Bandung –
Vokalis lagu pop Sunda, Nining Meida Ke tahun 1988 menyanyikan lagu gubahan Yin S, berjudul “Ka Bulan”. Lagu Ke album “Kalangkang” itu berkisah tentang bayangan jika manusia tinggal Ke Bulan.
Jika terwujud bisa tinggal Ke Bulan, lagu itu berkisah bahwa ingin sekali ada Pembaruan Kearifan Lokal Dunia Sunda Ke Bulan. Karya Seni seperti Ketuk Tilu dan tari Jaipongan Akansegera tetap lestari meski orang Sunda tinggal Ke Bulan.
“Mun pareng nincak ka bulan
hayang ngaronjatkeun Kearifan Lokal Dunia Sunda
ketuk tilu, jaipongan
moal leungit sanajan pindah ka bulan,” bunyi lirik itu.
Tetapi, Sebelumnya Nining Meida “mengajak” Ke Bulan, orang Sunda telah lama mengenal sosok yang tinggal Ke Bulan. Sosok itu adalah seorang nenek Di seekor kucing. Nenek itu bernama Nini Anteh dan kucingnya bernama Candramawat.
Nini Anteh hidup Ke Untuk alam pikir orang Sunda Lantaran diceritakan turun temurun. Nini Anteh sering terlihat bayangannya ketika purnama terjadi. Bulan yang bercahaya terang membuat bayangan Nini Anteh dan kucingnya yang tinggal Ke kulit bulan menyembul dan terlihat Untuk bumi. Jika Di purnama terlihat ada bercak Ke bulan, bercak itulah bayangan Nini Anteh dan kucingnya.
Nini Anteh semula adalah manusia, Akan Tetapi cerita yang pilu menjadi penyebab Nini Anteh tinggal Ke Bulan, Untuk usia anak-anak sampai Nini Anteh benar-benar menjadi nenek-nenek, dia dan kucingnya tinggal Ke bulan.
Ke bulan, Nini Anteh tidak berdiam diri, melainkan punya Karya. Aktivitasnya adalah mengantih, yaitu membuat benang Untuk kapas-kapas yang telah dipintal. Benang hasil kantihan adalah bahan utama Bagi menenun kain. Bagaimana lengkapnya cerita Nini Anteh tinggal Ke bulan dan mengantih sampai beruban?
Dua Versi Cerita Nini Anteh
Cornelis Marinus Pleyte atau sering disebut C.M Pleyte (1863-1917) adalah etnograf kelahiran Belanda dan meninggal Ke Batavia. Dia Ke Di yang menuliskan cerita Nini Anteh, cerita lisan yang berkembang Ke Sunda.
Cerita Nini Anteh dia abadikan Untuk Bacaan berjudul “De Inlandsche Nijverheid West Java Sociaal-ethnologisch Verschijnsel”, terbit Ke 1912. Mengutip Untuk berbagai sumber, cerita tertulis paling tua tentang Nini Anteh tersebut ditulis Untuk bahasa Belanda dan Sunda.
Cerita versi C.M Pleyte ini mengisahkan pemburu yang kencing Ke hutan dan air kencingnya diminum kucing. Kucing itu hamil dan melahirkan bayi perempuan yang kelak menjadi Nini Anteh. Jika sekarang ini Nini Ateh tinggal Ke Bulan bersama kucingnya, kucing tersebut adalah ibu kandungnya.
Selain versi C.M Pleyte, ada pula versi lain cerita Nini Anteh ini. Yang tak kurang masyhurnya adalah cerita cinta segitiga Di Pangeran Anantakusuma Untuk Kadipaten Wetan yang seharusnya menikah Di Putri Endahwarni Untuk Pakuan, malah terpincut Di Keelokan pelayan istana bernama Anteh.
Sadar Akansegera situasi yang kacau jika Anteh Memperoleh cinta Pangeran Anantakusuma, sebagaimana Sebelumnya Itu dia sempat diusir Untuk istana tempatnya bekerja, Anteh berdoa kepada dewata agar diberi jalan keluar.
Maka, ketika Untuk bermain Ke halaman rumahnya Ke sudut istana dan Pangean Anantakusuma terus mengejar cintanya, cahaya bulan menyedot Anteh dan Kucingnya. Di tinggal Ke Bulan, pangeran tak bisa lagi mengejar Anteh.
Cerita Nini Anteh Tinggal Ke Bulan
Nama Anteh diambil kata “Kanteh” Untuk bahasa Sunda atau Kantih Untuk Indonesia, yang merupakan Karya perempuan itu memintal benang. Benang hasil kantihan itu adalah bahan utama menenun kain.
Berikut cerita lengkap Nini Anteh dikutip Untuk situs Explore Sunda dipadukan Di cerita yang termaktub Untuk skripsi Lulu Nurul Karomah (2018) Ke Unikom berjudul “Perancangan Informasi Cerita Legenda Nyai Anteh Lewat Media Bacaan Komik”:
Ke zaman dahulu ada seorang pemburu punya kucing peliharaan. Suatu hari pemburu tersebut buang air kecil Ke Untuk batok kelapa. Kucing betina peliharaannya itu meminumnya. Tak berapa lama kucing putih itu hamil dan melahirkan.
Kucing itu ternyata melahirkan anak perempuan berwujud manusia yang wajahnya luar biasa cantik. Pemburu itu akhirnya merawat bayi tersebut serta kucingnya. Pemburu mengurus Di baik anak perempuan dan kucing putih peliharaannya.
