Filosofi Tari Bedhaya Ketawang Solo, Digunakan Pada Agenda Apa?


Solo

Tari bedhaya ketawang berasal Di Surakarta atau Solo yang biasanya kerap ditampilkan Untuk Kegiatan-Kegiatan Di lingkungan Keraton Solo. Di dalamnya, terdapat filosofi mendalam mengenai kisah Kanjeng Ratu Kidul.

Menurut Eksperimen bertajuk ‘Gerakan Tari Bedhaya Ketawang Surakarta sebagai Ide Penciptaan Motif Di Busana Ready to Wear’ Di Diva Putri Gunawan, nama bedhaya ketawang berasal Di kata ‘bedhaya’ yang berarti penari wanita Di istana, sedangkan kata ‘ketawang’ Memiliki makna langit atau mendung Di langit.

Salah satu momen sakral ditampilkannya tari bedhaya ketawang adalah Pada naiknya takhta Raja Keraton Kasunanan Surakarta. Hal ini tidak terlepas Di tari bedhaya ketawang yang sarat Berencana makna dan filosofi mendalam. Sebagai lebih jelasnya, mari simak rangkuman informasi Menarik Perhatian mengenai tari bedhaya ketawang sebagai Pada Di Kearifan Lokal Dunia khas Di Surakarta atau Solo ini.


Skor Utamanya:

  • Tari Bedhaya Ketawang melambangkan hubungan sakral Antara Kanjeng Ratu Kidul dan Raja Mataram, yang menggambarkan cinta dan juga kesetiaan Pada kerajaan.
  • Tarian ini Dikatakan sakral Lantaran dipercaya bahwa Ratu Kidul turut hadir secara gaib Pada pertunjukan, Supaya gerak, busana, dan prosesi dilakukan Di aturan khusus.
  • Bedhaya Ketawang menjadi simbol keagungan dan legitimasi kekuasaan raja, ditampilkan Di momen penting seperti penobatan dan upacara kerajaan, Di 9 penari sebagai lambang kesempurnaan.

Filosofi Tari Bedhaya Ketawang Solo

Sebelumnya Itu, sudah dijelaskan sekilas mengenai arti Di balik nama bedhaya ketawang. Ternyata tarian ini menyimpan filosofi yang begitu mendalam. Masih dikutip Di Eksperimen yang sama, tari bedhaya ketawang Dikatakan sebagai lambang Di kebesaran seorang raja.

Hal tersebut tidak terlepas Di nama tari bedhaya ketawang yang erat kaitannya Di tempat tinggal para dewa hingga sesuatu yang suci atau tinggi. Di Pada Yang Sama, tari bedhaya ketawang diciptakan sebagai wujud Di kisah cinta Antara Kanjeng Ratu Kidul dan juga Panembahan Senopati yang merupakan Raja Mataram pertama.

Gerakan tari bedhaya ketawang disebut mampu menggambarkan bujuk rayu permohonan Ratu Kidul agar Panembahan Senopati tidak pergi. Sebagai Alternatif, Ratu Kidul berharap Panembahan Senopati menetap dan bersinggasana Di Samudra Kidul.

Kendati begitu, Panembahan Senopati tidak dapat memenuhi keinginan Ratu Kidul tadi. Sebagai Alternatif, keduanya sepakat agar menjaga Kerajaan Mataram bersama-sama. Sebagai wujud cinta, diciptakannya tari bedhaya ketawang ini.

Di Pada Yang Sama, Di Untuk Bacaan ‘Bercah-bercah Estetika Nusantara’ karya Mudji Sutrisno, dkk., tari bedhaya ketawang Memiliki filosofi mendalam yang berkaitan Di hubungan Antara Kanjeng Ratu Kidul dan Panembahan Senopati. Hal ini dikarenakan Melewati tarian ini pula, Ratu Kidul dan bala tentaranya Mengungkapkan diri setia kepada Panembahan Senopati.

Tak heran, keberadaan tari bedhaya ketawang Dikatakan sangat sakral. Biasanya tarian ini Berencana melibatkan setidaknya 9 penari putri Di menggunakan kostum yang sama. Bukan Hanya Itu saja, gerakan yang dihasilkan juga sama Antara penari yang satu Di lainnya.

