Asal-usul Bojonegoro yang Lahir Untuk Kadipaten Jipang


Bojonegoro

Kabupaten Bojonegoro, Daerah yang dikenal kaya Akansegera Adat Istiadat Dunia dan sumber daya alam Ke Jawa Timur, Memperoleh sejarah panjang yang berawal Untuk sebuah kadipaten bernama Jipang.

Setiap tanggal 20 Oktober, Kelompok Bojonegoro memperingati hari Karena Itu kabupaten-momen yang tak hanya dirayakan sebagai Kearifan Lokal tahunan, tetapi juga sebagai pengingat Akansegera jejak sejarah yang melahirkan identitas Lokasi ini.


Terletak Ke ujung barat Jawa Timur, Bojonegoro berbatasan langsung Bersama Blora Ke Jawa Di. Sambil Ke Pada timur, Bojonegoro berbatasan Bersama Kabupaten Lamongan dan Nganjuk. Sisi selatan berbatasan Bersama Kabupaten Nganjuk, Madiun, dan Ngawi.

Bojonegoro dikenal sebagai “Kota Ledre”, serta Memperoleh potensi besar Ke sektor migas dan kayu jati. Untuk akar sejarahnya hingga kini, Bojonegoro terus tumbuh Ke kemakmuran dan Keadaan masyarakatnya.

Sejarah Kabupaten Bojonegoro

Sejarah Bojonegoro berawal Untuk era pra-kabupaten, Ke mana kawasan ini dikenal sebagai Jipang Dari abad Ke-13 Masehi, meliputi Daerah Bojonegoro, sebagian selatan Blora, dan Tuban. Pusat pemerintahannya sempat berpindah-pindah, Untuk Jipang Panolan, Padangan, hingga Rajekwesi.

Ke perkembangannya, Daerah Jipang yang kala itu berbentuk kadipaten dikuasai Kerajaan Mataram. Akan Tetapi, Setelahnya Mataram terdesak dan kalah Untuk peperangan, mereka terpaksa menyerahkan Daerah pantai utara Jawa, termasuk Jipang, kepada VOC (Kompeni Belanda) Lewat perjanjian politik.

Momen bersejarah tersebut terjadi Ke 20 Oktober 1677. Ke tanggal ini, Belanda secara resmi mengubah status Jipang Untuk kadipaten menjadi sebuah kabupaten. Wedana Bupati Mancanegara Wetan, Mas Tumapel (atau Pangeran Mas Toemapel), ditunjuk sebagai Bupati I yang berkedudukan Ke Jipang.

Tanggal inilah yang Lalu ditetapkan sebagai hari Karena Itu Kabupaten Bojonegoro (HJB). Pusat pemerintahan kabupaten yang awalnya strategis Ke Padangan (Ke tepi Bengawan Solo) Lalu dipindahkan.

Atas perintah Susuhunan Pakubuwana II, Ke tahun 1725, Bupati Jipang Ke-3, Raden Tumenggung Haria Matahun I memindahkan pusat pemerintahan Ke desa Rajekwesi. Dari perpindahan ini, nama kabupaten pun turut berganti menjadi Kabupaten Rajekwesi.

Ke masa Rajekwesi, terjadi gejolak politik besar, terutama Setelahnya pecahnya Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta Ke 1755 akibat politik Devide et Impera Belanda, yang mana Rajekwesi diduga sempat Memperoleh keterkaitan Bersama Daerah Kasultanan Yogyakarta.

Ke masa penjajahan, Rajekwesi sempat dikuasai Inggris (1811-1816) yang menyebabkan bupati Pada itu, R Prawirosentiko, memilih mundur. Akan Tetapi, perlawanan terbesar terjadi Pada Pertempuran Diponegoro (1825-1830).

Ke 1827, Raden Tumenggung Sosrodilogo, seorang pembantu Didekat Pangeran Diponegoro, memimpin perlawanan yang berhasil mengusir serdadu Belanda, membebaskan narapidana, dan membakar gedung-gedung pemerintahan. Kekosongan kekuasaan ini membuat Sosrodilogo diangkat Kelompok sebagai bupati.

Akan Tetapi, Mengalahkan tersebut tidak bertahan lama. Ke 2 Januari 1828, pasukan gabungan Belanda berhasil merebut kembali Rajekwesi. Setelahnya Sosrodilogo menyerah Ke 3 Oktober 1828, bupati Sebelumnya, Raden Adipati Djojonegoro, kembali diangkat pemerintah Belanda.

Sebagai merayakan kembalinya kekuasaan, Bupati Djojonegoro mengganti nama Rajekwesi menjadi Bojonegoro Ke tahun 1828. Nama ini berasal Untuk kata bojo/boja (bersenang-senang/pesta) dan negoro (Negeri).

Nama ini diartikan sebagai “Negeri yang bersenang-senang” atau “berpesta” sebagai simbol Mengalahkan dan Terapi kekuasaan Belanda. Karenanya, Kendati nama Bojonegoro Terbaru lahir Ke tahun 1828, tanggal 20 Oktober 1677, tetap menjadi tonggak sejarah administrasi kabupaten yang dihormati.

Daftar Nama Bupati Bojonegoro Untuk Masa Ke Masa

Sebagai memahami perjalanan administratif Bojonegoro, penting Sebagai menelusuri para pemimpin yang pernah menjabat. Berikut daftar lengkap nama bupati Bojonegoro Untuk masa Ke masa, dimulai Dari nama Bojonegoro ditetapkan Ke tahun 1828 hingga pemimpin terkini.

