Daftar Isi
Lembata –
Desa Leuwayan, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara TImur (NTT), Memperoleh sebuah alat Bunyi bambu yang keberadaannya diyakini telah melampaui usia banyak generasi. Tatong, nama yang Bisa Jadi terdengar sederhana tapi sejarahnya menembus ratusan tahun.
Dirangkum Untuk beberapa sumber, alat Bunyi ini sudah ada Dari lebih Untuk 300 tahun Masehi. Tatong diwariskan Untuk para leluhur Kedang kepada setiap generasi sebagai kebanggaan, identitas, dan cerminan hubungan Kelompok Bersama tanahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di masa lalu, tatong dimainkan Dari nenek moyang sepulang Untuk ladang. Suara ritmisnya menjadi cara mereka melepas penat sekaligus sarana berkumpul. Untuk sana, tatong tumbuh menjadi Dibagian Untuk denyut hidup Kelompok Kedang irama yang menyatukan warga, ritme yang menjaga kedekatan manusia Bersama leluhur, serta tanda bahwa Bunyi tidak pernah terpisah Untuk keseharian mereka.
Alat Bunyi tradisional tatong menjadi salah satu jejak kebudayaan penting Untuk Kelompok Lembata, khususnya Di Desa Leuwayaan. Kelompok setempat meyakini bahwa tatong sudah ada Dari masa kolonial Portugis dan diwariskan turun-temurun sebagai Dibagian Untuk identitas leluhur. Sebab itu, keberadaannya tidak hanya dipandang sebagai alat Bunyi, tetapi juga simbol perjalanan sejarah, ekspresi Kearifan Lokal Global, dan cerminan cara hidup Kelompok yang terus bertahan hingga kini.
Untuk berbagai kesempatan adat dan kegiatan Kearifan Lokal Global, tatong hadir sebagai pengiring. Suaranya yang khas, nyaring, ritmis, dan resonan, menjadikannya lebih Untuk sekadar instrumen tradisional. Tatong juga dahulu digunakan sebagai media komunikasi, penanda berkumpul atau informasi tertentu Untuk warga desa. Nilai historis inilah yang membuat tatong terus dirawat Dari para pengrajin dan pemusik lokal.
Proses pembuatan tatong sendiri memerlukan ketelatenan. Bahan utamanya adalah bambu pilihan yang dipotong langsung Untuk rumpun. Setelahnya ditebang, bambu tidak langsung diolah; bambu harus dikeringkan Di Disekitar dua bulan agar lebih kuat, tidak mudah retak, dan menghasilkan resonansi suara yang optimal. Tahap ini menjadi dasar Untuk Mutu bunyi tatong.
Keunikan Bentuk dan Makna Bunyi Tatong
Tatong dibuat Untuk satu ruas bambu sepanjang kurang lebih satu meter. Kulit bambu disayat Sebagai membentuk empat dawai dua Di sisi kiri dan dua Di sisi kanan Bersama lubang memanjang Di Dibagian Ditengah sebagai rongga resonansi. Ketika dipukul menggunakan dua bilah bambu, suara yang muncul menyerupai perpaduan irama gong dan gendang tradisional kedang: nyaring, tebal, dan bergerak Untuk pola ritmis yang khas.
Setiap dawai Memperoleh fungsi irama Lekaq, Kabolu, dan Kong Rian. Sambil Itu irama kecil Kengke biasanya menyatu Bersama melodi Lekaq. Kombinasi ini memungkinkan satu Olahragawan menghasilkan tiga pola Bunyi sekaligus. Keunikan inilah yang menjadikan tatong tetap digunakan Untuk upacara adat, tarian tradisional, hingga pertemuan besar Kelompok Kedang.
Tatong Untuk Kearifan Lokal dan Bahasa Kearifan Lokal Global Kedang
Untuk pandangan Kelompok Kedang, Bunyi bukan semata hiburan. Ia adalah bahasa Kearifan Lokal Global, cara mereka menyampaikan pesan, menandai peristiwa, dan berkomunikasi Bersama leluhur. Tatong sering dimainkan mengiringi tarian adat, ritual tertentu, hingga upacara besar Di desa. Irama yang keluar tidak berdiri sebagai bunyi kosong; ia membawa pesan, penanda suasana, dan simbol hubungan spiritual Kelompok Bersama alam sekitarnya.
