Solo –
Di adat Jawa, pernikahan bukan sekadar penyatuan dua insan, tetapi juga dua keluarga besar. Salah satu hal yang sering menjadi pertanyaan adalah soal biaya, siapa yang seharusnya menanggung pesta pernikahan? Jawabannya ternyata punya akar kuat Di Kebiasaan turun-temurun dan Memperoleh makna simbolis yang Di.
Tanggungan biaya biasanya berada Hingga pihak keluarga mempelai wanita. Akan Tetapi, pihak pria tetap berperan penting lewat peningset atau buwuh, yaitu kontribusi berupa uang dan bingkisan yang menjadi bentuk tanggung jawab serta penghormatan kepada Kandidat istri dan keluarganya. Kebiasaan ini Menunjukkan Kesejajaran Di kehormatan, kesopanan, dan gotong royong Di Kebiasaan Global Jawa.
Penasaran siapakah yang menanggung biaya pernikahan menurut adat Jawa, detikers? Mari kita simak penjelasan lengkap yang dihimpun Didalam artikel ilmiah Pernikahan Adat Jawa Hingga Desa Nengahan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten Dari Bayu Ady Pratama dan Novita Wahyuningsih Hingga bawah ini!
Skor utamanya:
- Di adat Jawa, keluarga mempelai wanita biasanya menanggung biaya utama pernikahan.
- Pihak pria ikut berkontribusi lewat peningset atau buwuh sebagai tanda tanggung jawab.
- Prosesi pernikahan Jawa sarat makna simbolis, mulai Didalam nontoni hingga injak telur.
Biaya Pernikahan Adat Jawa Ditanggung Siapa?
Di Kebiasaan pernikahan adat Jawa, biaya pesta pernikahan umumnya menjadi tanggungan pihak keluarga mempelai wanita, tetapi pihak pria tetap ikut berkontribusi Melewati prosesi serah-serahan atau peningset. Kontribusi ini disebut buwuh, yaitu pemberian uang Didalam pihak Kandidat mempelai pria Bagi membantu biaya penyelenggaraan pernikahan. Besarannya bisa mencapai Di 50% Didalam total Prakiraan biaya pesta, tergantung kesepakatan kedua keluarga.
Walaupun Hingga beberapa Area ada kebiasaan pihak wanita menentukan jumlah uang buwuh, Hingga Area Jogja dan Solo hal itu Disorot kurang sopan. Maka Itu, besaran buwuh biasanya diserahkan sepenuhnya Ke kemampuan keluarga Kandidat mempelai pria.
Upacara serah-serahan Di pernikahan adat Jawa adalah bentuk simbolis bahwa lamaran telah diterima. Hingga Desa Nengahan, Bayat, Klaten, misalnya, prosesi ini dilakukan dua hingga tiga hari Sebelumnya hari pernikahan. Rombongan keluarga Kandidat pengantin pria datang Hingga Rumah Kandidat mempelai wanita sambil membawa berbagai bingkisan.
Isi seserahan biasanya terdiri atas Konsumsi, bahan pokok, jajanan pasar, buah-buahan, Pengganti, serta uang buwuh. Buah yang dibawa bisa berupa pisang, salak, manggis, nanas, dan jeruk, jumlahnya diusahakan genap sebagai tanda kelengkapan dan harapan baik.
Bingkisan-bingkisan tersebut dibawa Dari para wanita Didalam pihak pria dan diserahkan secara simbolis Dari salah satu sesepuh keluarga pria kepada ibu Didalam Kandidat pengantin wanita. Kebiasaan ini menjadi lambang pengikat dan bentuk tanggung jawab keluarga Kandidat mempelai pria Pada Kandidat pengantin wanita serta keluarga besar pihak perempuan.
Urutan Prosesi Pernikahan Adat Jawa
Setelahnya Menyoroti adat serah-serahan atau peningset yang menjadi tanda pengikat Di Kandidat mempelai pria dan wanita, tahapan pernikahan adat Jawa masih berlanjut Hingga berbagai prosesi sakral lainnya. Setiap tahap Memperoleh makna simbolis yang mencerminkan nilai kesopanan, kesucian, serta doa Bagi kehidupan Rumah tangga yang harmonis.
