Denpasar –
Kain endek merupakan salah satu warisan Kearifan Lokal Global Bali yang hingga kini tetap hidup dan berkembang Di Ditengah Kelompok. Kelompok Bali kini Lebihterus sering menggunakan kain endek Untuk segala kegiatannya. Mulai Untuk upacara adat, kegiatan pemerintahan, hingga kegiatan formal lainnya.
Tak hanya sekedar busana Untuk mempercantik penampilan, Kain endek khas Bali ini tentunya Memiliki sejarah, filosofi. Simak yuk sejarah hingga aturan penggunaan.
Sejarah
Kain endek ini mulai dikenal Sebelum abad Hingga-16, terutama Di kalangan bangsawan Bali. Di awalnya, kain ini hanya digunakan Bersama keluarga kerajaan Sebab proses pembuatannya yang rumit dan memerlukan Kekuatan khusus.
Kain endek berkembang khusus Di Kerajaan Gelgel Klungkung. Seiring waktu, kain endek mulai menyebar Hingga Kelompok luas dan menjadi salah satu kain tenun tradisional yang paling populer Di Bali.
Filosofi dan Motif
Motif Untuk kain endek tidak hanya sekadar hiasan, melainkan sarat Bersama makna filosofis. Setiap motif menggambarkan doa dan harapan, seperti Kesejajaran hidup, kesuburan, serta hubungan harmonis Antara manusia, alam, dan Tuhan. Filosofi inilah yang membuat kain endek dipandang sebagai simbol kesakralan dan identitas Kearifan Lokal Global Bali.
Dikutip laman Kemenkeu, motif yang dipakai Untuk membuat kain endek beragam, Antara lain motif geometris, flora, fauna, figuratif, dan dekoratif. Motif geometris merupakan motif tertua yang digunakan sebagai simbol keyakinan Kelompok Bali. Motif geometris dilambangkan Bersama garis lurus, garis putus, garis lengkung, dan berbagai bidang geometri.
Motif flora mengadaptasi bentuk tumbuhan dan tampilannya cenderung Diskusi dan harmonis. Sambil motif fauna mengadaptasi bentuk hewan baik darat, laut, maupun udara.
Motif figuratif biasanya mengadaptasi tokoh manusia atau pewayangan yang digambarkan lebih sederhana baik secara utuh maupun sebagian. Gabungan Untuk motif-motif yang telah ada Sebelumnya Itu dan disesuaikan Bersama keyakinan Kelompok dinamakan motif dekoratif.
Pembuatan
Perajin menyelesaikan pembuatan kain tenun Endek Bersama menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) Di pusat suvenir KTT G20 Di Bali Collection, kawasan ITDC, Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (11/11/2022). Kain tenun Endek khas Bali tersebut per lembarnya dijual Bersama harga Rp150 ribu hingga Rp550 ribu tergantung motif dan tingkat kesulitan pembuatannya. Antara FOTO/Media Center G20 Indonesia/M Risyal Hidayat/wsj. Foto: Antara FOTO/M RISYAL HIDAYAT
|
Kain endek dibuat Bersama Cara ikat pakan, Di mana benang pakan diikat dan diwarnai Sebelumnya ditenun. Proses ini membutuhkan ketelitian tinggi, Sebab motif harus selaras ketika ditenun Bersama benang lungsi.
Pewarnaan kain umumnya menggunakan bahan alami, Walaupun kini sudah banyak pengrajin yang memanfaatkan pewarna sintetis agar lebih praktis. Waktu pengerjaan satu helai kain endek bisa memakan waktu berminggu-minggu, tergantung Di kerumitan motif dan ukuran kain.
Aturan
![]() |
Selain nilai Kearifan Lokal Global, penggunaan kain endek juga diperkuat Lewat Keputusan pemerintah Area. Gubernur Bali menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 79 Tahun 2018 yang mewajibkan penggunaan kain endek setiap hari Selasa Di lingkungan kerja, baik instansi pemerintah, maupun swasta. Aturan ini membuat kain endek Lebihterus Didekat Bersama kehidupan sehari-hari Kelompok, sekaligus Mendorong pelestarian tenun tradisional Bali.
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Mengenal Kain Endek Bali, Berkemban Untuk Kerajaan Gelgel Klungkung