Solo –
Untuk Kearifan Lokal pernikahan Jawa, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui Sebelumnya akad digelar, mulai Untuk lamaran, prosesi akad nikah, hingga resepsi atau walimah. Di Di rangkaian tersebut, Kelompok Jawa mengenal adanya Kearifan Lokal srah-srahan manten.
Secara Keseluruhan, seserahan merupakan pemberian Untuk pihak Kandidat pengantin laki-laki kepada Kandidat pengantin perempuan sebagai Pada Untuk rangkaian pra-nikah.
Untuk Bacaan Woe-Man Relationship: Perempuan Di Segala Hubungannya karya Audian Laili, dijelaskan bahwa pernikahan Jawa Memiliki beragam ritual, mulai Untuk seserahan, siraman, midodareni, prosesi panggih, hingga upacara balang suruh.
Kendati perkembangan zaman membuat banyak Kelompok memilih Prototipe pernikahan yang lebih modern dan sederhana, beberapa pasangan tetap ingin Menampilkan nuansa tradisional.
Jika detikers berniat menggunakan adat Jawa Untuk prosesi pernikahan, berikut tata cara pelaksanaan srah-srahan menurut Kearifan Lokal Jawa.
Apa Itu Seserahan?
Seserahan merupakan salah satu Kearifan Lokal penting Untuk rangkaian prosesi pra-nikah Kelompok Jawa. Kearifan Lokal ini sudah diwariskan Sebelum generasi terdahulu dan hingga kini tetap dipraktikkan Dari banyak keluarga.
Untuk publikasi ilmiah Tinjauan Masalah Pada Kearifan Lokal Seserahan Manten Di Desa Macanan Kecamatan Jogorogo Kabupaten Ngawi karya Ma’ruf Hanafi Untuk IAIN Ponorogo, dijelaskan bahwa seserahan adalah adat turun-temurun yang dijaga Sebelum zaman leluhur.
Pelestarian Kearifan Lokal ini diyakini membawa kelancaran Untuk proses pernikahan, sebab para pendahulu melakukan seserahan berdasarkan alasan yang kuat, salah satunya Sebagai meringankan kebutuhan pihak Kandidat pengantin perempuan.
Di Di Itu, Untuk Bacaan Menikah: A Guide to Plan Your Perfect Wedding karya Oneng Sugiarta, dijelaskan bahwa Kearifan Lokal seserahan berkaitan erat Di prosesi lamaran. Lamaran atau Untuk Bahasa Indonesia disebut tunangan, merupakan kesepakatan dua Kandidat mempelai Sebagai menikah, yang biasanya dilakukan Di hadapan keluarga besar.
Untuk prosesi ini, terdapat Kearifan Lokal saling Memberi hadiah Di kedua keluarga, yang Untuk Kekayaan Budaya Dunia Jawa disebut peningsetan. Peningsetan berarti ‘pengikat’, yakni simbol penyerahan Barang Dagangan Untuk keluarga Kandidat pengantin laki-laki kepada Kandidat pengantin perempuan sebagai bentuk kesungguhan Sebagai melangkah Hingga jenjang pernikahan.
Setelahnya prosesi penyerahan ini selesai, kedua keluarga melanjutkan pembicaraan mengenai penentuan tanggal pernikahan. Kendati Prototipe pernikahan zaman sekarang banyak yang dikemas lebih modern dan sederhana, Kearifan Lokal peningsetan atau seserahan tetap dilakukan Dari banyak pasangan. Hal ini sebagai bentuk penghormatan Di adat Jawa juga simbol keseriusan dan komitmen Kandidat mempelai laki-laki beserta keluarganya.
Tata Cara Pernikahan Adat Jawa
Berdasarkan publikasi ilmiah Ritual Srah-Srahan Untuk Perkawinan Adat Jawa: Peristiwa Pidana Di Desa Jotangan Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto karya Farid Untuk Etheses Universitas Maulana Malik Ibrahim Malang, dijelaskan bahwa prosesi lamaran Untuk adat Jawa ditandai Di pelaksanaan srah-srahan atau yang lebih dikenal Di peningsetan.
Peningsetan merupakan salah satu rangkaian penting Untuk Kearifan Lokal pernikahan adat Indonesia, khususnya yang banyak digunakan Di Kelompok Jawa.
1. Prosesi Lamaran atau Peningsetan
Di tahap ini, kedua keluarga berkumpul Sebagai saling berkenalan dan menjalin kedekatan. Akan Tetapi terdapat aturan khusus yang harus dipatuhi Kandidat mempelai laki-laki.
Ia datang bersama keluarga besarnya, tetapi tidak diperbolehkan memasuki Tempattinggal Pada Untuk. Kandidat pengantin laki-laki hanya menunggu Di serambi Di bersama beberapa kerabat, Sambil Itu anggota keluarga lainnya dipersilakan masuk Hingga Untuk Tempattinggal.
