Denpasar –
Bulan Ramadan 1446 hijriah atau 2025 masehi tinggal hitungan hari. Di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), ada Kearifan Lokal dan ritual khusus Sebagai menyambut bulan suci itu, yakni Doa Wura Bola.
Secara etimologi, Wura Bola berasal Di dua kata Bima (Mbojo) yakni Wura berarti bulan dan Bola yang berarti bangun. Agar Doa Wura Bola bisa diartikan adalah Doa Bulan Terbangun.
Sejarawan Bima, Fahru Rizki, menjelaskan secara terminologi Doa Wura Bola adalah penerapan nilai-nilai tasawuf Di bulan Syaban atau bulan menjelang Ramadan. Pada bulan Syaban semuanya terbangun, mulai Di jiwa, batin, raga Di rangka menyambut bulan suci Ramadan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Wura Bola Di bulan Syakban adalah Wura karaso sarumbu (bulan mensucikan diri) menyambut bulan Ramadan. Dan biasanya warga banyak Mengadakan Doa Wura Bola,” ungkap Fahru kepada detikBali, beberapa waktu lalu.
Untuk orang Bima, bulan Syakban dipercaya sebagai bulan yang sangat istimewa. Bulan itu, tak hanya dipersiapkan Sebagai membersihkan fisik (mentalitas) dan rohani, tapi juga Dikatakan Memperbaiki spiritualitas.
“Bulan Sebagai membersihkan jiwa dan raga menjelang bulan puasa Ramadan,” imbuh Peneliti Kearifan Lokal Dunia Bima ini.
Asal Muasal Doa Wura Bola
Suasana doa Wura Bola Di Bima, NTB, Sabtu (15/2/2025) malam. (Dok. Rafiin/detikBali)
|
Fahru menjelaskan ritus Doa Wura Bola dimulai Dari masuk atau berkembangnya tarekat Di Bima Di abad Hingga-19. Kearifan Lokal doa Wura Bola juga dipengaruhi ritual doa bersama menyambut bulan Ramadan Di Makassar, Sulawesi Selatan.
“Meski tak wajib, ritus Doa Wura Bola terus berkembang Di Di-Di Komunitas Bima sampai Pada ini,” katanya.
Fahru mengaku, Doa Wura Bola Di Bima biasanya mulai dilaksanakan pertengahan bulan Syakban hingga dua atau tiga hari memasuki bulan Ramadan. Prosesi dan waktu pelaksanaanya berbeda-beda sesuai Bersama Daerah (kampung) masing-masing.
Misalnya Di satu Daerah, Doa Wura Bola dipimpin Dari imam masjid. Sambil Itu Daerah yang lainnya dipimpin Dari Lebe Toi (ustaz) dan Guru Lebe (tuan guru/ulama). Sambil Itu waktu pelaksanaannya ada yang siang hari dan ada juga Sesudah salat Magrib.
“Kebanyakan Doa Wura Bola Di Bima Berencana dimulai Di waktu Sesudah salat Isya dan rata-rata dipimpin Dari Guru Lebe,” katanya.
Ia mengaku Doa Wura Bola Berencana membaca surah-surah pendek Al-quran seperti, Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al- Falaq, An-Nas hingga surah Yasin. Akan Tetapi, tiap Daerah (kampung) ada yang berbeda-beda bacaan doa-doanya.
“Ada juga yang membaca surah Yasin dan ayat Sofa saja. Tapi yang paling penting membaca surah Al- Baqarah Di ayat 1 sampai 7,” ujarnya.
Sesuai membaca doa bersama, Guru Lebe dan para undangan yang hadir Berencana disuguhi bungkusan hadiah yang biasa disebut jangko Di penyelenggara Doa Wura Bola. Adapun isi jangko terdiri Di kue-kue kering tradisional khas Bima dan pisang.
“Yang paling spesial isi jangko Di Doa Wura Bola adalah oha mina, nasi ketan yang dicampur Bersama Migas, rempah-rempah, dan bawang goreng,” imbuh Fahru.
Tujuan Doa Wura Bola
Fahru menjelaskan Untuk penyelenggara Doa Wura Bola Memperoleh makna dan tujuan yakni termotivasi sendiri. Sebab, ada pertemuan Bersama keluarga Didekat Di pekan kedua Syakban dan Sesudah itu Bersama Komunitas (tetangga).
“Untuk yang meyakini bisa mendatangkan bareka (keberkahan). Untuk para undangan Memperoleh jangko ibaratnya membawa pulang keberkahan,” katanya.
Samping Itu, Doa Wura Bola sebagai wadah Sebagai berkumpul Bersama handai taulan, tetangga dan kerabat Didekat. Termasuk juga dijadikan sarana Sebagai menjalin silaturahmi antar sesama menjelang memasuki bulan Ramadan.
“Sekaligus juga saling bermaaf-maafan menjelang bulan Ramadan,” imbuhnya.
(nor/nor)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Doa Wura Bola, Ritual Menyucikan Diri Menyambut Ramadan Di Bima