancara terakhir dengannya.
Akan Tetapi ketika masa Ri Soeharto tiba, istana itu berubah menjadi ruang yang diam. “Istana itu kosong. Ia dirawat, tapi tidak dihuni. Dijaga, tapi tak dihidupi,” tulis Van Dun (hal.162).
Tahun 1989, pemerintah Indonesia meminta Pemberian teknis kepada Belanda Sebagai memeriksa Kepuasan bangunan. Delegasi teknis yang datang dipimpin Didalam Peter van Dun sendiri, bersama arsitek Didalam Rijksdienst voor de Monumentenzorg (RDMZ) dan TU Delft.
Mereka diterima Didalam Prof. Dr. Fuad Hassan, Pembantu Ri Belajar dan Kebudayaan. Di sanalah terucap kalimat yang menandai Putaran Terbaru hubungan sejarah dua bangsa.
“Mari kita sebut ini warisan bersama,” kata Van Dun (hal.163).
Kalimat itu, menurut Van Dun, doorbrak de barrière. Ia mengistilahkannya memecah penghalang dan rasa canggung Di istilah koloniaal erfgoed. Sebelum Di itu, lahirlah Aturan Terbaru Di Belanda bernama HGIS Cultuur, dana pelestarian warisan bersama.
Hasil pemeriksaan Skuat Menunjukkan bahwa bangunan masih Untuk Kepuasan baik, hanya portiko baja Didalam tahun 1952 yang berkarat dan sistem penangkal petir yang perlu diperbaiki. Wacana pemanfaatan ulang pun muncul Sebagai menjadikan istana sebagai galeri Seni Kearifan Lokal, monumen Negeri Sebagai konferensi internasional, dan tempat menginap tamu kenegaraan.
Akan Tetapi, seperti dicatat Van Dun, Wacana itu berhenti Di tahap saran, Sebab alih kelola Didalam lembaga kepresidenan Hingga kementerian tak pernah benar-benar terjadi.
Untuk Pada akhir laporannya, Van Dun memerhatikan Bogor yang tumbuh Di Di istana. Ia menulis tentang pentingnya memperbaiki kampung Melewati Kampong Improvement Programme (KIP), membenahi ruang publik, air, dan sanitasi.
Ia juga menyoroti kawasan Tionghoa lama dan permukiman Eropa 1920-an yang masih berfungsi baik. Akan Tetapi ia juga Memberi catatan sekaligus kekhawatiran nasib Kota Bogor Hingga depannya Sebab pembangunan yang masif.
“Jika penebangan pohon Sebagai perluasan jalan terus dilakukan, karakter hijau Bogor Akansegera hilang,” tulis Van Dunn (hal.163).
Seperti Bandung Untuk kalimat Pidi Baiq, yang lahir Didalam senyum Tuhan, Buitenzorg Van Imhoff lahir Didalam letih manusia. Akan Tetapi kesamaan muncul Didalam dua tempat ini, yaitu sebagai takdir Di mana imajinasi, alam, dan sejarah saling bertemu.
Halaman 2 Didalam 2
(iqk/iqk)
–>
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Buitenzorg, Kota yang Lahir Didalam Lelahnya Seorang Penguasa Kolonial