Cerita Asal-usul Kebiasaan Meron Hingga Sukolilo Pati Bagi Peringati Maulid Nabi


Pati

Warga Desa Sukolilo, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, hari ini Melakukan Kebiasaan Meron Bagi merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Kebiasaan ini berlangsung meriah Bersama adanya Persaingan meron atau gunungan yang diyakini membawa berkah. Begini cerita asal-usulnya.

Peristiwa Kebiasaan Meron digelar Selasa (17/9/2024), mulai pukul 11.00 WIB. Kepala desa dan Alat membawa meron atau gunungan yang ditaruh Hingga sepanjang jalan Sukilolo Pati. Total ada 12 meron. Meron itu terdiri Bersama mahkota, gunungan, dan ancak. Hingga setiap ancak terdapat jenis Minuman yang berbeda.

Setelahnya belasan meron ditaruh Hingga jalanan, tokoh agama, dan Komunitas memulai Peristiwa Bersama melantunkan selawat dan ayat-ayat Al-Qur’an. Juga dibacakan tentang sejarah meron, disambung Bersama sambutan dan diakhiri Bersama pembacaan doa.


Pantauan detikJateng, Pada Peristiwa belum selesai, beberapa meron telah diperebutkan Bersama sejumlah warga.

Sekretaris panitia Peristiwa, Triyono, mengatakan Kebiasaan meron Bagi memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dilestarikan secara turun temurun Hingga Desa Sukolilo Pati Dari ratusan tahun lalu.

“Bahwa meron ini sudah ratusan tahun yang lalu, (Dari tahun) 1628,” kata Triyono kepada wartawan Hingga lokasi, Selasa (17/9/2024).

Kisah Awal Mula Meron

Triyono lalu menceritakan sejarah asal-usul Kebiasaan meron. Ceritanya berawal Bersama prajurit Kerajaan Mataram Islam yang singgah Hingga Daerah Sukolilo ketika menyerang Pragolo Pati.

“Prajurit itu singgah Hingga Pati Lalu singgah Hingga Sukolilo, dan bertepatan Bersama Peristiwa Maulid Nabi Muhammad SAW. Kalau Hingga Mataram atau Hingga Yogyakarta itu ada sekaten, Lalu dilanjutkan Hingga sini itu ada meron,” ujar dia.

Menurut Triyono, meron merupakan kependekan Bersama mempere keraton (layaknya keraton). Artinya, Kebiasaan ini hampir mirip seperti sekaten yang ada Hingga keraton Mataram Islam. Di Itu kata meron juga diartikan sebagai gunungan.

“Meron itu singkatan mempere keraton, tapi bentuknya ada seperti gunungan. Jumlahnya ada 13 gunungan, Bersama kepala desa dan perangkatnya,” terang dia.

Kali ini ada 13 meron yang disajikan Hingga sepanjang jalan Sukolilo. Meron terdiri Bersama Pada mahkota, gunungan, dan ancak. Isinya berupa Minuman dan hasil Agrikultur warga Sukolilo Pati.

“Lalu ada oncenya, ada juga ada rengginang. Lalu bawahnya Terbaru Minuman. Filosofinya itu kemakmuran,” ucap Triyono.

Diyakini Membawa Berkah

Menurut Triyono, warga meyakini Minuman Bersama meron itu membawa berkah.

“Itu ada kepercayaan Komunitas yang dapat Minuman (Bersama meron) disebarkan Hingga tanaman supaya itu subur. Lalu once disimpan,” kata dia.

Triyono menambahkan Kebiasaan meron telah ditetapkan sebagai warisan Kebiasaan Global tak benda. Dia bilang meron juga telah ditetapkan sebagai kekayaan intelektual komunal.

“Harapan kita setiap event membawa kerukunan supaya tidak terjadi gesekan-gesekan dan sebagainya,” pungkas Triyono.

Sambil Itu, salah satu warga Sukolilo, Narti, mengaku rela berebut Minuman Bersama meron Bagi nantinya disebarkan Hingga sawahnya.

“Ide mau dibagi-Bagi, ini dapat rengginang, nasi, cucur, ampyang. Kalau petani disebarkan Hingga sawah. Saya juga mau sebar Hingga sawah,” kata Narti Hingga lokasi.

Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Cerita Asal-usul Kebiasaan Meron Hingga Sukolilo Pati Bagi Peringati Maulid Nabi