Solo –
Terdapat banyak hewan mitologi Untuk berbagai kebudayaan, tak terkecuali Ke Semarang. Ke Ibu kota Provinsi Jawa Ditengah ini, dikenal adanya warak ngendog. Apa itu? Berikut ini pembahasan ringkasnya.
Menurut informasi Bersama Literatur The Myths: Graflit Dari Muhammad Ilham Setiyawan dkk, kata ‘warak’ diadaptasi Bersama bahasa Arab yang berarti suci, sedangkan ‘ngendog’ adalah kata Jawa Bersama makna bertelur. Bila digabung, secara filosofis, warak ngendog adalah ajakan Bagi menjaga kesucian diri Ke bulan Ramadhan.
Tetapi, sebagaimana dirujuk Untuk tesis berjudul Makna Warak Ngendog Untuk Kebiasaan Ritual Dugderan Ke Kota Semarang Dari Supramono Bersama Universitas Negeri Semarang, ada beberapa pemaknaan warak ngendog lainnya. Semisal, ‘warak’ Untuk bahasa Jawa juga bisa diartikan sebagai binatang mitos Bersama tanduk Ke wajahnya (identik Bersama badak). Atau, ‘warak’ yang berasal Bersama kata ‘buraq’, binatang tunggangan Nabi Muhammad SAW.
Selain pemaknaan nama, seperti apa bentuk fisik Bersama warak ngendog? Apa makna filosofisnya? baca paparan ringkas mengenainya Untuk uraian yang telah disiapkan detikJateng Ke bawah ini.
Karakteristik Fisik Warak Ngendog
Masih mengutip sumber yang sama, warak ngendog adalah gabungan Bersama beberapa hewan menjadi satu. Kepalanya punya bentuk naga sebagai distorsi dan stilasi gabungan ular, singa, dan kijang. Atau, ada juga yang menyebut punya kepala kilin, binatang suci Ke China.
Berbicara mengenai kakinya, warak ngendog punya empat kaki unggas diperlengkapi Bersama cakar tajam. Adapun badannya, warak ngendog Memiliki badan mamalia, seperti sapi atau kambing. Terakhir, ekor warak tampak menyerupai milik singa atau sapi.
Selain punya bentuk unik Bersama gabungan berbagai binatang, warak ngendog juga tampak diselimuti bulu-bulu yang menempel secara terbalik. Bulu-bulu ini punya beragam warna yang mencolok mata, mulai Bersama merah, kuning, hingga putih terang.
Terakhir, Ke Antara dua kaki Dibelakang binatang mitologi ini, terletak telur. Hal ini menjelaskan alasan pemberian namanya, warak ngendog (warak yang bertelur). Dikutip Bersama Literatur Cryptozoology Indonesia Dari Dafiq Rohman, selain bentuk fisik warak ngendog Ke atas, ada pula versi lain, yakni berupa:
- Kepala naga sebagai representatif China
- Tubuhnya adalah kombinasi Buraq, hewan yang membawa Nabi Muhammad SAW Hingga Sidratul Muntaha sebagai representasi Islam dan kambing Bagi melambangkan Jawa.
Pun juga ada versi lainnya lagi, yakni:
- Kepala naga
- Leher unta
- Perut naga
- Kaki kambing
Makna Filosofis Warak Ngendog
Sebagai sebuah hewan mitologi yang filosofis, tiap Pada tubuh warak ngendog punya pemaknaan tersendiri. Kembali dirujuk Bersama Literatur The Myths: Graflit Dari Muhammadd Ilham Setiyawan, makna filosofisnya adalah:
- Kepala warak: melambangkan Kebiasaan Global dan etnis Jawa sebagai mayoritas Kelompok Semarang.
- Leher warak: layaknya unta sebagai binatang Bersama Saudi Arabia yang punya ketahanan tubuh luar biasa. Unta diposisikan Ke Pada leher Sebab leher adalah Pada penting sebagai penanda kehidupan makhluk hidup.
