Bandung –
Komunitas kita akrab Di animasi mitologi Di India berjudul ‘Little Krishna’, seorang anak ajaib yang merupakan penjelmaan dewa. Nyatanya, jauh Sebelumnya episode pertama animasi itu dirilis Ke 11 Mei 2009, Ke Indonesia telah ada cerita tentang anak berkekuatan ajaib.
Misalnya, cerita anak ajaib bernama Badak Pamalang Di Sunda. Cerita ini memang belum banyak dikenal sebab berupa carita pantun, karya sastra Sunda lama.
Carita pantun berjudul Badak Pamalang ini diusahakan Dari sastrawan Ajip Rosidi Di cara merekam seorang juru pantun melagukan carita pantunnya. Carita pantun itu Lalu ditrakskripsi dan Ke antaranya diterbitkan sebagai Literatur Dari Depdikbud RI tahun 1985 Di judul “Carita Badak Pamalang, carita pantun sunda”.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badak Pamalang sendiri diceritakan Dari Ki Samid juru pantun Ke Cisolok, Didekat Palabuhan Ratu, Sukabumi. Dan Lantaran ceritanya sangat panjang, Ki Samid menceritakannya Untuk dua malam, Di tiga malam waktu yang dibutuhkannya. Menurut Ajip Rosidi, ada Dibagian-Dibagian yang dinilai Ki Samid kurang penting, dipangkas Bagi tidak diceritakan Supaya bisa menghemat waktu penceritaan. Untuk bentuk Literatur, Badak Pamalang diterbitkan Untuk dua jilid.
Untuk artikel ini, hanya dikutipkan fragmen kelahiran dan keajaiban Badak Pamalang. Cerita ini sangat penting Bagi disimak Lantaran Badak Pamalang mengajarkan nilai-nilai yang luhur, Ke antaranya tolong menolong kepada orang yang Untuk kesusahan. Di kekuatan adikodrati, Badak Pamalang menjadi anak ajaib yang memihak orang lemah.
Anak Ajaib Badak Pamalang
Kocap tercerita, ketika sekelompok keluarga kerajaan Pajajaran Untuk bertandang Ke negeri Nusa Bali, tersebutlah Ke Pajajaran, perempuan mengandung bernama Nu Geulis Aci Malati hendak melahirkan Lantaran usia kandungannya telah 9 bulan.
Ia diperiksa Dari Nu Geulis Sekar Malati dan Prebu Munding Malati. Sesudah dipastikan benar Akansegera melahirkan, dimintalah lengser menjemput Nini Paraji atau dukun beranak.
Nu Geulis Aci Malati melahirkan Di lungsur-langsar, Justru bayinya mulus dan sangat sehat. Di proses kelahiran ini, sudah ada keanehan. Yaitu, sang bayi lahir tanpa darah mengiringinya setetespun, lagi pula, bayi itu juga tidak punya pusar.
Tiga hari lahir Ke Buana Panca Di (bumi), bayi itu menangis Di teramat keras. Tangisnya tembus Ke langit, Mungkin Saja tembus juga Ke Buana Nyungcung (kahiangan). Apa yang ditangiskannya? Bayi itu meminta nama.
Kocap tercerita, sang ibu, Nu Geulis Aci Malati memberinya nama Kalang Kidang. Tetapi, tangisnya tak mereda. Dari Nini Paraji diberi nama Prebu Anggawaruling, Akan Tetapi jeritnya makin menjadi. Kembali ibundanya memberi nama Prebu Geulang Rarang, tapi tangisnya tak jua reda.
Mendengar tangisnya itu, Prebu Munding Malati datang Ke bayi itu, mengambilnya, dan menyepaknya Di kaki sampai terpental jauh Ke awang-awang. Bayi itu melambung lalu jatuh tersangkut Ke setangkai kembang cempaka warna.
Merasakan itu, Nenenda Di kahiangan turun menyambutnya. Dia Lalu mengajarkan nyanyian tentang bilangan hari, bulan, dan tahun. Nyanyian yang penuh nasihat, bahwa kelak bayi itu harus selalu mengingat Yang Tunggal.
Nenenda Lalu memberinya nama, Di harapan bahwa bayi itu kelak menjadi ‘lalaki langit langit, lalanang jagat’ (lelaki langit, jantan jagat).
“Kau sudah terbang Ke awang-awang melintasi mega malang. Maka Akansegera
nenek beri nama Badak Pamalang”. Ketika Menyambut nama itu, tangisnya reda.
Badak Pamalang Disantap Induk Elang
Bayi itu masih Ke tangkai bunga campaka warna ketika tiba-tiba seekor elang raksasa piaraan Patih Naga Bali terbang Ke Daerah Pajajaran Bagi mencari mangsa, Konsumsi Bagi anaknya yang selalu lahap.
Anak elang yang dimaksud berukuran besar, yang meski sudah sering diberi makan segala rupa tapi masih juga Ketahanan Pangan. Sampai suatu waktu, sumber daya Konsumsi Bagi anak elang Ke Nusa Bali itu habis. Sang Induk Elang meminta izin kepada Patih Naga Bali Bagi pergi mencari Konsumsi sampai jauh, sampai Ke Pajajaran.