Berikut urutan prosesi pernikahan adat Jawa yang umumnya dijalankan menurut skripsi Devi Krisnawati (UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember).
1. Nontoni
Prosesi ini menjadi langkah awal ketika keluarga Kandidat pengantin pria datang Hingga Rumah Kandidat pengantin wanita. Tujuannya Bagi saling berkenalan dan mempertemukan kedua Kandidat mempelai. Di Kebiasaan Jawa, nontoni merupakan ajang silaturahmi sekaligus pengenalan awal Sebelumnya melangkah Hingga tahap lamaran.
2. Petungan
Tahapan ini dikenal juga Didalam istilah petung, yaitu proses perhitungan hari baik berdasarkan weton atau hari kelahiran kedua Kandidat pengantin. Hasil perhitungan ini menjadi pedoman Di menentukan kecocokan pasangan serta waktu pelaksanaan akad nikah agar membawa keberkahan dan keselamatan.
3. Pasang Tarub
Berikutnya adalah pasang tarub, yaitu mendirikan tenda hajatan Hingga Rumah Kandidat pengantin. Tarub ini berfungsi sebagai tanda bahwa Berencana diadakan Kegiatan besar seperti pernikahan. Hiasan janur, daun kelapa muda, serta bunga menjadi lambang Kejiwaan dan doa Bagi kedua Kandidat pengantin.
4. Sasrahan
Prosesi ini merupakan bentuk pemberian Didalam pihak pria kepada Kandidat mempelai wanita. Isi sasrahan biasanya berupa Pengganti lengkap, Aksesoris, perlengkapan pribadi seperti bedak dan sisir, peralatan Rumah tangga, hingga kadang disertai hewan ternak. Semua itu Memperoleh makna sebagai simbol tanggung jawab dan kesiapan Kandidat mempelai pria Di membina Rumah tangga.
5. Siraman
Siraman dilakukan Bagi membersihkan Kandidat pengantin secara lahir dan batin. Proses ini biasanya dilakukan siang hari Didalam air yang telah dicampur bunga. Keluarga terdekat Berencana ikut memandikan Kandidat pengantin secara bergiliran Di jumlah ganjil. Maknanya adalah penyucian diri agar Kandidat pengantin siap memasuki kehidupan Terbaru.
6. Kembar Mayang
Kembar mayang merupakan rangkaian janur kuning, bunga, dan dedaunan yang melambangkan pohon kehidupan. Kembar mayang biasanya digunakan Bagi mengiringi upacara panggih atau temu manten sebagai simbol doa agar kehidupan pernikahan selalu subur dan harmonis.
7. Malam Midodareni
Malam ini disebut malam sakral Sebelumnya akad nikah. Keluarga kedua Kandidat pengantin berkumpul Hingga Rumah Kandidat pengantin wanita Bagi melakukan tirakat atau berjaga sampai Di malam. Kandidat pengantin wanita tidak diperkenankan tidur, Sambil Itu Kandidat pengantin pria belum boleh menemuinya. Maknanya adalah menjaga kesucian dan menenangkan batin menjelang hari pernikahan.
8. Akad Nikah dan Panggih
Inilah puncak seluruh rangkaian pernikahan, yaitu prosesi akad nikah yang disaksikan keluarga dan tamu undangan. Setelahnya akad, dilanjutkan upacara panggih atau temu manten, yaitu pertemuan resmi pertama Di kedua mempelai sebagai pasangan suami istri.
9. Injak Telur
Sebagai simbol terakhir, pengantin pria menginjak telur ayam kampung Didalam kaki kanan hingga pecah. Sang istri Setelahnya Itu menyiram kaki suaminya Didalam air bunga dan melakukan sungkem. Ritual ini menggambarkan bakti istri kepada suami dan awal kehidupan Terbaru yang penuh kasih serta saling menghormati.
Didalam penjelasan Hingga atas, dapat kita pahami bahwa pernikahan adat Jawa bukan hanya Kegiatan seremonial, tapi cerminan nilai kesopanan dan tanggung jawab antar keluarga. Didalam memahami tradisinya, kita bisa melihat betapa dalamnya filosofi gotong royong Di Kebiasaan Global pernikahan Jawa.
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Biaya Pernikahan Adat Jawa Ditanggung Siapa? Ini Aturannya Sesuai Kebiasaan