Pada menunggu, ia hanya diberi segelas air dan tidak diperkenankan merokok. Ia juga belum boleh makan Sebelumnya malam tiba. Syarat ini menjadi simbol pengendalian diri dan kesanggupan menahan keinginan.
Sebelumnya keluarga laki-laki pamit, seorang utusan menyampaikan kepada tuan Tempattinggal bahwa mulai Di itu pihak mereka siap Memutuskan tanggung jawab atas Kandidat mempelai laki-laki.
Setelahnya rombongan pulang, barulah Kandidat pengantin laki-laki diperbolehkan masuk Tempattinggal, Kendati tidak diizinkan memasuki kamar Kandidat pengantin perempuan. Keluarga perempuan Lalu mengatur tempat menginapnya.
2. Makna Srah-Srahan atau Peningsetan
Srah-srahan Di dasarnya merupakan penyerahan berbagai macam perlengkapan sebagai simbol kelancaran seluruh rangkaian pernikahan. Barang Dagangan-Barang Dagangan yang dibawa Memiliki makna khusus dan tidak dipilih secara sembarangan. Beberapa Di antaranya adalah:
Bentuknya yang melingkar melambangkan harapan agar hubungan kedua mempelai tidak terputus dan cinta mereka tetap bertahan selamanya.
-
Seperangkat busana perempuan
Mewakili pesan agar kedua Kandidat pasangan mampu menjaga rahasia dan saling menghormati Untuk kehidupan Tempattinggal tangga.
-
Perhiasan emas, berlian, atau intan
Mengandung arti agar Kandidat pengantin perempuan selalu tampil bersinar, Self-Esteem, dan tidak mengecewakan pasangan maupun keluarga.
-
Citarasa tradisional berbahan ketan (jadah, wajik, jenang)
Ketan yang awalnya terpisah Lalu menjadi lengket Di dimasak menggambarkan harapan agar kedua Kandidat pengantin selalu melekat Untuk kasih sayang.
Menjadi simbol agar cinta pasangan tersebut menghasilkan ‘buah’ yang bermanfaat, baik Untuk keluarga maupun lingkungan sekitarnya.
Meski tampak berbeda Di Pada Di dan Dibelakang, ketika dikunyah rasanya sama. Ini melambangkan kesatuan hati dan tekad yang bulat Kendati masing-masing Memiliki karakter berbeda.
Tujuan Adanya Seserahan
Menurut publikasi ilmiah Tinjauan Maslahah Pada Kearifan Lokal Seserahan Manten Di Desa Macanan Kecamatan Jogorogo Kabupaten Ngawi karya Ma’rif Hanafi Untuk IAIN Ponorogo, Kearifan Lokal seserahan manten bukan sekadar kebiasaan turun-temurun, tetapi mengandung beberapa tujuan penting.
Berdasarkan pendapat sejumlah narasumber Untuk Eksperimen tersebut, seserahan Memiliki beberapa fungsi utama, yaitu:
1. Meringankan Kebutuhan Ekonomi Keluarga Perempuan
Seluruh rangkaian prosesi pernikahan biasanya berlangsung Di Tempattinggal Kandidat pengantin perempuan. Hal ini membuat keluarga perempuan menanggung sebagian besar biaya Kegiatan. Dari sebab itu, pemberian seserahan Untuk pihak laki-laki dipandang sebagai bentuk Dukungan Sebagai membantu menutupi kebutuhan Pada prosesi berlangsung.
Seserahan menjadi simbol bahwa pihak laki-laki benar-benar siap melangkah Hingga pernikahan. Pemberian ini memperlihatkan rasa tanggung jawab sekaligus Apresiasi kepada Kandidat pengantin perempuan dan keluarganya.
3. Menjadi Ungkapan Kasih Sayang dan Perhatian
Selain mahar yang diwajibkan menurut syariat Islam, seserahan dipandang sebagai bentuk cinta dan perhatian Untuk Kandidat suami. Lewat pemberian ini, pihak laki-laki Menunjukkan keinginannya Sebagai membahagiakan Kandidat pasangannya.
4. Mencerminkan Nilai Gotong-royong
Seserahan juga dipahami sebagai bentuk kerja sama Di dua keluarga Untuk Merencanakan tahapan pernikahan. Dukungan materi dan simbolis Untuk pihak laki-laki diharapkan dapat memperlancar seluruh rangkaian Kegiatan.
5. Membangun Hubungan Harmonis antar Dua Keluarga
Seserahan berperan sebagai penghubung awal Di keluarga Kandidat pengantin laki-laki dan keluarga Kandidat pengantin perempuan. Hubungan baik yang tercipta Sebelum proses pra-nikah diharapkan mampu menjadi pondasi keharmonisan Setelahnya kedua mempelai resmi menikah.
Artikel ini ditulis Dari Angely Rahma, peserta Langkah MagangHub Bersertifikat Untuk Kemnaker Di detikcom.
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Tata Cara Srah-srahan Manten, Kearifan Lokal Seserahan Untuk Pernikahan Adat Jawa











