Ciamis –
Ke balik hingar-bingar era modern dan arus Transformasi Digital, Kebiasaan masa lalu menyimpan jejak kenangan yang membawa Ke dimensi kehidupan yang berbeda. Kebiasaan masa lalu Memperoleh makna dan nilai kebersamaan. Generasi Pada ini punya peran penting Untuk tetap melestarikan Kebiasaan masa lalu agar tidak padam atau punah.
Konon Ke zaman dulu, Komunitas Ciamis kerap Melakukan Kebiasaan membaca naskah kuno Untuk bentuk babad atau wawacan Ke Pada malam bulan purnama. Komunitas juga biasa membaca naskah kuno Pada menjelang panen padi Ke sawah atau Untuk ritual lainnya.
Melihat hal itu, Rumah Naskah Nusantara bersama Kawargian Nonoman Galuh melestarikan Kebiasaan tersebut Bersama nama Nyawang Bulan. Suasana syahdu dan penuh nuansa klasik pun tercipta kala para anak muda Ciamis membacakan naskah kuno Ke bawah sinar bulan purnama Ke Situs Jambansari, Ciamis. Tema yang diusung Untuk Kebiasaan Nyawang Bulan ini adalah Lampah Kiwari Ngancik Bihari, Lampau Ayena Pakeun Jaga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gunari Putra Erisman, Ketua Rumah Naskah Nusantara, mengatakan Nyawang Bulan adalah sebuah kegiatan Kebiasaan Global yang lahir Bersama kesadaran Akansegera Kebiasaan leluhur yang hampir punah. Kebiasaan Nyawang Bulan ini merupakan yang kedua kalinya digelar, Setelahnya Sebelumnya dilaksanakan Ke tahun 2023 Ke Situs Gunung Susuru, Kertabumi, Ciamis.
“Ke zaman dulu, Komunitas melakukan pembacaan naskah kuno Untuk bentuk babad maupun wawacan yang dilaksanakan Ke waktu malam bulan purnama. Salah satunya adalah Kebiasaan membaca naskah Pada menjelang panen padi Ke sawah atau Ke ritual tertentu,” ujar Gunari, yang akrab disapa Kang Gun Gun, Selasa (15/7/2025).
Kebiasaan membaca naskah kuno Ke bawah sinar bulan purnama Ke Situs Jambansari. Foto: Dokumen Rumah Naskah Nusantara Ciamis.
|
Gunari menjelaskan bahwa tujuan diangkatnya kembali Kebiasaan pembacaan naskah kuno yang hampir punah tersebut adalah Melewati kegiatan Nyawang Bulan. Konsepnya menginterpretasikan naskah-naskah kuno (manuskrip) yang pernah diarsipkan Bersama Kanjeng Prabu atau R.A.A Koesoemadiningrat, Bupati Galuh Di-16 (1839-1886 M).
Rangkaian Kebiasaan ini menjadi satu kesatuan Untuk upaya menerjemahkan isi naskah dan meneladani Kebiasaan kearsipan/literasi yang pernah dilakukan Bersama Kanjeng Prabu. Hal ini dilakukan sebagai bentuk meneruskan perjuangan leluhur Untuk menjaga warisan ilmu pengetahuan Untuk kehidupan Pada ini dan bekal Untuk masa Di.
“Rumah Naskah ingin Melakukan, menginformasikan, dan juga meneladani spirit perjuangan karuhun (leluhur) Untuk literasi, khususnya manuskrip. Meneruskan perjuangan-perjuangan beliau Supaya dapat mewariskan kembali semangat itu kepada generasi berikutnya,” ungkapnya.
Kebiasaan Nyawang Bulan diisi Bersama berbagai event Kebiasaan Global, seperti pameran naskah kuno, talk show, pembacaan sejumlah naskah kuno, dan pertunjukan Karya Seni berbasis manuskrip. Ke Di Itu, Kebiasaan ini juga menjadi salah satu bentuk pemanfaatan hasil kelola Dana Abadi Kebudayaan tahun 2025.
Sambil Itu, Kepala Disbudpora Ciamis, Dian Budiana, mengaku bangga Bersama generasi muda Ciamis seperti Rumah Naskah dan Nonoman Galuh yang punya semangat Untuk memajukan kebudayaan Bersama daya dan Inovasi yang mereka miliki sebagai generasi penerus.
“Tentunya bangga ya Bersama anak-anak muda Ciamis yang Memperoleh semangat Untuk memajukan kebudayaan, salah satunya Bersama melestarikan Kebiasaan membaca naskah kuno Pada bulan purnama ini,” pungkasnya.
(tya/tey)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Nyawang Bulan, Upaya Generasi Muda Ciamis Hidupkan Naskah Kuno