Bandung –
Kepopuleran lagu Es Lilin tak sekedar sebatas menjadi tembang yang meramaikan blantika Bunyi Ke Tanah Air. Es Lilin Malahan sudah menjelma menjadi lagu yang merepresentasikan bagaimana kebudayaan Sunda berkembang hingga sekarang.
Es Lilin merupakan lagu yang liriknya ditulis Edi Natawisastra Di 1936. Mertuanya Edi, Mursih, Lalu menjadi pesinden yang menyanyikan lagu ini Bersama iringan petikan kecapi dan suling yang menjadi ciri khas Bersama lagu-lagu Sunda Di zaman tersebut.
Alasan mengapa bukan Ni Mursih, begitu dia dikenal Ke kalangan seniman Sunda Ke Jabar, menulis langsung lirik lagu Es Lilin, Lantaran Ni Mursih Pada itu buta huruf dan tak seberuntung orang lain yang merasakan bangku sekolah Di zaman penjajahan. Ni Mursih muda lebih fokus memperdalam ilmu agama hingga bakatnya Ke bidang tarik suara ditemukan kiainya Pada masih menimba ilmu Ke pesantren.
Tetapi, meski buta huruf, Ni Mursih bisa menghapal bait Untuk bait lirik lagus Es Lilin Bersama apik. Nada lagu Es Lilin versi aslinya juga berasal Bersama langsung Bersama Ni Mursih yang berdendang Ke atas delman ketika pulang mengisi hiburan Ke radio Belanda bernama NIROM.
“Karena Itu Es Lilin itu karya kawih (sebuah nyanyian khas Sunda) Bersama uyut saya, Ni Mursih Sesudah pulang Bersama radio Belanda Ke Bandung Ke Katapang. Sepanjang jalan, beliau menghaleuang (berdendang) yang kebetulan banyak tukang es lilin yang dagang. Sesampainya Ke Rumah, diisilan haleuang itu Bersama aki Edi Natawisastra,” kata Bayu Subekti, cicit Ni Mursih, Pada berbincang Bersama detikJabar.
Untuk laporan koran Buana Minggu yang terbit Di 27 Februari 1983, mendiang Edi Natawisastra Pada itu bercerita bahwa lagu Es Lilin mulai dikumandangkan Ke radio Belanda, Nirom, Sesudah diciptakan Di 1936. Es Lilin ternyata langsung memikat hati Komunitas Sunda, dan membuat dua orang Bersama PH Columbia Ke Bandung Pada itu tertarik Sebagai merekam lagu tersebut.
Es Lilin pun direkam Bersama diiringi petikan kecapi dan harmonisasi seruling. Mang Uco Pada itu yang menjadi Olahragawan kecapinya, Sambil peniup suling adalah Mang Duleh.
Sesudah direkam, koran Buana Minggu membeberkan Ni Mursih Menyambut bayaran sebesar 700 gulden. Uang itu diserahkan dua orang utusan PH Columbia bernama Soen Ek dan Kwat Tiong Ke Rumah Ni Mursih, Ke Katapang, Kabupaten Bandung.
Tapi, koran Buana Minggu menulis bahwa uang itu tidak bukan sebagai uang imbalan atau honor. Uang 700 gulden ini hanya sebagai bentuk terima kasih kepada lagu Es Lilin yang telah direkam.
Ni Mursih Pada tampil bersama pengiringnya. (Foto: Rifat Alhamidi)
|
Lantaran Kepuasan itu lah, Es Lilin seolah menjelma sebagai lagu Komentar yang berbau penuh perjuangan. Sebab yang Ni Mursih rasakan kala itu, bayaran Sebagai lagu Bersama seniman lokal terbilang begitu rendah dibandingkan Bersama Pencipta Lagu lainnya.
