Bandung –
Orang Sunda punya Kebiasaan memohon agar diri, Tempattinggal, keturunan, kendaraan, dan benda-benda yang bertalian Didalam kehidupan sehari-hari diberi selamat dan membawa keselamatan. Kebiasaan ini adalah Upacara Ngaruat.
Kata ‘Ngaruat’ Di pencarian Di Jaringan kerap menggunakan huruf ‘w’ menjadi Ngaruwat. Akan Tetapi Di bahasa Sunda sendiri, sebagaimana dicantumkan Di Di Kamus Basa Sunda R.A. Danadibrata, tertulis ‘Ngaruat’.
Ngaruat adalah upacara selamatan Pada Produk Internasional Terbaru, atau orang (bayi Terbaru lahir), supaya awet dipakainya, panjang umurnya, singkatnya supaya selamat dunia-akhirat. Demikian menurut R.A. Danadibrata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejatinya, ngaruat bukan sebatas meminta keselamatan Di Umumnya. Lebih spesifik, ngaruat adalah upacara tolak bala, memohon disingkirkan Di kesialan, Di marabahaya dan gangguan.
Di Kabupaten Indramayu, ada Kebiasaan ‘ngaruat’ atau ‘ngarot’. Menurut situs resmi Pemkab Indramayu, ‘ngaruat’ berasal Di bahasa Sansekerta yang berarti bebas Di kutukan dewa. Upacara adat ini Di antaranya lestari Di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Senada Didalam Ruqyah
Bagi lebih simpel memahami ‘ngaruat’, Di zaman sekarang ini, terutama Bagi umat Islam ada istilah ruqyah.
Menurut Rohmansyah, dkk. Di studi berjudul ‘Hadis-hadis Ruqyah dan Pengaruhnya Pada Kesejaganan Mental’ yang dimuat Jurnal Islam Futura disebutkan bahwa ruqyah secara bahasa adalah berlindung.
“Ibnu al-Aṡir mengatakan bahwa ruqyah adalah memohon perlindungan kepada Allah Di segala macam Penyakit seperti demam, shara’ dan Penyakit-Penyakit lainnya. Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa Ruqyah bentuk kata benda tunggal yang bentuknya jamaknya adalah Ruqā, yang Memperoleh arti kata-kata yang khusus diucapkan dan ditujukan Bagi kesembuhan orang sakit.” tulisnya.
Menurut kamus Arab-Indonesia online Ristek Muslim, kata ruqyah justru secara harfiah bermakna ‘mantra’ atau ‘jampi’. Kata Ar-Ruqqaa merujuk Di ‘orang yang pandai memantrai’.
Ruqyah adalah segala yang mendatangkan manfaat, sebab yang mendatangkan mudarat adalah sihir. Ini senada Didalam ‘ngaruat’, ngaruat adalah memohon selamat dan menolak bala termasuk gangguan yang diakibatkan sihir.
Kebiasaan Ngaruat Di Sunda
Orang Sunda Di masa lampau, ketika siaran mengenai keterangan-keterangan agama Islam belum sehebat sekarang ini, mereka secara tidak sengaja masih memegang Kebiasaan lama. Di antaranya ‘ngaruat’ Didalam cara-cara yang diajarkan para leluhur.
‘Ngaruat’ Di Kebiasaan Sunda bertalian Didalam Penyakit. Menurut R. Akip Prawira Soeganda Di Bacaan ‘Upacara Adat Di Pasundan’ (1982) orang Sunda hanya menyebut ‘Penyakit’ Di Kebugaran sakit yang diakibatkan Didalam sesuatu yang tidak kasat mata.
Sambil Itu sakit akibat jatuh, tertimpa tangga, dan Penyakit fisik lainnya, tidak disebut Penyakit. Itu adalah sakit yang biasa, lumrah. ‘Penyakit’ ini harus diobati sesuai Didalam usia orang yang sakit. Jika anak-anak, cukup ditanggulangi Didalam orang tua Didalam cara-cara yang diwariskan leluhur.
Akan Tetapi, jika orang sakitnya sudah menginjak dewasa, maka yang bertindak sebagai pengobat adalah seorang dukun. Tentu, bertalian Didalam dukun, ada sejumlah syarat sesajian yang harus dipenuhi. Gunanya, Didalam sesajian itu mantra yang diucapkan menjadi tajam.
Akan Tetapi, jika sakitnya terus-menerus, Malahan menahun, perlu diadakan ‘ngaruat’ atau ‘ruatan’ yang Di Situasi Ini diadakan pertunjukan wayang, Di mana cerita yang disampaikan dalang Di ruatan itu banyak mengandung nasihat yang harus dilaksanakan Didalam ‘orang sakit’ tersebut.
“Ada juga yang harus diruat, yaitu memanggil permainan wayang Didalam Memutuskan ceritera (lakon) Batara Kala. Didalam Sebab Di ceritera Batara Kala itu ada macam-macam nasehat, Didalam Sebab Itu artinya Didalam si sakit itu harus diturutnya, supaya terhindar Di serangan hantu Batara Kala. Air yang disediakan waktu memainkan wayang lakon Batara Kala itu sesudahnya habis permainan harus dipakai mandi si sakit.” tulis R. Akip.
Di luar ruatan Bagi kesembuhan diri Di Penyakit, Di kesempatan lain orang Sunda juga ‘ngaruat’ Tempattinggal Terbaru. Biasanya, Di sudut tertentu Tempattinggal ini ditanami tanaman hanjuang juga dikubur telur angsa kacingcalang (busuk). Ini simbol Bagi mengubur Penyakit.
(iqk/iqk)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Upacara Ngaruat, Memohon Selamat Di Kebiasaan Sunda