Mitos Tari Bedhaya Ketawang

Selain punya filosofi mendalam yang berkaitan Di Ratu Kidul dan Panembahan Senopati, tari bedhaya ketawang turut menyimpan mitos yang Bisa Jadi masih diyakini hingga Pada ini. Mitos yang dimaksud berkaitan erat Di datangnya Ratu Kidul Pada pertunjukan tari berlangsung.

Menurut Eksperimen ‘Makna Simbolik Tari Bedhaya Kirana Ratih Di Keraton Kasunanan Surakarta’ karya Dewi Purnama Sari, dkk., ada keyakinan Di kalangan tertentu bahwa Pada tari bedhaya ketawang, Kanjeng Ratu Kidul Berencana hadir. Kendati begitu, kehadirannya Untuk wujud yang ghaib.

Justru hanya orang-orang tertentu yang bisa Merasakan kehadiran Di Ratu Kidul Pada pertunjukan berlangsung. Mitos ini ternyata tidak terlepas Di kisah yang melatarbelakangi tarian ini.

Masih dikutip Di Eksperimen Sebelumnya Itu, kesepakatan Sebagai menjaga Kerajaan Mataram membuat Panembahan Senopati dan Ratu Kidul Mengungkapkan kesetiaannya. Salah satunya berupa Panembahan Senopati yang mempersilakan Ratu Kidul berkunjung apabila sewaktu-waktu raja-raja keturunan Kerajaan Mataram Mengadakan tari bedhaya ketawang ini.

Tidak sampai Di situ saja, konon, Panembahan Senopati turut mengundang Ratu Kidul datang Hingga daratan guna mengajarkan para penari atau abdi dalem bedhaya Untuk menarikan tari bedhaya ketawang ini. Di sebab itulah, tari bedhaya ketawang dikenal sarat Berencana kesakralan, termasuk Di lingkup Keraton Kasunanan Surakarta.

Tari Bedhaya Ketawang Solo Sebagai Agenda Apa?

Di lingkup Keraton Solo, tari bedhaya ketawang punya fungsi berupa legitimasi kekuasaan. Disebutkan Untuk Eksperimen lain berjudul ‘Tari Bedhaya Ketawang Legitimasi Kekuasaan Raja Surakarta’ karya Nora Kustantina Dewi, tarian ini Dikatakan sebagai simbol Raja Keraton Solo yang Dikatakan sah sebagai pewaris keturunan Kerajaan Mataram.

Di Di Itu, Melewati tarian bedhaya ketawang ini juga keajegan kekuatan ghaib terpancarkan. Sebagai itu, tari bedhaya ketawang biasanya digelar Untuk berbagai Kegiatan sakral yang berkaitan Di Raja Keraton Solo. Satu Di antaranya Di Pada raja yang Mutakhir naik takhta.

Hal tersebut dikarenakan Melewati tari bedhaya ketawang ini, dapat menjadi salah satu simbol pengukuhan kewibawaan seorang raja. Ini yang membuat tari bedhaya ketawang bisa dikatakan tidak hanya berkaitan Di pusaka semata, tapi juga menunjukan kebesaran sosok raja.

Di Pada Yang Sama, Di Untuk Bacaan ‘Etika Jawa: Pedoman Luhur dan Prinsip Hidup Orang Jawa’ Di Sri Wintala Achmad, tari bedhaya ketawang biasanya harus ditampilkan Di hadapan seorang raja. Baik itu Pada raja naik takhta maupun berulang tahun hingga perayaan penting lainnya.

Kendati begitu, tari bedhaya ketawang bisa ditampilkan Di luar istana Di Syarat khusus. Di jumlah penari bedhaya ketawang biasanya melibatkan 9 orang perempuan, tapi Pada dipentaskan Di luar istana, maka jumlah penari yang diperlukan hanya ada 6 atau 7 orang saja.

Syarat tersebut bukanlah tanpa alasan. Ini dikarenakan ada makna tersendiri Di balik angka 9. Dikatakan angka 9 melambangkan kesempurnaan hidup manusia. Baik itu berkaitan Di warna cakra Untuk diri manusia, arah mata yang dikuasi Di dewa-dewa, hingga anggota badan manusia.

Demikian tadi mengenai filosofi tari bedhaya ketawa khas Solo yang Dikatakan sakral dan ditampilkan Di Pada-Pada tertentu. Semoga informasi ini mampu menambah wawasan Mutakhir Untuk kamu, ya.

Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Filosofi Tari Bedhaya Ketawang Solo, Digunakan Pada Agenda Apa?