Bandung –
Musim kemarau Didalam terik matahari yang membuat gerah memang selalu memicu siapapun merindukan hujan. Tak terkecuali Kelompok Ke kaki Gunung Kareumbi atau Taman Buru Masigit Kareumbi (TBMK) Ke Kabupaten Sumedang.
TBMK merupakan satu Di 14 taman buru yang ada Ke Indonesia. Vegetasi hutan Ke sini masih cukup lebat dan gunung ini menjadi hulu Untuk anak-anak Sungai Citarum, sungai terpanjang Ke Jawa Barat, seperti hulu Sungai Cimande dan Sungai Citarik.
Kelompok memanfaatkan mata air-mata air kecil Ke sini Untuk kehidupan mereka. Akan Tetapi, Untuk Pertanian, mereka mengandalkan hujan semata. Agar, hujan sangat dinanti-nanti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada mitos yang dipercaya Didalam Kelompok Ke kaki Gunung Kareumbi ini tentang tanda-tanda hujan. Akan Tetapi, mitos ini cukup bahaya dan perlu sikap yang matang atas hal ini.
Mitos Kepulan Asap Ke Gunung Kareumbi
Depi Apriatna (32), warga Desa Pasirnanjung, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang mengungkapkan Ke akhir Agustus 2025, dia melihat kepulan asap Ke Gunung Kareumbi.
Asap Ke hutan dipastikan bersumber Di api yang tersulut. Akan Tetapi, kemungkinan api itu timbul alamiah Sebab gesekan reranting kering atau disengaja Didalam manusia, tidak dapat dipastikan.
Yang jelas, objek Di mitos ini adalah asap yang mengepul Ke gunung. Mitos ini menyebutkan jika Ke Gunung Kareumbi sudah terlihat asap, maka tidak lama lagi Akansegera musim hujan.
“Bukan cuman saya yang mengenal mitos ini, Kelompok Ke sini, banyak juga yang mengenal hal itu, banyak yang secara otomatis ketika melihat asap Ke gunung beranggapan sebentar lagi Akansegera hujan,” kata Depi kepada detikJabar, Senin (15/9/2025).
Depi sendiri menganggap apa yang dipercaya Kelompok itu sebagai respons Kelompok Didalam penggunaan pengetahuan lokal Di kejadian alam. Meski, menurutnya, asap Ke gunung tidak bisa dibiarkan begitu saja Sebab sudah jelas bisa menjadi musabab kebakaran.
Tetapi sejatinya, Kelompok Ke kaki gunung adalah elemen terdepan yang pergi Ke hutan jika hutan terbakar. Gunung Kareumbi sempat beberapa kali kebakaran. Kebakaran cukup besar terjadi terakhir kali Ke 2019.
Selain pemerintah, TNI, Polri, dan Volunteer pecinta alam, warga yang tinggal Ke kaki Gunung Kareumbi terutama blok Pangkalan Ke Desa Pasirnanjung, ketika itu, adalah yang terdepan Di pemadaman Bencana Alam.
Respons cepat warga merupakan hal yang sangat wajar, mengingat mereka mengandalkan hidup Di hutan. Air yang mereka minum Di sana. Rerumput dan dedaunan pakan ternak juga Di sana. Jika hutan hangus, ternak mereka tidak makan dan mereka sendiri Akansegera kesulitan mengakses sumber air bersih.
“Mitos ya mitos, tetapi kalau terjadi Bencana Alam, warga selalu merespons Didalam cepat Untuk menjadi yang pertama memadamkannya,” kata Depi.
Mitos yang Sama Ke Gunung Guntur
Dikutip Di berbagai sumber, ternyata mitos serupa, yaitu jika ada asap Ke gunung, tandanya Akansegera hujan, bukan hanya ada Ke Gunung Kareumbi, Kabupaten Sumedang. Melainkan juga Ke Gunung Guntur, Kabupaten Garut.
Kelompok Ke kaki gunung percaya Didalam mitos tersebut. Kepulan asap Ke Gunung Guntur menjadi tanda Akansegera segera datang hujan. Sekali lgi, mitos ini perlu disikapi Didalam matang, sebab respons Di Bencana Alam harus dilakukan Didalam cepat Sebelumnya api meluas.
Kemarau Basah Ke Jawa Barat
Ke akhir Agustus 2025, Depi Apriatna melihat asap Ke Gunung Kareumbi, tidak lama Di itu hari-hari diwarnai hujan. Hujan terjadi Malahan Ke puncak musim kemarau. Para ahli menyebut situasi ini sebagai ‘Kemarau Basah’.
Dilansir detikJabar, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas I Bandung menyebutkan hujan masih Berpeluang turun Ke seluruh Area Jawa Barat sepekan Ke Didepan, meski Pada ini sudah memasuki musim kemarau.
Kepala BMKG Kelas I Bandung Teguh Rahayu mengatakan MJO aktif Ke Kuadran 2 (Maritime Continent) Menunjukkan Situasi yang berpengaruh Di peningkatan curah hujan Untuk Area Indonesia hingga sepekan Ke Didepan.
“Anomali suhu permukaan air laut (SST) Ke perairan Jawa Barat masih cukup hangat Agar masih ada kontribusi Di Kemajuan awan-awan hujan Ke skala lokal. Kelembapan udara Ke Area Jawa Barat Ke lapisan 850-700 mb lembap berkisar Di 55-92%,” katanya Di keterangan tertulis yang diterima detikJabar, Minggu (14/9/2025).
(tey/tey)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Mitos Kepulan Asap Ke Gunung Kareumbi yang Didalam Sebab Itu Tanda Hujan