Denpasar –
Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyimpan banyak kisah tentang Kekayaan Budaya Dunia dan Kearifan Lokal yang dimiliki Dari berbagai suku yang mendiami Daerah ini. Salah satunya adalah suku Bima atau yang lebih dikenal Didalam sebutan Mbojo.
Secara administratif, Kelompok Mbojo tersebar Di Pada timur Pulau Sumbawa, tepatnya Di Kabupaten Bima. Dahulu, Lokasi ini merupakan Pada Didalam Kesultanan Bima Sebelumnya akhirnya menjadi Lokasi administratif seperti sekarang. Sama halnya Didalam Kesultanan Sumbawa yang Memiliki beragam Kearifan Lokal dan Karya Seni, Kesultanan Bima juga kaya Berencana warisan Kekayaan Budaya Dunia.
Jika Kesultanan Sumbawa Memiliki Tari Tanak Juran sebagai tari penyambut Sultan Sumbawa, Kesultanan Bima juga Memiliki Tari Sere sebagai tari klasik istana yang sengaja diciptakan sebagai pertunjukan Di kesultanan Bima Di Di itu. Tarian ini diperkirakan ada Di Di pemerintahan Sultan Bima II.
Berikut ulasan mengenai Tari Sere Kesultanan Bima.
Sejarah Tari Sere
Di masa pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin, Kesultanan ini Merasakan perkembangan yang begitu pesat Di bidang Karyaseni tari. Ia merupakan Sultan Bima II yang memerintah Didalam tahun 1640-1682 M.
Secara Keseluruhan, Tarian Kelompok Bima terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu Tari Klasik Istana (Mpa’a Asi), Tarian Rakyat (Mpa’a Ari Mai Ba Asi), dan Tarian Donggo. Di masa ini Sultan Bima II menciptakan Tari Sere yang merupakan kelompok Didalam tari klasik istana.
Terciptanya Tari Sere ini sebagai bentuk penghormatan kepada para prajurit yang rela berjuang Bagi melindungi Kesultanan Bima. Hal ini terlihat Didalam gerakan tarinya yang melakukan lompatan dan Berlarilah. Tarian ini dibawakan Dari dua perwira kesultanan yang tangguh Di masa itu Didalam dilengkapi perisai dan tombak.
Makna Tari Sere
Bagi Kelompok mbojo, Tari Sere Memiliki makna yang Di Bagi kehidupan. Tari Sere Bima direpresentasikan sebagai sebuah keberanian, kehormatan, dan kekuatan Kelompok Bima.
Setiap gerakan tari yang tegas dan dinamis melambangkan sebuah ketegasan karakter dan semangat juang yang dimiliki Dari Kelompok Bima. Selain merepresentasikan ciri Kelompok Bima, tari ini juga mengajarkan bagaimana harmonisanya Kesejaganan manusia, alam, dan tuhan.
Fungsi Tari Sere
Fungsi Tari Sere yang pertama adalah sebagai pertunjukan Kekayaan Budaya Dunia. Dimana tari ini sering dipertunjukan Di Di ritual adat ataupun perayaan Dari Kelompok Mbojo, NTB.
Fungsi kedua adalah sebagai pembelajaran Kekayaan Budaya Dunia. Dimana Tari Sere Di ini sudah mulai diajarkan Di sekolah dan sanggar sebagai bentuk Didalam menghargai warisan Kekayaan Budaya Dunia dan Bagi melestarikan Kekayaan Budaya Dunia.
Fungsi yang terakhir adalah sebagai daya tarik wisata Lantaran tarian ini sering dipertunjukan Bagi wisatawan yang Di Berwisata Di Kota Bima.
Pertunjukan Tari Sere
Tari Sere dibawakan Dari dua penari laki-laki yang merupakan seorang perwira kesultanan. Mereka dilengkapi Didalam atribut perisai dan tombak serta menggunakan Pengganti khas Kelompok Mbojo yang Memiliki aura magis.
Pada pertunjukan penari Berencana selalu memasang wajah yang perkasa Didalam arti Memiliki keberanian serta ditambah Didalam gerakan melompat dan berlari Di seluruh penjuru yang Memiliki arti menyerang dan menangkis serangan musuh Bagi melindungi Kesultanan Bima.
Tarian ini juga diiringi Didalam alat Bunyi tradisional khas Kelompok Mbojo. Alat Bunyi yang digunakan berupa gong, gendang dan seruling yang dimainkan secara lambat dan khidmat. Hal tersebut mencerminkan kekhusyukan dan keagungan Didalam tarian ini.
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Tari Sere, Tarian Kesultanan Bima yang Melambangkan Ketangguhan