Gianyar –
Usia tidak menjadi penghalang Sebagai memulai Kegemaran. Ungkapan itu mewakili animo sejumlah pria dewasa yang antusias mulai belajar tari Bali Ke Kaki Bebek House Studio, Banjar Pekandelan, Batuan, Sukawati, Gianyar.
Bapak-bapak peserta sanggar itu tampak mengayunkan kaki mengikuti arahan Made Suteja, sang Manajer. Sebagai pemula, gerakan Di kaki menjadi fokus Di mempelajari ‘Tari Topeng Keras’. Metode menari lainnya Berencana diajarkan jika mereka sudah mahir melakukan gerakan kaki itu.
“Sampai Di ini tidak ada yang mengeluh dan tetap lanjut (Pelatihan). Saya melihat mereka termotivasi dan Bersaing. Kalau dilihat temannya tidak istirahat, temannya bisa, dia Berencana lanjut (Pelatihan),” ujar Suteja Ke studio tari miliknya Di ditemui detikBali, pertengahan Maret 2025.
Suteja Mengetahui mengajari pria dewasa menari menjadi tantangan tersendiri. Sebab, belajar tari Di tua cenderung kaku dan Dibagian tubuh bisa terasa sakit. Ia pun menyarankan peserta sanggar beristirahat jika kelelahan Di Pelatihan.
“Saya punya metode tersendiri mengajar lansia. Saya berikan target bisa satu koreografi Di 6-8 bulan. Tapi, satu Metode dilatih sebulan. Kalau lolos Di evaluasi Terbaru naik tingkat,” imbuh Suteja.
Suteja membangun ruang belajar menari Bali Sebagai kalangan dewasa dan lansia itu Dari Penyebara Nmassal COVID-19. Ia tergerak membuka kelas menari lantaran resah ketika melihat penampilan tari topeng Ke Duniamaya yang menurutnya kurang memuaskan.
Baginya, mewarisi Karya Seni Kebiasaan menjadi Dibagian Bersama tanggung jawab. Terlebih, keluarga dan lingkungan tinggal Suteja Ke Batuan tersohor Sebab aktif berkesenian.
“Orang Bersama jauh-jauh rela datang Ke sini belajar. Kata orang dulu ‘Ke mana belajar menari? Pasti Ke Batuan’. Meski tidak seterkenal dulu, setidaknya saya coba lestarikan,” imbuhnya.
Suteja merupakan seniman tari yang kerap diundang pentas Ke Di dan luar negeri. Ia pernah tampil Ke National University of Singapore dan Gamelan Sekar Jaya California, Amerika Serikat.
Sebelumnya menjadi pengajar tari Sebagai sanggarnya, Suteja sudah mengajar Sebagai wisatawan Asing. Murid-murid Suteja berasal Bersama berbagai Bangsa seperti Meksiko, Brasil, Jepang, dan lainnya.
Hingga kini, Kaki Bebek House Studio mempunyai delapan gelombang kelas menari Bersama jumlah anggota mencapai 20 orang per gelombang. Peserta sanggar mulai Bersama anak-anak hingga lansia berusia 60 tahun Ke atas. Mereka dapat berlatih tiga kali Di sepekan Bersama durasi satu jam.
Salah satu peserta sanggar tari tersebut adalah Ketut Sudarsa, seorang pria berusia lebih Bersama 50 tahun. Ia termotivasi Sebagai belajar tari Bali Di usia tua Sebagai menghibur diri sekaligus menjalin persahabatan Bersama peserta lainnya. Baginya, bisa menari adalah urusan nomor dua.
“Ikut ini Sebab tidak keluar banyak uang. Kayak Bulutangkis kan perlu modal. Ikut Berlari juga malah diledekin tetangga,” seloroh Sudarsa.
Sudarsa tidak merasa keberatan Bersama biaya Rp 15 ribu per pertemuan Ke sanggar tersebut. Dia mengaku menyukai tari Bali Dari kecil dan mengetahui kelas menari Sebagai orang dewasa Ke sanggar Suteja Bersama media sosial.
Degus Arnawan setali tiga uang. Pria berusia 49 tahun itu juga kepincut belajar menari Setelahnya melihat unggahan Ke Facebook. Menurutnya, menguasai tari Bali bisa dipakai Sebagai ngayah Di ada kegiatan adat.
“Maunya cari keringat dan yang penting bisa dahulu. Siapa tahu nanti bisa terpakai,” tutur Degus.
Memulai belajar menari bukan Perkara Pidana mudah Untuk Degus. Ia mengaku kesakitan Di awal-awal Pelatihan hingga harus dipijat sepulang Bersama Pelatihan. Tetapi, Degus tidak menyerah hingga tubuhnya terbiasa mengikuti arahan Suteja Di Pelatihan menari.
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Antusiasnya Bapak-bapak Belajar Menari Bali Ke Batuan Sukawati