Bandung –
Wayang golek, menurut Lili Suparli, Dosen Fakultas Seni Kearifan Lokal Pertunjukan Di Institut Seni Kearifan Lokal Kearifan Lokal Global Indonesia, telah menjadi Pada penting Di kehidupan Komunitas Sebelum abad Hingga-20. Seni Kearifan Lokal pertunjukan ini dikenal luas, baik Di perkampungan hingga perkotaan berkat perannya Di berbagai perayaan Komunitas. Kedekatan filosofis Di cerita yang dibawakan Bersama realitas kehidupan menjadi salah satu daya tarik utama wayang golek.
Setiap lakon Di wayang golek merupakan refleksi teatrikal Di kehidupan sehari-hari. Tokoh-tokoh pewayangan, Bersama karakter unik yang mencerminkan sifat baik dan jahat manusia, menjadikan Seni Kearifan Lokal ini terasa akrab dan mewakili kehidupan Komunitas.
Wayang golek pertama kali diperkenalkan Dari Sunan Kudus Di tahun 1583 sebagai sarana Untuk menyebarkan ajaran Islam. Sunan Kudus membawakan cerita kehidupan sehari-hari Bersama nilai-nilai Islam, diselingi Bersama humor Untuk memikat perhatian para penonton.
Di awalnya, wayang golek hanya digunakan Dari santri dan ulama. