Bandung –
Seperti kerabatnya, Serigala (Canis lupus), Ajag (Cuon alpinus) juga diberi Gadget ‘melolong’ Sebagai sejumlah fungsi. Tetapi mitos yang termasyhur menyebutkan bahwa Ajag ‘babaung’ ketika bulan purnama tiba. Bulan purnama biasanya terjadi Ke pertengahan bulan menurut kalender lunar.
Menurut mitos, Ajag kerapkali melolong (babaung) Hingga Ditengah hutan Bersama menengadahkan moncongnya Hingga atas, Hingga arah bulan yang Untuk terang-terangnya. Ini seakan Menyediakan kesan ada keterkaitan Di bulan dan ajag.
Ajag yang melolong Di purnama ini Menyediakan kesan yang ngeri, sangat sunyi Supaya suara ajag Hingga Ditengah hutan bisa terdengar sampai jauh Hingga pemukiman penduduk, atau Justru Dari Sebab Itu pertanda buruk perihal kematian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berencana tetapi, sebenarnya lolongan ajag adalah sesuatu yang alami dan tidak ada kaitannya Bersama apapun Bersama kemunculan bulan purnama. Hal itu dibuktikan Bersama Eksperimen para ahli mengenai tabiat ajag.
Ajag Babaung Untuk Karya Sastra Sunda
Ajag sudah lama dikenal Hingga Sunda. Kebiasaan hewan itu melolong Hingga Ditengah malam Justru telah menyerap Hingga Untuk karya-karya sastra Sunda yang memberi kesan ngeri Ke suasana yang dibangun Untuk sebuah cerita.
Misalnya Untuk Fiksimini karangan Aris Kumetir berjudul ‘Pasir Suni’ yang dipublikasi situs Sundadigi, ada kalimat ‘Ajag babaung mapag purnama‘ (Ajag melolong menyambut purnama).
Babaung atau lolongan ajag menjadi pembangun suasana Untuk cerita sebagai suasana yang sunyi, sendiri, dan bahaya yang mengancam Hingga hadapan.
Ada pula Hingga Untuk ‘Kalangkang Panonpoé’ karya Nana Sukmana kalimat yang serupa: ‘Selengseng seungit kembang. Cungungung sada ajag babaung‘ (semerbak bau kembang, lamat-lamat terdengar ajag melolong).
Mitos Siluman Ajag
Lolongan yang panjang merambat Untuk hutan Di malam yang sunyi terdengar jelas Hingga perkampungan. Suara ajag babaung itu Berencana terdengar lain Hingga telinga orang yang percaya Bersama mitos Siluman Ajag.
Hingga Sunda, Siluman Ajag adalah siluman yang menyerupai ajag. Siluman ini dikatakan sering datang Hingga perkampungan Sebagai menghisap darah dan bisa menghabiskan hewan ternak Untuk satu malam saja.
Kenyataannya, ajag adalah hewan yang berkoloni. Mereka memangsa ternak warga Lantaran Hingga hutan, mangsa mereka Lebihterus menipis. Ke banyak kejadian, memang ajag acapkali hanya menggigit banyak domba hingga mati dan memakan sebagian kecilnya saja.
Kenyataan bahwa domba-domba mati Lantaran terkaman Ajag memunculkan mitos bahwa kematian itu bukan Dari hewan ajag, melainkan Dari sosok berkekuatan gaib yang punya rupa seperti ajag, yaitu Siluman Ajag.
Fungsi ‘Babaung’ Ajag
Ajag ‘Babaung’ (melolong) bukan iseng belaka, melainkan punya fungsi koordinatif kepada kawanannya. Ajag dikenal sebagai hewan yang berkelompok. Ini menjelaskan bahwa ajag bisa melolong kapan saja, siang atau malam, Di purnama raya maupun Di bulan redup.
Belum ada Eksperimen khusus mengenai tabiat ajag berkaitan Bersama lolongannya, Tetapi para ahli meneliti kerabat Cuon alpinus ini, yaitu Serigala (Canis lupus). Dikutip Untuk situs Mexicanwolves, dipastikan bahwa para ahli membantah ada hubungan Di cahaya bulan Bersama lolongan anjing hutan.
Lalu apa sebenarnya fungsi lolongan Ke anjing hutan, termasuk ajag dan serigala? Situs itu menjelaskan sebagai berikut:
1. Sebagai Mengumpulkan Kawanan
Sebagai pemburu yang handal Bersama kaki yang ramping dan kelincahan berlari tingkat tinggi, ajag seringkali lepas Untuk kawanannya. Maka seekor ajag Berencana melolong Sebagai mengumpulkan kembali anggota kawanan yang terberai.
2. Menarik Perhatian Lawan Jenis
“Oh rembulan, oh asmaragama!” kutipan Untuk nyanyian balada. Tampaknya, purnama sebagai simbol ‘birahi’ bukan hanya melekat kepada manusia, tetapi juga kepada ajag.
Jika Ke malam purnama terdengar lolongan ajag, boleh Dari Sebab Itu ajag itu Untuk Menarik Perhatian perhatian lawan jenisnya. Seperti juga kerabatnya serigala melakukan itu menurut situs Mexicanwolves.
3. Menandai Area Kekuasaan
Ajag melolong juga Sebagai menandai Area kekuasaannya. Bersama lolongan itu, satwa lain atau sesama ajag lainnya Berencana mengetahui bahwa Ke Area Hingga mana suara ‘Babaung’ bersumber sudah ada penguasanya.
4. Menakuti Musuh
Hidup Hingga alam liar tentu terkena hukum ‘survival of the fittest’, dia yang kuat dia yang Mendominasi. Maka, melolong adalah cara ajag Sebagai membuatnya tampil sebagai yang kuat Hingga hadapan musuh-musuhnya. Lolongan ajag, berfungsi Sebagai menakuti musuh.
5. Memberitahu Posisi
Meski hafal seluk beluk hutan tempat hidupnya, kadangkala ajag terlepas jauh Untuk kawanan. Maka, Sebagai ditemukan kembali Dari ajag yang lain, ajag Berencana melolong sebagai penanda tempatnya berada. Memberitahukan posisi Bersama melolong Berencana mempermudah ajag lain menemukannya hingga kawanan bersatu kembali.
6. Menguap
Ada yang Menarik Perhatian Untuk studi yang dikutip Mexicanwolves, bahwa Ke serigala, lolongan boleh Dari Sebab Itu seperti manusia menguap ketika Terbaru bangun Untuk tidur (Sunda: Nguliat).
“Sometimes they howl when they wake up in the morning, like humans yawning during a stretch,” tulis situs itu.
(iqk/iqk)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Mitos Ajag ‘Babaung’ Di Purnama hingga Dari Sebab Itu Siluman