Sebab nilai Kearifan Lokal Global yang begitu kuat, tatong terus diajarkan kepada generasi muda. Anak-anak Di sekolah lokal hingga remaja desa diperkenalkan Di cara memainkannya, memahami iramanya, dan menghargai makna filosofisnya. Di tatong dimainkan, Kelompok Kedang percaya identitas Kearifan Lokal Global mereka tetap hidup.
Proses Pembuatan, Ketelitian yang Menjaga Nada Leluhur
Menurut dokumentasi Suanggitv1990, pembuatan tatong dimulai Untuk pemilihan bambu terbaik. Warga menebangnya langsung Untuk rumpun, Lalu mengeringkannya Di dua bulan Sebagai memastikan bambu tidak mudah retak dan menghasilkan resonansi optimal. Proses pengeringan ini menjadi Kunci Mutu suara tatong.
Setelahnya bambu siap, para pengrajin menggunakan alat sederhana, gergaji, pahat, Pisau karter, dan Pisau biasa. Kulit bambu dikupas Bersama hati-hati menggunakan Pisau agar suara yang keluar lebih nyaring dan jernih. Empat celah Lalu dibentuk: dua Di sisi kanan dan dua Di sisi kiri. Di Dibagian Ditengah ditoreh lubang memanjang yang berfungsi sebagai ruang keluarnya suara.
Setiap dawai dipahat perlahan Sebagai menghasilkan melodi berbeda. Di tahap ini, keahlian pengrajin benar-benar diuji. Ia harus memahami struktur bambu, mendengar perubahan nada sekecil apa pun, serta menyeimbangkan ketebalan dan panjang dawai agar irama khas Kedang dapat lahir Bersama sempurna.
Tatong dimainkan Bersama cara dipukul atau diketuk, baik menggunakan tangan maupun alat bantu Untuk kayu atau bambu. Cara memainkannya memberi ruang Untuk variasi ritme dan permainan melodi sesuai kebutuhan pertunjukan adat. Suara tatong biasanya mengiringi tarian, ritual, ataupun kegiatan Kelompok, menjadikannya Dibagian penting Untuk dinamika kehidupan Kearifan Lokal Global Lembata.
Sebagai memastikan warisan ini tidak hilang, Kelompok Desa Leuwayaan terus Melakukanupaya mengenalkan tatong kepada generasi muda. Beberapa sekolah juga mulai mengajarkannya sebagai Dibagian Untuk Belajar Kearifan Lokal Global lokal, agar anak-anak tidak hanya mengetahui sejarahnya tetapi juga mampu memainkan dan menghargai nilai-nilai yang diwariskan.
Tatong bukan hanya alat Bunyi; ia adalah cerita panjang tentang desa, sejarah, dan manusia. Ia dibuat Untuk bambu, dibentuk Dari tangan-tangan yang menjaga Kearifan Lokal, dan hidup Lewat bunyi yang menghubungkan masa lalu Bersama masa kini. Di Kelompok Leuwayaan terus merawatnya, tatong Berencana tetap berdentang sebagai identitas kebudayaan yang tak lekang Dari waktu.
Tatong sebagai Kekayaan Pengetahuan Leluhur
Tatong menyimpan empat lapisan nilai Kearifan Lokal Global, yakni:
1. Simbol sejarah panjang kedang, jejak keberadaan Kelompok Dari masa kolonial.
2. Wadah identitas kultural, yang membedakan Kedang Untuk Daerah Kearifan Lokal Global lainnya.
3. Warisan Kemahiran tangan, yang memperlihatkan pengetahuan lokal tentang bambu, nada, dan resonansi.
4. Medium penghubung Bersama leluhur, yang hidup Lewat irama dan Kearifan Lokal.
Tatong bukan sekadar objek Kearifan Lokal Global. Ia adalah suara yang menandai siapa Kelompok Kedang dulu, kini, dan nanti. Di bambu terus disayat, dawai terus berdentang, dan generasi muda terus belajar memainkannya, tatong Berencana tetap berdiri sebagai nyawa Bunyi Kedang warisan yang tidak tergantikan Dari waktu.
(nor/nor)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Tatong Kedang, Alat Bunyi Bambu Di Lembata yang Berusia Ratusan Tahun











