Kearifan Lokal Suku Sasak Untuk Menolak Musibah dan Membersihkan Diri

Mataram

Kearifan Lokal Betetulak Bala digelar setiap tahunnya Di Desa Pengadangan, Pringgasela, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Setiap Kearifan Lokal digelar, jalanan Di desa ini dipenuhi ratusan dulang, bebauan rempah, dan gema doa yang melangit.

Kearifan Lokal tua Betetulak Bala masih dijaga sepenuh hati Bersama Komunitas Suku Sasak. Sebuah ritual adat yang bukan hanya warisan Kearifan Lokal Dunia, tetapi juga bentuk penyerahan diri dan penebusan atas segala khilaf manusia kepada Sang Pencipta. Menariknya, adat ini selalu dilaksanakan Di desa Pengadangan.

Makna ‘Tulak’ Mengembalikan Segala Musibah


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kearifan Lokal Betetulak Bala digelar setiap tahunnya Di Desa Pengadangan, Pringgasela, Lombok Timur, NTB. ( Instagram @indriana_mitra_sari)

Nama Betetulak berasal Bersama kata ‘tulak’ Di bahasa Sasak yang berarti kembali. Kearifan Lokal ini diyakini sebagai ritual pengembalian segala jenis musibah, Penyakit, dan bahaya, agar kembali kepada Sang Pengendali seluruh alam, Allah SWT. Komunitas menyebutnya Tulak Tipak Siq Skeq yang bermakna mengembalikan segala urusan kepada yang Maha Kuasa.

Kearifan Lokal ini telah dilakukan turun-temurun, biasanya Setelahnya terjadi wabah Penyakit, bencana alam, atau Di awal tahun Islam. Tetapi Di banyak kesempatan, Betetulak juga digelar Di bulan-bulan besar seperti Maulid.

Warisan Sunan Perapen yang Menyatu Bersama Kearifan Lokal Dunia Sasak

Menurut cerita Komunitas, Betetulak merupakan Kearifan Lokal yang dibawa Bersama Sunan Perapen juga dikenal sebagai Raden Patikal yang menyebarkan Islam Di tanah Sasak. Seiring waktu, ajaran-ajaran spiritual yang dibawa Sunan Perapen bertransformasi menjadi ritual Kearifan Lokal Dunia, dipadukan Bersama unsur lokal hingga menjadi identitas Komunitas Sasak hingga kini.

Ini menjadikan Betetulak bukan sekadar ritual adat, melainkan cerminan perjalanan spiritual Komunitas Lombok, perpaduan Di ajaran Islam dan akar Kearifan Lokal Dunia Nusantara.

Ritual yang Menggerakkan Satu Desa

Tradisi Betetulak Bala digelar setiap tahunnya di Desa Pengadangan, Pringgasela, Lombok Timur, NTB. ( Instagram @indriana_mitra_sari)Kearifan Lokal Betetulak Bala digelar setiap tahunnya Di Desa Pengadangan, Pringgasela, Lombok Timur, NTB. ( Instagram @indriana_mitra_sari)

Di hari Betetulak digelar, suasana desa berubah menjadi perayaan spiritual yang hangat.

Para pria Bersama tiap keluarga berkumpul Di satu tempat Untuk menjalankan ritual inti. Di Pada Yang Sama, para perempuan Menyusun dulang, nampan besar berisi Konsumsi hasil bumi seperti umbi, buah-buahan, sayuran, hingga serabi bekerem. Menariknya, hidangan ini tidak boleh menyertakan daging sapi dan ayam.

Hidangan tersebut Setelahnya Itu ditutup Bersama tembolak, tudung saji merah khas Lombok yang terbuat Bersama daun lontar atau kelapa kering. Bersama Busana adat Lambung, para perempuan mengarak dulang Di pelataran masjid atau lapangan desa. Barisan panjang yang rapi, warna-warni tembolak, dan senyum Komunitas menciptakan pemandangan yang memikat wisatawan dan peneliti Kearifan Lokal Dunia.

Simbol-Simbol Ritual, Bersama Asal Usul Kehidupan hingga Pengampunan

Ritual Betetulak tidak lepas Bersama simbol-simbol yang sarat makna:

1. Bubur Puteq (putih) melambangkan bapak

2. Bubur Abang (merah) melambangkan ibu

Keduanya menjadi simbol asal-usul manusia, bahwa manusia dicipta Bersama pertemuan dua unsur, dua takdir, dua kisah. Sambil Itu serabi bekerem menggambarkan hadirnya kehidupan Terbaru, anak Di kandungan yang menjadi anugerah Allah.

Di hari ketiga, hadir pula ketupat besar dan kecil sebagai simbol rasa syukur atas limpahan rezeki Tuhan. Simbol-simbol ini memperlihatkan bahwa Betetulak merupakan ritual tentang kembali Hingga asal, mengakui ketidaksempurnaan, dan memohon diperbaiki.

Betetulak sebagai Penebusan dan Pembersihan Diri

Di perspektif Kearifan Lokal Dunia, Betetulak mengandung nilai penebusan dosa. Tetapi bukan Di pengertian ritual penghapus dosa layaknya Prototipe teologis formal, melainkan penebusan sosial dan spiritual.

Komunitas datang membawa dulang bukan Untuk pamer, bukan Untuk formalitas melainkan sebagai bentuk kerendahan hati:

1. mengakui bahwa manusia bisa khilaf

2. bahwa bencana sering kali dipahami sebagai teguran

3. dan bahwa memohon perlindungan adalah Pada Bersama kesadaran diri

Betetulak menjadi ruang bersama Untuk membuka hati, membersihkan diri Bersama kesombongan, dan mengembalikan hidup Hingga garis yang selaras Bersama alam dan Sang Pencipta.

Komunitas menegakkan kembali nilai yang paling fundamental, bahwa manusia saling membutuhkan, dan keharmonisan hanyalah Mungkin Saja bila hati bersih Bersama iri, amarah, dan Kesalahan Individu yang tidak diakui.

Halaman 2 Bersama 2

Simak Video “Video: Turis Brasil Jatuh Hingga Jurang 200 Meter Pada Mendaki Rinjani






Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Kearifan Lokal Suku Sasak Untuk Menolak Musibah dan Membersihkan Diri