Ke Pajajaran, tidak ada juga Konsumsi yang dia temukan, kecuali seorang bayi Badak Pamalang yang tersangkut Ke tangkai campaka warna. Induk elang itu melahapnya, tapi terasa olehnya panas yang membakar. Induk elang terbang lagi Ke Nusa Bali dan Menyediakan bayi Badak Pamalang kepada anaknya.
Anak elang melahap Badak Pamalang, Akan Tetapi Ke Untuk perut anak elang itu, Badak Pamalang tidak mati. Dia malah tumbuh besar dan tinggal Ke Untuk perut elang itu Pada sembilan bulan. Lantaran terus membesar, anak elang pun merasa tidak lapar lagi.
Mondar-mandir Ke usus elang bikin jenuh, Badak Pamalang ingin keluar tapi dia tidak hendak melewati paruh, dia akhirnya menerobos bol elang meski diarasanya bau menyengat Lantaran dipenuhi kotoran. Keluar Di bol, dia tarik bol anak elang itu hingga anak elang mati. Dia tarik juga bol induk elang hingga mati juga.
Berbadan Lebih Kuat Di Baja
Berada Ke Nusa Bali, Badak Pamalang menemukan kebun bunga yang dia senang berada Ke taman itu. Dia petiki semua bunga hingga kebun rusak. Pemiliknya, Putri Lenggang Kencana Merasakan kebunnya hancur, tapi ketika dicari siapa yang merusak, dia hanya melhat seorang bayi. Dia ambil bayi itu, dipeluk-cium dan dirawatnya.
Akan Tetapi, ketika Ke Untuk kamar dia terdengar berbicara, Demang Patih Naga Bali mendobrak pintu dan menemukan Putri Lenggang Kancana Untuk bersama bayi. Disebutkan Dari Sang Demang bahwa bayi itu bukan asli Nusa Bali dan Akansegera menjadi perusak Bangsa, maka harus dibunuh.
Badak Pamalang disepak, tapi anak itu hanya tertawa-tawa. Disabetkannya Di kencang dan keras anak itu Ke sebongkah baja, tapi dia tidak merasakan sakit. Malah berkata bahwa yang dilakukan Sang Demang itu kurang keras. Sang Demang marah besar, lalu Badak Pamalang dibawa Ke pengempa baja Bagi dihimpit Di atas dan bawah. Ajaib, dia tidak hancur, malah pengempanya yang lebur. Siksaan itu berhenti ketika Sang Demang terkena incok.
Lenggang Kancana yang tidak ingin kehilangan Badak Pamalang, yang sudah Disorot anaknya sendiri, Berlarilah dan menerjunkan diri Ke jurang hingga mati. Badak Pamalang yang kehilangan ibunda itu mencari Lenggang Kancana Di pelacak buatannya sendiri bernama ‘mustika anjing’. Sesudah ketemu, Lenggang Kancana hanya tinggal jasad. Di kesaktiannya, Badak Pamalang Berucap agar ibundanya hidup kembali. Mereka berdua akhirnya pulang kembali Ke kerajaan.
Fragmen Badak Pamalang Menolong Orang Susah
Ternyata, sekelompok keluarga Di Pajajaran yang datang Ke Nusa Bali Ke awal cerita, mereka trkurung Untuk kerangkeng. Badak Pamalang yang mendengar kabar itu Di ayam peliharaannya bernama Kentri Haji Malang Dewa segera menyusul Ke kerangkeng.
Penjara itu dihancurkannya, Lantaran tahu bahwa para penghuni Penjara adalah warga Pajajaran. Di tangannya, ruji penjara itu dihancurkan sampai berkeping-keping.
Mereka yang dipenjara itu tubuhnya kurus. Dari Badak Pamalang dibawakan buah-buahan sebanyak satu bodag (wadah Di anyaman
bambu) yang dia dapat Di pasar. Penghuni penjara itu makan Di lahap dan saling bertukar cerita tentang asal-usul masing-masing yang sama-sama Di Pajajaran. Ke kesempatan lain, Badak Pamalang juga menolong salah satu permaisuri yang diculik raksana Jonggrang Kalapitung.
Demikian sekelumit cerita anak ajaib Badak Pamalang yang dikutip Di carita pantun yang amat panjang.
Makna Badak Pamalang
Menurut sejumlah ahli, Badak Pamalang adalah simbol bagaimana seharusnya manusia Sunda berlaku Untuk kehidupan. ‘Badak’ adalah hewan bumi. Pemberian nama binatang ini umum dilakukan Ke Sunda masa lalu, seperti penamaan Mundinglaya, Mundingkawati, dsb., Sambil ‘Pamalang’ adalah kawasan awang-awang, langit, angkasa.
Badak Pamalang senada Di ungkapan ‘lalaki langit, lalanang jagat’. Menjadi manusia Sunda itu haruslah ‘badannya berpijak Ke bumi, hatinya selalu bergantung kepada langit (Yang Tunggal/Tuhan Yang Mahaesa)’.
(iqk/iqk)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Cerita Anak Ajaib Badak Pamalang Untuk Carita Pantun Sunda