Bali –
Bali tidak hanya terkenal Di tarian-tariannya seperti Kecak, Janger, Calonarang, dan Pendet, tetapi juga Memperoleh Kebiasaan-Kebiasaan kuno yang terjaga hingga Pada ini. Salah satunya adalah Kebiasaan Siat Pandan atau dikenal juga sebagai Mekare-kare, yang berasal Di Desa Adat Tenganan, Karangasem. Kebiasaan ini unik Lantaran peperangan yang digelar menggunakan daun pandan berduri sebagai senjata.
Sejarah Kebiasaan Siat Pandan
Kebiasaan Siat Pandan merupakan bentuk penghormatan kepada Dewa Indra, yang Di kepercayaan umat Hindu Disorot sebagai Dewa Konflik Bersenjata dan Kesuburan. Kendati tidak ada sumber tertulis yang mendetail mengenai asal-usul Kebiasaan ini, satu-satunya sumber tertulis Yang Terkait Di adalah Di kitab Usana Bali (terakhir diperbarui Di tahun 1842). Kitab ini menjelaskan bahwa Siat Pandan adalah Kebiasaan Konflik Bersenjata menggunakan daun pandan berduri sebagai senjata dan perisai tamyang Sebagai melindungi diri.
Makna Kebiasaan Siat Pandan
Kebiasaan ini tidak hanya sekadar warisan Kekayaan Budaya Dunia, tetapi juga Memperoleh beberapa makna penting Untuk Kelompok:
1. Makna Religius
Kebiasaan ini merupakan ujian ketabahan dan keberanian Kelompok Di mengungkapkan ekspresi religius, Lantaran “kare” berarti Konflik Bersenjata. Siat Pandan digolongkan sebagai tarian sakral yang hanya dipertunjukkan Di upacara adat desa.
2. Makna Sosial
Kebiasaan ini melibatkan seluruh Kelompok desa, baik tua maupun muda, yang saling bekerja sama Sebagai kesuksesan Peristiwa. Hal ini memperkuat Komitmen dan kebersamaan Di kehidupan sosial desa.
3. Makna Ekonomi
Kendati sakral, Kebiasaan Siat Pandan Menarik Perhatian perhatian wisatawan yang ingin Merasakan pertunjukan tersebut. Di hari kedua pertunjukan, wisatawan diperbolehkan Sebagai menonton, yang berdampak Di perekonomian Kelompok setempat.
4. Makna Belajar
Kebiasaan ini mengajarkan etika dan nilai-nilai sosial tentang bagaimana menjaga hubungan yang harmonis Di Antara Kelompok. Sesudah pertunjukan, para penari wajib mengobati luka satu sama lain sebagai bentuk solidaritas dan keharmonisan.
Sarana Di Pagelaran Siat Pandan
Beberapa sarana yang diperlukan Sebagai pelaksanaan Kebiasaan ini meliputi:
1. Daun Pandan Berduri
Hanya daun pandan Di Desa Adat Tenganan yang digunakan, Lantaran durinya lebih mudah lepas dan tidak menimbulkan luka yang terlalu parah.
2. Perisai atau Tamyang
Perisai yang digunakan terbuat Di anyaman rotan berbentuk lingkaran, kuat, dan berukuran besar.
3. Busana Adat
Para penari memakai Busana adat khas desa Tenganan, seperti kamen geringsing dan kadutan (keris kecil) yang diselipkan Di Dibelakang pinggang.
4. Gamelan
Pertunjukan ini diiringi Di gamelan selonding, instrumen gamelan sakral yang hanya dimainkan Di Pada tertentu.
Kebiasaan Siat Pandan adalah salah satu bentuk kearifan lokal Bali yang mengandung nilai-nilai spiritual, sosial, ekonomi, dan Belajar yang tetap lestari hingga Pada ini.
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Warisan Kekayaan Budaya Dunia Bali yang Sarat Makna