Sejarah Banjarnegara yang Terbagi Karena Itu 3 Periode Dari Zaman Kerajaan Pajang


Solo

Banjarnegara adalah salah satu kabupaten Di Daerah Jawa Ditengah. Daerah yang terkenal Bersama wisata Dieng Plateau ini ternyata Memperoleh sejarah yang panjang Dari ratusan tahun lalu. Malahan Lantaran begitu panjang, sejarah Banjarnegara terbagi Di Untuk tiga periodesasi.

Berdasarkan dokumen Kabupaten Banjarnegara Untuk Angka 2024 yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS), Banjarnegara terbagi Di Untuk 20 Kecamatan. Wilayahnya sendiri berbatasan Bersama Kabupaten Pekalongan dan Batang Di utara, Kabupaten Kebumen Di Selatan, Kabupaten Banyumas dan Purbalingga Di barat, serta Kabupaten Wonosobo Di sisi timur.

Penasaran seperti apakah sejarah Banjarnegara Untuk masa Di masa? Mari simak penjelasan lengkap yang dihimpun Untuk laman resmi Desa Klampok, Kecamatan Purwareja, Kabupaten Banjarnegara berikut ini!


Sejarah Banjarnegara

1. Periode Banjar Petambakan

Kabupaten Banjarnegara Merasakan tiga periodesasi, dimulai Untuk Banjar Petambakan (1582-1780) yang berada Di bawah kekuasaan Kerajaan Pajang. Pendiriannya berkaitan Bersama Raden Joko Kaiman, yang Memperoleh anugerah Untuk memerintah Kadipaten Wirasaba dan membagi wilayahnya menjadi empat, termasuk Banjar Petambakan.

Untuk periode ini, terdapat 12 kali pergantian bupati, termasuk KRT Wirakusuma dan KRT Wirawijaya yang dikenal sebagai bupati konservasi. Mereka fokus Di reboisasi dan Pembaruan Agrikultur, menciptakan lingkungan yang subur dan sejuk.

Lanjutnya, KRT Purwonagoro dan KRT Tambakyuda muncul sebagai bupati wirausaha. KRT Purwonagoro Mendorong industri kecap Untuk Memperbaiki nilai tambah hasil Agrikultur dan mendukung Karya Seni lokal. KRT Tambakyuda Melakukanupaya membangun irigasi Kali Serayu Untuk memperkuat ketahanan Ketahanan Pangan dan dikenal sebagai ahli metalurgi Untuk pembuatan keris, menguasai berbagai Metode dan pamor.

KRT Reksawijaya, bupati Di-9, Memusatkan Perhatian Di pemberdayaan perempuan Bersama melatih mereka Untuk kerajinan payung kebesaran, simbol status sosial. Di bawah kepemimpinannya, perempuan diberdayakan Untuk Memperbaiki Keadaan keluarga.

Reksawijaya juga terlibat Untuk penerbitan Serat Kandha yang Menunjukkan komitmennya Di Pembelajaran dan emansipasi. Periode Banjar Petambakan ini mencerminkan perkembangan sosial dan ekonomi yang signifikan Untuk sejarah Kabupaten Banjarnegara.

2. Periode Banjarwatulembu

Periode Pemerintahan Banjarwatulembu berlangsung Untuk 1780 hingga 1831, ditandai Bersama pemindahan pusat pemerintahan Kabupaten Untuk timur Di barat Sungai Merawu, Disekitar Balai Desa Banjarkulon. Di periode ini, hanya ada dua bupati, yaitu KRT Mangunyuda dan KRT Kertoyudo.

KRT Mangunyuda fokus Di pembangunan dan kerjasama Bersama Bupati Purbalingga Untuk memajukan bidang Perancangan, perdagangan, dan Agrikultur. Ia juga mengikuti pelatihan manajemen Di Surabaya Untuk Memperbaiki pemasaran produk unggulan Lokasi seperti gula kelapa. Mangunyuda dikenal sebagai sosok patriotik dan meninggal Pada bertempur membela Raja Surakarta, Agar dikenang sebagai pahlawan.

Setelahnya KRT Mangunyuda, kepemimpinan dilanjutkan Bersama KRT Kertoyudo, yang dikenal sebagai RNg Mangunyudo II, dan Setelahnya Itu RNg Mangudyudo III atau RNg Mangubroto. Periode Banjar Watu Lembu berakhir Bersama berakhirnya Pertempuran Diponegoro Di tahun 1830, yang membawa perubahan signifikan Untuk struktur politik Di Keraton dan Lokasi sekitarnya, termasuk Karesidenan Banjoemas yang mencakup Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara.

3. Periode Banjarnegara

Setelahnya Pertempuran Diponegoro, Di 22 Agustus 1831, Gubernur Jenderal menetapkan KRT Dipayuda IV sebagai Bupati Banjarnegara. Peristiwa ini diperingati sebagai Hari Karena Itu Kabupaten Banjarnegara.

Akan Tetapi, ada pihak yang mengajukan keberatan Untuk menjadikan Hari Karena Itu Di momen lebih tua, seperti Peristiwa Mrapat atau Peristiwa Mangunyuda Sedoloji. KRT Dipayuda IV dan KRT Mangunyudo Memperoleh hubungan keluarga. Dipayuda IV merupakan cucu adik Bupati Yudonegoro III.

Nama Kabupaten diubah Untuk Banjarwatulembu menjadi Banjarnegara Setelahnya proses Bermeditasi spiritual. Setelahnya Itu ibu kotanya juga dipindahkan Di selatan Sungai Serayu.

KRT Dipayuda IV menjalankan pemerintahan Bersama dibantu pejabat lainnya, seperti Mas Cakrayuda sebagai Patih dan Mas Mangunyudo sebagai Kliwon. Setelahnya KRT Dipayuda IV, beberapa bupati melanjutkan pemerintahan, termasuk KRT Djayadiningrat dan KRT Joyonegoro I, hingga penjabat bupati terakhir yang dilantik Di Mei 2024 kemarin, Muhamad Masrofi.

Demikian penjelasan lengkap mengenai sejarah Banjarnegara Untuk masa Di masa. Semoga bermanfaat, detikers!

Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Sejarah Banjarnegara yang Terbagi Karena Itu 3 Periode Dari Zaman Kerajaan Pajang