  • R Adipati Djojonegoro (1828-1844)
  • R Adipati Tirtonoto I (1844-1878)
  • R M Tumenggung Tirtonoto II (1878-1888)
  • R M Sosrokusumo (1888-1890)
  • R Adipati Aryo Reksokusumo (1890-1916)
  • R Adipati Aryo Kusumoadinegoro (1916-1936)
  • R Dradjat (1936-1937)
  • R Tumenggung Achmad Surjodiningrat (1937-1943)
  • R Tumenggung Oetomo (1943-1945)
  • R Tumenggung Sudiman Hadiatmodjo (1945-1947)
  • Mas Surowijono (1947-1949)
  • R Tumenggung Sukardi (1949-1950)
  • R Sundaru (1950-1951)
  • Mas Kusno Suroatmodjo (1951-1955)
  • R Baruno Djojoadikusumo (1955-1959)
  • R Soejitno (1959-1960)
  • R Tamsi Tedjo Sasmito (1960-1968)
  • Letkol Inf (Purn.) Sandang (1968-1973)
  • Kolonel Inf (Purn.) Alim Sudarsono (1973-1978)
  • Drs. Soeyono (1978-1983)
  • Drs. Soedjito (1983-1988)
  • Drs. H. Imam Soepardi (1988-1998)
  • Drs. H. Atlan (1998-2003)
  • Kolonel Inf (Purn.) H. Mohammad Santoso (2003-2008)
  • Drs. H. Suyoto, M.Si. (2008-2018)
  • Dr. Hj. Anna Mu’awanah (2018-2023)
  • Adriyanto, S.E., M.M., M.A., Ph.D. (2023-2024)
  • H. Setyo Wahono (2025)

Adat Istiadat Dunia dan Ciri Khas Kabupaten Bojonegoro

Bojonegoro tidak hanya dikenal sebagai kota Bersama sejarah panjang dan sumber daya alam yang melimpah, tetapi juga kaya Adat Istiadat Dunia dan ciri khas yang melekat Untuk kehidupan masyarakatnya.

Untuk Karya Seni tradisional hingga Hidangan khas, setiap sisi Bojonegoro mencerminkan identitas lokal yang unik dan terus dilestarikan Untuk generasi Ke generasi. Berikut beberapa Adat Istiadat Dunia dan ciri khas yang dimiliki Bojonegoro.

1. Wayang Thengul dan Tari Thengul

Karya Seni yang menjadi ikon Kabupaten Bojonegoro adalah Wayang Thengul. Wayang ini berupa boneka kayu tiga dimensi. Kata thengul berasal Untuk kata methentheng (tenaga ekstra) dan methungul (muncul/terlihat).

Penamaan wayang ini merujuk Ke upaya dalang Pada mengangkat boneka kayu tersebut. Inspirasi Untuk wayang ini melahirkan tari Thengul, tarian khas yang lembut Akan Tetapi tegas, sering dipentaskan sebagai tari penyambutan.

2. Kelompok Samin

Bojonegoro juga dikenal sebagai salah satu Daerah tempat berdiamnya Kelompok Samin (Sedulur Sikep), yang terkenal Bersama ajaran kesederhanaan, kejujuran, dan penolakan Di peraturan-peraturan yang tidak sesuai Bersama nurani.

3. Hidangan dan Produk Unggulan

Bojonegoro Memperoleh julukan “Kota Ledre” Sebab Ledre, sejenis keripik pisang tipis manis, menjadi Hidangan khasnya. Samping Itu, Bojonegoro dikenal sebagai “Kota Energi dan Kayu Jati” Sebab potensi sumber daya alam berupa Energi dan gas bumi (migas) serta hutan jati yang melimpah. Objek wisata unik lainnya adalah Kayangan Api, sumber api abadi yang tak pernah padam.

Bojonegoro Memperoleh julukan “Kota Ledre”, Sebab Ledre, sejenis keripik pisang tipis dan manis, menjadi Hidangan khas yang identik Bersama Lokasi ini. Camilan tradisional ini tidak hanya populer Ke kalangan Kelompok lokal, tetapi menjadi simbol kebudayaan Hidangan Bojonegoro yang terus dilestarikan.

Samping Itu, Bojonegoro dikenal sebagai “Kota Energi dan Kayu Jati”, berkat potensi sumber daya alamnya berupa Energi dan migas serta hutan jati yang melimpah. Bojonegoro Memperoleh objek wisata unik Kayangan Api, sebuah sumber api abadi yang tak pernah padam, menjadi daya tarik dan simbol keajaiban alam Lokasi ini.

Kini, Ke usianya yang Ke-348, Bojonegoro terus menapaki perjalanan sebagai Lokasi yang memadukan kekayaan sejarah, sumber daya alam, dan semangat masyarakatnya Sebagai maju. Hari Karena Itu bukan hanya peringatan masa lalu, tapi juga pengingat Akansegera jati diri yang terus hidup Ke setiap generasi Bojonegoro.

Artikel ini ditulis Fadya Majida Az-Zahra, peserta magang PRIMA Kemenag Ke detikcom.

Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Asal-usul Bojonegoro yang Lahir Untuk Kadipaten Jipang