Bali –
Bali Memperoleh upacara adat yang unik, yaitu Ruwatan Wayang Sapuh Leger. Seperti upacara adat lain, Ruwatan Wayang Sapuh Leger juga Memperoleh makna dan tujuannya tersendiri.
Upacara Ruwatan Wayang Sapuh Leger dilakukan Di orang yang lahir Di wuku Wayang. Warga Bali meyakini seseorang yang lahir Di wuku Wayang sebaiknya melakukan Ruwatan Sapuh Leger.
Makna dan Tujuan
Upacara Ruwatan Sapuh Leger termasuk Di manusa yadnya, yakni ditujukan Untuk manusia itu sendiri. Arti Di kata “sapuh” adalah bersih, sedangkan “leger” berasal Di bahasa Jawa yang bersinonim Bersama “leget” yang berarti kotor.
Upacara Ruwatan atau Pebayuhan Sapuh Leger adalah ritual membersihkan diri Di energi buruk atau aura negatif yang dilakukan Bersama Kelompok Bali. Sapuh Leger diyakini Untuk menyucikan seseorang yang lahir Di wuku Wayang Melewati pertunjukan wayang.
Upacara ini termasuk Di pertunjukan wayang yang bersifat sakral. Pementasan wayang Sapuh Leger tidak hanya sebagai tontonan, tetapi juga sebagai tuntunan Untuk upacara pembersihan diri Untuk orang-orang yang lahir Di wuku Wayang, memelihara hidup dan Kesejajaran manusia.
Salah satu lontar menyebutkan Bhatara Siwa mengizinkan Bhatara Kala Untuk memakan orang yang lahir Di wuku Wayang, suku Di-27 Di penanggalan Bali. Lalu, disebutkan juga Di Literatur Kala Purana, orang-orang yang lahir Di Tumpek Wayang adalah istimewa atau spesial. Maka Di itu, Bhatara Kala terus mengejarnya agar bisa memakannya. Artinya, seseorang itu Berencana diikuti energi buruk. Umat Hindu percaya, Untuk keselamatan bayi yang lahir Di hari itu, mereka Melakukan upacara Wayang Sapuh Leger.
Proses Upacara Ruwatan Sapuh Leger
Proses upacara Ruwatan Sapuh Leger memerlukan persiapan sarana pelengkap, seperti canang, banten, dan wadah tirta. Prosesi Upacara Ruwatan Sapuh Leger memerlukan berbagai jenis tirta, yaitu tirta kelebutan, campuhan, segara, melanting, pancuran, setra, padma sari, merajan, penglukatan wayang, jagat nata, dan tirta sulinggih.
Seseorang yang lahir Di wuku wayang Berencana disucikan (lukat) Melewati sarana banten upakara yang telah dipersiapkan, serta air suci tirta panglukatan, dan terlebih dahulu mementaskan wayang kulit Di cerita wayang lakon Dewa Kala. Dalang yang memimpin upacara seharusnya adalah seorang Dalang Brahmana, yaitu seorang pandita yang juga dikenal sebagai Ida Mpu Leger. Seorang Mpu Leger Dikatakan mampu dan paham serta menguasai Katatwaning/Dharma Pewayangan. Di Itu, Mpu Leger juga menguasai mantra pengelukatan.
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Mengenal Upacara Ruwatan Sapuh Leger Di Bali