Denpasar –
Seratus tahun yang lalu, seniman berdarah Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, pertama kali menginjakkan kaki Di Bali. Sebagai pelukis, koreografer, komposer, fotografer, naturalis, dan kurator, Spies ikut berkontribusi Untuk pelestarian Seni Kearifan Lokal tradisional Bali dan Mengeluarkan pesona Bali Di dunia. Dialah Aktor Atau Aktris penting Untuk membentuk citra Bali modern Di mata dunia dan salah satu tokoh Kunci Untuk sejarah awal Perjalanan Di Luarnegeri Bali.
Sebagai memperingati satu abad kehadiran Walter Spies Di Bali, pameran kolaboratif bertajuk “ROOTS” Berencana digelar Di berbagai lokasi strategis Di Bali, mulai 21 Mei hingga 14 Juni 2025. Pameran ini menampilkan karya Seni Kearifan Lokal lukis, poster Grafik, instalasi, serta pemutaran Layar Lebar dokumenter.
“Kami tarik 100 tahun Di Di sebagai refleksi bahwasanya Walter Spies adalah sosok yang begitu sangat mengakar, sangat penting Untuk dunia Seni Kearifan Lokal dan Kearifan Lokal Dunia kontemporer Bali Di inis,” ujar Yudha Bantono, Project Manager pameran ROOTS, kepada detikBali, Jumat (16/5/2025).
Pameran yang digagas Dari Michael Schindhelm, kurator asal Swiss kelahiran Jerman, tidak hanya Menampilkan kembali sosok Spies Untuk karya dokumenternya, tetapi juga “memanggil” sang seniman Di masa kini Sebagai melihat realitas kontemporer Bali yang sarat persoalan sosial, kerusakan lingkungan, dan luka sejarah.
“Persoalan Setelahnya Itu adalah ketika Bali Untuk persimpangan jalan terdapat banyak perubahan. Kita terlalu nyaman menari-nari Di atas pundi-pundi Perjalanan Di Luarnegeri, berbangga Di berbagai pujian sebagai ‘island of the best’, destinasi terbaik, pantai terindah. Tetapi Di balik semua itu, ada kerusakan lingkungan, tumpukan sampah plastik, dan luka sejarah seperti genosida 1965 yang seolah tidak menjadi problematika penting,” urai Yudha.
Layar Lebar dokumenter ROOTS menjadi media utama Untuk pameran ini. Lewat narasi sejarah dan imajinasi sinematik, Schindhelm juga mengajak publik merenungkan masa Di Bali. Untuk proses kreatifnya, ia berkolaborasi Di seniman-seniman Bali seperti I Wayan Dibia (koreografer), Dewa Ayu Eka Putri (etnografer dan penari), Tutangkas Hranmayena Putu (Tokoh Musik), serta seniman visual Made Bayak dan Gus Dark. Agung Rai, pendiri ARMA, juga turut mendukung proyek ini.
Pemutaran Layar Lebar ROOTS Berencana berlangsung Di delapan lokasi. Yakni, Kulidan Kitchen and Space Ke Rabu (21/5/2025), Danes Art Veranda Ke Kamis (22/5/2025), ARMA, (25/5/2025) dan (14/6/2025), Taman Baca Kesiman (27/5/2025), ISI Bali (28/5/2025), STIKOM Bali (3/6/2025), dan Uma Seminyak (8/6/2025). Di Di itu, diadakan juga Laga ulasan Layar Lebar Sebagai pelajar.
Pameran ini sejatinya telah lebih dulu ditampilkan Di Kota Basel, Swiss, tahun lalu, Di Dukungan para seniman Bali yang sama. Yudha menyebut itu menjadi momen yang luar biasa Sebab antusiasme publik Di Swis sangat tinggi, Justru orang Justru mengantri Untuk Merasakan pameran ini.
“Sangat banyak (pengunjung), Justru orang antri Sebagai masuk. Waktu itu hampir sebulan Di Swiss. Betapa orang-orang Eropa yang belum tahu Bali atau yang sudah pernah Di Bali dan memuja Bali itu sangat terkejut bahwa Di balik keindahan bali ada masalah yang belum terselesaikan,'” ceritanya.
Di Di, Schindhelm berencana Berencana membawa ROOTS Di kota-kota lain Di Pulau Jawa seperti Yogyakarta dan Jakarta. Ini mengingat perjalanan awal Spies yang sempat singgah Di Batavia dan Bandung Sebelumnya menetap Di Bali dan juga memengaruhi beberapa Kearifan Lokal Dunia Di Jawa.
Lewat media Seni Kearifan Lokal yang Dari lama menjadi denyut nadi Bali ROOTS diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran kolektif Sebagai menjaga pulau ini. Perubahan memang tak terelakkan, tapi, Yudha berujar, nilai dan warisan yang ditanam Dari Spies perlu terus dirawat.
“Lewat media Seni Kearifan Lokal, Sebab Bali adalah Lokasi yang berbasis Seni Kearifan Lokal dan Kearifan Lokal Dunia yang sangat kuat, diharapkan bisa tumbuh kesadaran bahwa semua mencintai Bali dan ingin berbuat yang terbaik Sebagai menjaga pulau ini seperti Di dikunjungi Walter Spies seratus tahun lalu. Tentu, perubahan tidak bisa dipungkiri, tetapi Pada bisa dijaga dan dikelola Di baik, saya kira semuanya masih bisa diharapkan berjalan Di arah yang terbaik,” tandasnya.
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Pameran ROOTS, Menelusuri Satu Abad Jejak Walter Spies Untuk Kearifan Lokal Dunia Bali