Komentar Bersama lagu Es Lilin pun tercermin Untuk penggalan bait yang ditulis Edi Natawisastra. Misalnya Di bait ‘Gamparan sok ngabibingung (tuan itu suka membuat bingung)’, Maksad abdi agan da seja ngiring (Saya bersedia ikut/kerjasama Bersama tuan)’, hingga ‘Mung asal silih ajenah (Tapi harus saling menghargai)’.
Tetapi Untuk perjalanan, lagu Es Lilin malah Merasakan pergeseran makna. Sejumlah Vokalis zaman itu seperti Teti Saleh hingga Nining Meida, tercatat mendaur-ulang lagu Es Lilin dan mengubah liriknya tanpa sepengetahuan keluarga Ni Mursih.
|
Vokalis-Vokalis tadi, Lalu mempopulerkan Es Lilin yang membuat lagu itu Disorot sebagai tembang bernuansa percintaan. Malahan tak sedikit yang mengira makna lagu Es Lilin bercerita tentang seorang lelaki yang begitu merindukan kekasihnya.
Tapi Untuk kesempatan perbincangan Bersama detikJabar, Bayu Subekti kembali menegaskan soal makna mendalam Bersama lagu Es Lilin. Kata Bayu, Es Lilin bukan hanya sekedar lagu Sunda, tapi mengandung makna perjuangan yang telah nenek moyangnya lakukan.
“Lantaran yang terpenting jangan sampai melupakan sejarah. Jangan sampai melupakan kalau lagu Es Lilin itu diciptakannya sama Ni Mursih, uyut saya,” tutur Bayu.
Samping Itu, Bayu pun sebetulnya tak masalah jika akhirnya Es Lilin menjadi lagu yang dipopulerkan nama orang lain. Setidaknya, ia ikut berterima kasih Lantaran sejumlah Vokalis akhirnya berkontribusi Untuk kepopuleran lagu Es Lilin.
Yang tak pernah Bayu lupakan, Pada Es Lilin memikat hati diva asal Malaysia, Siti Nurhaliza. Dato’ Sri, begitu Vokalis ini akrab disapa, pernah mendaurulang lagu ini Di 2002 dan memasukkannya Untuk list album berjudul Sanggar Mustika.
Seperti biasa, ketika mendaurulang lagu ini, Dato’ Sri memasukkan unsur Melayu Untuk lagu Es Lilin albumnya. Alhasil, Es Lilin versi Siti Nurhaliza jauh berbeda jika bicara soal nada maupun liriknya Bersama versi aslinya. Lagu Es Lilin versi Siti Nurhaliza pun Pada ini masih bisa didengarkan Ke platform YouTube.
“Kita Malahan terima kasih (lagu) Es Lilin sudah dipopulerkan. Tapi ya kembali lagi, tolong kebanggaan kita mah tetap bahwa (lagu) Es Lilin ini adalah aset Jawa Barat yang harus kita jaga,” tutur Bayu.
Endang Hidayat, cucu Ni Mursih. (Foto: Rifat Alhamidi)
|
Pada ini, keluarga besar Ni Mursih Untuk mengupayakan penetapan hak cipta Bersama Es Lilin. Sesudah Menyambut pengakuan Bersama pemerintah Di 1988, keluarga telah mendaftarkan Es Lilin Ke Yayasan Penerbit Karya Bunyi Pertiwi (PMP) hingga Wahana Bunyi Indonesia (Wami) Sebelum 1997.
Tujuannya kata Bayu, bukan hanya mengejar mengejar royalti semata. Ada satu tujuan utama yang ingin Bayu dan keluarganya capai, agar Ni Mursih bisa diakui sebagai pemilik asli Bersama lagu Es Lilin yang telah lama mendunia.
“Lantaran niat saya juga Sebagai meingnformasikan bahwa Es Lilin itu ciptaan Ni Mursih Bersama Katapang,” ucap Bayu.
(ral/iqk)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Kisah Ni Mursih dan Kelahiran Lagu Es Lilin yang Melegenda