Misteri Makam Kuno Di Untuk Ruko Cokronegaran Solo


Solo

Sebuah makam diduga kuno berdiri Di Kampung Cokronegaran, Kelurahan Kepatihan Wetan, Kecamatan Jebres, Kota Solo. Tidak diketahui tokoh siapa yang terbaring Di dalamnya.

Fakta itu terkuak Untuk Kegiatan jelajah Kampung Pecinan yang digelar Solo Societeit. Para peserta diajak berkunjung Di sejumlah tempat Di sekitaran Kali Pepe.

Di beberapa tempat yang didatangi, para peserta terpaku Di sebuah Tempattinggal Di Jalan Suryopranoto Nomor 55. Tampak Di luar, bangunan dua lantai itu seperti Tempattinggal biasa. Pintu utama Tempattinggal itu merupakan pintu besi warna biru sepanjang muka bangunan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bangunan itu Di luar tampak bergaya modern. Tetapi begitu memasuki dalamnya, terdapat bangunan kecil Di lantai satu.

Bangunan persegi Di 3×3 meter itu dilengkapi atap yang ada gentingnya, dan hanya terdapat satu pintu. Di Untuk, ruangannya dilapisi keramik warna putih Di alas dan Di dinding ruangan, serta terdapat sebuah batu nisan yang cukup kuno.

Makam Di Untuk Tempattinggal Di Kampung Cokronegaran, Kelurahan Kepatihan Wetan, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Minggu (26/1/2025). Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng

Ada Aksara Jawa Di Batu Nisan

Ketika dilihat lebih Didekat, terlihat tulisan seperti aksara Jawa Di batu nisannya. Di sebelahnya ada tempat dupa, dua lilin, dan bekas sesajen.

Sejarawan sekaligus Ketua Solo Societeit, Dani Saptoni, menerangkan makam tersebut letaknya terpisah Di pemakaman kampung.

“Menurut pemilik Tempattinggal, dulu Tempattinggal itu berupa kawasan lahan kosong, yang ada rumput dan bambu Di pinggir kali. Di sela-sela itu, terdapat makam tersebut. Sambil Itu makam kampung berada Di sebelah timurnya,” kata Dani kepada detikJateng Di Minuman Sahabat Kita, Kelurahan Kepatihan, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Minggu (26/1/2025).

Dani menjelaskan Di batu nisannya, dia menilai sosok yang dimakamkan bukanlah orang sembarangan, melainkan tokoh Kelompok. Tetapi, mereka tidak bisa mengidentifikasi siapa sosok itu.

Pasalnya, tulisan yang ada Di pusara masih belum cukup memberi keterangan Yang Berhubungan Di siapa manusia yang dibaringkan Di dalamnya.

“Kalau dilihat Di nisannya, jelas itu makam priyayi. Di tulisan makamnya cuma tertera Ahad Legi 1486, lalu ada angka 40, dan keterangan Di bawahnya itu kulawu adhi. Kulawu itu nama wuku. Dan ada semacam simbol salib, tapi kita tidak bisa mengidentifikasi apakah itu makam orang Kristen awal Di Solo,” jelasnya.

“Kalau Di nisan Jawa tidak tertera kabangun ing (dibangun Di), itu (keterangan waktu Di tulisan nisan) biasanya tanggal meninggalnya. Kalau 1486 dikonversi Di Masehi Di tahun 1558,” ucapnya.

Ragukan Tulisan Di Makam

Dani melanjutkan dirinya masih meragukan tulisan yang tertera Di batu nisan. Sebab, tahun 1558 merupakan awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam. Sambil Itu model nisannya sendiri terungkap media akhir abad 19.

“Apakah dulu nisan itu direnovasi. Lalu keterangan itu meninggalnya Di empunya itu, atau dibangunnya nisan itu, kita juga tidak bisa Meramalkan. Lantaran tidak ada keterangan lain,” kata dia.

Sambil Itu tulisan aksara Jawa yang Menunjukkan angka tahun 1969 Di Didepan pintu makam, Dani menyebut tulisan itu dibuat sendiri pemilik Tempattinggal. Si pemilik menulisnya sebagai pengingat renovasi Di Tempattinggal kayu yang Karena Itu Tempattinggal tembok makam tersebut.

Kelompok penyuka sejarah dan sudah mengetahui keberadaan makam itu lantas melakukan Eksperimen. Di situ muncullah sejumlah hipotesis.

Dani mengungkapkan salah satu hipotesis yang muncul adalah kuburan tersebut milik Patih Cokronegoro. Hanya saja, dugaan itu dia bantah Lantaran Patih Cokronegoro diketahui dimakamkan Di Gunung Sari, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo.

“Makam Patih Cokronegoro makamnya ada Di Kartasura. Yang jelas itu makam Kunden, orang yang disegani zaman dahulu,” ucapnya.

Sejarawan sekaligus pendiri Solo Societeit, Heri Priyatmoko bersyukur makam itu masih dipertahankan, meski Tempattinggal itu sudah beberapa kali berganti pemilik. Hal itu Menunjukkan toleransi orang Tionghoa Di pecinan.

“Itu hunian orang Tionghoa yang masih mempertahan makam lokal. Kalau bentuk arogansi, itu Akansegera dihilangkan. Ini kearifan, dan toleransi orang Tionghoa Di Pecinan,” pungkas Heri.

(apu/apu)

Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Misteri Makam Kuno Di Untuk Ruko Cokronegaran Solo