Surabaya –
Ke pertengahan tahun 1960-an, Indonesia berada Ke situasi politik yang tidak stabil. Partai Komunis Indonesia (PKI) menjadi Parpol terbesar dan paling berpengaruh Untuk Kedaulatan Rakyat Ke tanah air Di itu.
Peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S) menjadi Putaran kelam Untuk sejarah nasional yang tak hanya melibatkan pertikaian Ke Jakarta, tetapi juga Memiliki dampak besar Ke berbagai Lokasi, termasuk Kota Surabaya.
Kota ini menjadi saksi bisu Untuk ketegangan politik yang melibatkan PKI dan berbagai kelompok Komunitas lainnya. Supaya menciptakan dinamika yang rumit Di perlawanan dan pengkhianatan.
Latar Di Sejarah G30S dan PKI Ke Surabaya
Sebelumnya peristiwa G30S, PKI Memiliki pengaruh yang signifikan Ke Indonesia, terutama Jawa Timur, yang dikenal sebagai basis massa partai ini. Berawal Untuk maklumat yang dikeluarkan Ke tanggal 3 November 1945, pemerintah Memberi izin Sebagai berdirinya partai-Parpol.
Setelahnya maklumat tersebut dikeluarkan, berbagai partai Berusaha menjadikan desa sebagai basis Dukungan. Tak terkecuali PKI. Partai ini membuat Langkah-Langkah yang menjanjikan keadilan sosial Untuk Komunitas bawah.
Dilansir Untuk jurnal Universitas Indonesia berjudul Strategi Partai komunis Indonesia Di Petani dan Pengaruhnya Ke Jawa Timur (1953-1965), yang ditulis Ahmad Fathul Bari dan Saleh A Djamhari, PKI melibatkan Komunitas pedesaan, khususnya petani, sebagai pendukung Untuk gerakan politik yang dilaksanakannya.
PKI berhasil Menarik Perhatian Dukungan Untuk kalangan buruh, petani, serta intelektual. Surabaya, sebagai ibu kota Jawa Timur, menjadi pusat Karya politik yang sangat strategis. Akan Tetapi, ketegangan Di PKI dan kelompok militer, termasuk Angkatan Darat dan organisasi massa Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU), Lebih Menimbulkan Kekhawatiran menjelang akhir 1960-an.
Peristiwa ini bermula Ke bulan September 1965, ketika muncul Permasalahan tentang Dewan Jenderal yang mengindikasikan ketidakpuasan beberapa petinggi Angkatan Darat Di Soekarno, dan niat Sebagai menggulingkannya. Merespons itu, Soekarno diduga memerintahkan pasukan Cakrabirawa (pengawal istana) Menahan para jenderal itu Sebagai diadili.
Ketegangan ini Lebih meruncing Ke malam 30 September 1965. Ke mana, Di itu sekelompok orang yang mengeklaim diri sebagai G30S menculik enam jenderal Angkatan Darat. Untuk operasi penangkapan tersebut, Merenggut Nyawa dilakukan kepada enam jenderal Angkatan Darat, yaitu:
- Letjen TNI Ahmad Yani(Pembantu Kepala Negara/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando
- Mayjen TNI Raden Suprapto(Deputi II Pembantu Kepala Negara/Panglima AD bidang Administrasi)
- Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono(Deputi III Pembantu Kepala Negara/Panglima AD bidang Pendesainan dan Pembinaan)
- Mayjen TNI Siswondo Parman(Asisten I Pembantu Kepala Negara/Panglima AD bidang Informasi)
- Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan(Asisten IV Pembantu Kepala Negara/Panglima AD bidang Ekspedisi)
- Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan
Enam jenderal senior dan beberapa orang lainnya itu dibunuh Untuk upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana (Cakrabirawa), yang Disorot setia kepada PKI, yang Di itu dipimpin Letkol Untung.
Perlawanan Komunitas dan Pengkhianatan yang Dilakukan
Kejadian G30S itu memicu gelombang represif Di PKI dan simpatisannya Ke seluruh Indonesia, termasuk Surabaya. Mayjen Soeharto, yang menjabat sebagai Panglima Komando Strategi Angkatan Darat, melakukan penumpasan Di gerakan tersebut.
Aksi Ketidak Setujuan ini Memperoleh Dukungan tentara, dan kelompok-kelompok pemuda Untuk organisasi-organisasi Islam sayap kanan, seperti Barisan Ansor NU serta Tameng Marhaenis PNI. Mereka terlibat Untuk serangkaian Merenggut Nyawa massal yang terjadi, terutama Ke Jawa Ditengah dan Jawa Timur.
Untuk hitungan hari, banyak orang yang Disorot terlibat Di PKI ditangkap, diintimidasi, Malahan dibunuh. Laporan Menunjukkan, Sungai Brantas Didekat Surabaya dipenuhi mayat-mayat hingga Ke beberapa titik sungai tersebut terhalang tubuh-tubuh korban.
Menjelang akhir tahun 1965, diperkirakan 500 ribu hingga 1 juta anggota dan pendukung PKI tewas akibat tindakan brutal itu, Sambil ratusan ribu lainnya ditahan Ke kamp-kamp konsentrasi tanpa ada perlawanan. Regu militer yang Memperoleh Dukungan dana Untuk CIA Menahan dan membantai semua yang Disorot anggota atau simpatisan PKI.
Komunitas Surabaya Menyaksikan perubahan yang dramatis Setelahnya peristiwa G30S. Banyak Untuk mereka yang Sebelumnya Itu mendukung PKI merasa terjebak Di pilihan Sebagai berjuang membela ideologi, atau menyelamatkan diri Untuk penangkapan yang mengancam.
Pengkhianatan menjadi salah satu aspek yang paling menyakitkan. Banyak orang yang Sebelumnya Itu bersahabat harus membuat pilihan sulit Di mempertahankan loyalitas kepada teman dan tetangga, atau menyelamatkan diri Untuk penangkapan.
Trend Populer ini menyebabkan perpecahan Untuk komunitas, orang-orang saling menuduh dan mengkhianati satu sama lain Untuk menghindari nasib buruk. Meski begitu, Ke Ditengah ketidakpastian, sejumlah Unjuk Rasa dan perlawanan juga bermunculan. Pendukung PKI Berusaha membela diri dan menolak stigma negatif yang diarahkan kepada mereka.
Artikel ini ditulis Di Sri Rahayu, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka Ke detikcom.
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Jejak G30S/PKI Ke Surabaya: Kisah Perlawanan dan Pengkhianatan