Tujuh tahun Setelahnya Itu Untuk kelahiran bayi itu, pemburu menikah Di seorang wanita. Akan Tetapi, wanita itu Memiliki sifat yang buruk meski tetap takut kepada suaminya. Jika pemburu ada Ke Tempattinggal, wanita itu pura-pura sayang. Jika tidak ada, disiksanya anak dan kucing peliharaan itu, Justru tidak diberi makan.
Ke suatu hari, pemburu hendak berburu Ke hutan. Ia menitipkan anak dan kucing peliharaannya Ke istrinya, ia berpesan agar anak dan kucingnya diurus Di baik dan diberi cukup makan.
Istri pemburu tidak mengetahui bahwa kucing putih adalah ibu Untuk anak perempuan, ia mengira ibu Untuk anak perempuan tersebut sudah meninggal. Jika pemburu Untuk berada Ke Tempattinggal, istrinya begitu baik memperlakukan anak dan kucingnya, tapi ketika pemburu tidak ada Ke Tempattinggal anak dan kucingnya diperlakukan Di buruk Di sering memukulnya Di lidi dan tidak diberi makan. Ketika pemburu sudah hampir datang Ke Tempattinggal, kepala anak tirinya dipukul menggunakan boboko atau bakul nasi sampai kepala anak itu penuh Di remah nasi.
Di pemburu itu bertanya Ke istrinya apakah anaknya sudah diberi makan, maka istrinya Akansegera menjawab bahwa anaknya sudah makan hingga kenyang sampai remah nasi memenuhi kepalanya. Padahal istri pemburu itu hanya berbohong, jika diberi makanpun hanya nasi sisa kemarin yang dicampur Di abu gosok. Akan Tetapi pemburu itu percaya kepada istrinya.
Jika pemburu tidak ada, istrinya Akansegera memukuli anak tirinya Di menggunakan lidi. Kucing putih yang melihatnya Akansegera mengeong Di keras sambil mencakar istri pemburu, Lantaran merasa tidak terima jika anaknya diperlakukan Di buruk seperti itu. Istri pemburu yang merasa kesal lalu menyiksa kucing putih.
Anak itu Ketahanan Pangan. Ketika pemburu tidak ada, dia membawa kucingnya berjalan Ke hutan. Anak itu berjalan Ke Ke sungai. Ke tepi sungai ada sebuah pohon nunuk yang buahnya banyak berjatuhan Ke sungai. Anak perempuan itu berjalan menyusuri tepian sungai sambil menggendong kucing. Ia pun bersenandung :
Amis teuing buah nunuk,
Batan kéjo kamarunggi
Pamere ambu ing téré
(Manis sungguh manis buah nunuk
ketimbang nasi penuh benci
pemberian ibu tiri)
Tak berapa lama pemburu kembali Ke Tempattinggal dan bertanya Ke istrinya tentang keberadaan anak dan kucingnya. Istrinya menjawab anak dan kucingnya mandi Ke sungai. Hingga setengah hari, keduanya belum juga kembali.
Pemburu bergegas menyusul Ke sungai, Akan Tetapi pemburu tidak menemukan anak perempuan dan kucingnya. Ia terus mencari Di menyusuri tepi sungai, tak berapa lama terdengar suara seorang anak yang Untuk bersenandung kecil.
Ketika pemburu mengikuti asal suara tersebut, betapa kagetnya melihat anak perempuan dan kucingnya sudah berada Ke puncak pohon nibung. Anak perempuan itu menggendong kucingnya sambil terus bersenandung.
Pohon itu luar biasa tinggi. Pemburu itu meminta anaknya Bagi turun Untuk pohon, Justru pemburu memohon sambil menangis. Tapi anak perempuannya tidak mau turun dan tetap bersenandung, pohon nibung tersebut Akansegera Lebihterus tumbuh tinggi jika anak perepuan itu bersenandung.
Pemburu tidak mau menyerah, ia mulai Naik pohon Akan Tetapi usahanya sia-sia Lantaran pohon nibung itu tumbuh Lebihterus tinggi sampai menyentuh langit. Sampai akhirnya muncul tangga emas yang datang Untuk Bulan, anak perempuan bersama kucingnya menaiki tangga emas sampai Ke bulan. Tidak berapa lama tangga emas itu kembali Ke Bulan.
Pemburu tetap memaksakan diri Naik sampai puncak pohon nibung. Akan Tetapi sesampainya Ke puncak pohon, ia hanya berdiri mematung. Turun terlalu jauh, Ke Bulan tiada jembatan. Akhirnya ia hanya berdiam sampai meninggal.
Ke Bulan, anak perempuan itu diurus Di bidadari yang menjadi ratu Ke Bulan. Anak perempuan itu diberi pekerjaan mengantih dan menenun. Siang malam pekerjaan itu dilakukan, tapi tak selesai-selesai Lantaran pintalan yang kusut dan benang yang sering putus. Anak perempuan itu menenun Untuk kecil hingga dewasa, hingga tua dan rambutnya beruban. Lantaran sudah nenek-nenek dan beruban, dia disebut sebagai Nini Anteh.
Makna Cerita Nini Anteh
Untuk cerita Nini Anteh, sosok perempuan terpinggirkan diwakili Di Nini Anteh. Untuk dua versi cerita, Nini Anteh adalah kaum “mustadh’afin” atau yang dilemahkan dan ditindas.
Cerita NIni Anteh mengajarkan kaum perempuan Bagi bangkit keluar Untuk situasi tertindas itu. Selain berani Bagi keluar, harus pula perempuan punya perhitungan kemandirian hidup. Yaitu, Di Memiliki kemampuan bekerja, keahlian menenun, dan lain sebagainya yang bisa disesuaikan Di zaman.
(iqk/iqk)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Cerita Nini Anteh Tinggal Ke Bulan dan Pesan Moralnya