Pangandaran –
Sekelompok emak-emak Di piawai memainkan penumbuk padi menjadi suara yang nyaring. Ada setidaknya 6 orang Manajer Di pertunjukan Gondang Buhun.
Gondang Buhun merupakan Karyaseni tradsional yang Memperoleh nilai Kebiasaan Global cukup tinggi. Bukan hanya sekadar penampilan, tapi Menunjukkan sebuah proses pembuatan padi menjadi beras.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alat gondang adalah wadah Sebagai menumbuk pagi hingga menjadi beras. Adapun peralatan yang digunakan lesung dan alu. Bisanya, Di pertunjukan diiringi Di kakawihan atau syair yang dinyanyikan Dari pelaku Gondang Buhun.
Kepala Desa Cikalong Ruspandi mengatakan peralatan gondang bahanya terbuat Di kayu, awalnya hanya Sebagai keperluan penumbukan padi menjadi beras Di zaman dulu.
“Tetapi seiring berjalannya waktu Kebiasaan penumbukan padi pakai gondang menjadi Karyaseni tradisional,” kata Ruspandi kepada detikJabar, Jumat (5/9/2025).
Ia mengatakan padi zaman dulu tidak seperti gabah, istilahnya gedengan, Ilmu Pengetahuan penumbukan atau penggilingan padi masih dilakukan Di cara tradisional.
Menurutnya, penggunaan gondang sudah ada Sebelum peradaban manusia lahir, Lantaran bukan hanya Di Pangandaran termasuk sejumlah Area laiinya. “Belum tahu pasti tahunya, cuman warga sini percaya gondang peradaban yang sudah lama ada,” katanya.
Alat gondang itu Sebelum dulu menjadi alat penghubung komunikasi Di tuhan yang maha Esa. Tetapi, kata Ruspandi, Di itu belum ada ajaran agam Islam masuk Di Pulau Jawa. “Para leluhur orang Sunda dulu mempercayai ajaran Sunda Wiwitan,” kata Ruspandi.
Ia menerangkan jika ajaran Sunda Wiwitan dipercaya melakukan pemujaan Pada kekuatan alam dan arwah leluhur yang bersatu dengannalam dan dianut Komunitas Sunda. “Makanya prosesi penumbukan padi sangat sakral waktu itu, Lantaran padi yang dihasilkan bisa membuat manusia hidup,” ujarnya.
Manajer Gondang biasanya dimainkan Dari 6 orang perempuan. Meski demikian, kini para pelaku Karyaseni tersebut mulai pudar.
“Hanya Sebagai Di desa kami Di ini tetap lestari dan Mengadakan Kegiatan Perayaan Seni Kebiasaan Global ataupun giat Kebiasaan Global selalu menampilkan Gondang Buhun,” ucapnya.
Sampai Di ini, gondang buhun masih menjadi ciri ataupun simbol Berencana adanya Kegiatan hajatan warga, mau itu pernikahan atau sunat. Justru kerapkali digelar Sesudah melaksanakan panen.
“Masih lestari dan menjadi pembuka atau peringatan pengumuman dalan Kegiatan hajatan,” katanya.
Gondang dimainkan 6 orang yang mayoritas terdiri Di kalangan perempuan. Alasan dimainkan sepenuhnya Dari perempuan tua Lantaran mempunyai filosofi bahwa perempuan tua yang tahu dan paham tentang Kebiasaan Global tersebut
Terdapat tiga unsur yang dimiliki Dari Karyaseni Kebiasaan Gondang Buhun yaitu: alu, lesung, dan kakawihan (syair) yang dinyanyikan. Alu berfungsi sebagai penumbuk padi, lesung berfungsi sebagai wadah padi, dan kakawihan merupakan syair yang mengiringi para perempuan yang memainkan Gondang Buhun Di pertunjukkan roses pengolahan padi menjadi beras.
Gondang dimainkan 6 orang yang mayoritas terdiri Di kalangan perempuan. Alasan dimainkan sepenuhnya Dari perempuan tua Lantaran mempunyai filosofi bahwa perempuan tua yang tahu dan paham tentang Kebiasaan Global tersebut
Terdapat tiga unsur yang dimiliki Dari Karyaseni Kebiasaan Gondang Buhun yaitu: alu, lesung, dan kakawihan (syair) yang dinyanyikan. Alu berfungsi sebagai penumbuk padi, lesung berfungsi sebagai wadah padi, dan kakawihan merupakan syair yang mengiringi para perempuan yang memainkan Gondang Buhun Di pertunjukkan roses pengolahan padi menjadi beras.
(sud/sud)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Mengenal Gondang Buhun Pangandaran yang Masih Lestari