- Perut warak: diibaratkan seperti perut naga atau liong, hewan mitologi China yang Dikatakan sebagai penjaga mustika. Mustika adalah lambang kemuliaan atau tingginya derajat seseorang.
- Kaki warak: keempat kaki warak berfungsi Bagi menopang tubuhnya. Hal ini Menunjukkan bahwasanya tubuh butuh empat pilar agar bisa berfungsi. Keempatnya adalah keagamaan, kemandirian, keterbukaan, dan kesejajaran.
Warak Ngendog dan Kebiasaan Dugderan Ke Semarang
Dirangkum Bersama jurnal berjudul Melestarikan Warisan Kebiasaan Global Kelompok Semarang Bersama Dokumenter Warak Ngendog Untuk Kebiasaan Dugderan Menggunakan Gaya Expository Dari Puspita Laras, konon, Dugderan telah ada Ke tahun-tahun 1881-1889. Kala itu, Semarang Ditengah diperintah Dari Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Arya Purbaningrat.
Dugderan sendiri Ke intinya adalah Kebiasaan Bagi menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Kebiasaan ini dilaksanakan satu hari menjelang puasa Ramadhan Ke Semarang. Nama Dugderan berasal Bersama bunyi bedug Ke Masjid Besar Semarang, yakni ‘dug’ dan bunyi meriam, yakni ‘der’. Keduanya Sesudah Itu membentuk paduan indah.
Prosesi Dugderan, sebagaimana disadur Bersama tesis bertajuk Analisis Nilai-Nilai Belajar Islam Untuk Kebiasaan Dugderan Ke Kota Semarang Dari Akhmat Nurul Khaeroni asal Universitas Wahid Hasyim Semarang, adalah:
1. Pasar Rakyat (Megengan)
Megengan berasal Bersama dua kata, yakni ‘tamu’ dan ‘ageng’ (tamu agung), yakni bulan suci Ramadhan. Gembira Akansegera kedatangan bulan ini, diadakanlah pasar rakyat Ke alun-alun Pada kurang lebih 10 hari lamanya Sebelumnya puasa.
Ke pasar ini, para penjual Menyambut Potensi besar Bagi menjajakan dagangannya. Benda-benda yang ditawarkan pun bervariasi, termasuk beragam jenis mainan tradisional, seperti gangsing bambu, warak, serta perabot alat masak Bersama gerabah.
2. Kirab Kebiasaan Global
Mulanya, Untuk Kebiasaan Dugderan, tidak ada prosesi kirab. Tetapi, seiring perubahan zaman, diadakanlah kirab Kebiasaan Global. Kirab ini dimulai Bersama Balai Kota Semarang Ke Masjid Agung Semarang Bersama maskot warak ngendog.
Selain warak ngendog, beberapa kontingen lainnya turut memeriahkan kirab Kebiasaan Global Dugderan. Ke antaranya adalah gamelan, pasukan merah putih, pasukan berkuda, barongsai Bersama kepala warak, serta barisan-barisan komunitas yang ada.
3. Pengumuman Shukhuf Halaqah
Sesudah sampai Ke Masjid Agung Semarang, walikota Semarang Akansegera Memperoleh hasil halaqah. Nah, sukhuf halaqah inilah yang menjadi pedoman wali kota Semarang Bagi Memperkenalkan awal bulan Ramadhan kepada Kelompok.
Usai pengumuman, bedug Akansegera ditabuh dibersamai Bersama bunyi-bunyian mercon. Tabuhan bedug ini punya dua makna, yakni sebagai pengingat Bagi warga muslim Semarang Bagi mematuhi keputusan pemerintah (wali kota, sedangkan Bagi warga nonmuslim, adalah agar bertoleransi sepanjang bulan.
Nah, itulah penjelasan lengkap mengenai warak ngendog, hewan mitologis yang tubuhnya tersusun Bersama gabungan tiga etnis Ke Semarang. Semoga menambah wawasan detikers, ya!
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Mengenal Warak Ngendog, Hewan Mitologi Simbol Persatuan Tiga Etnis Ke Semarang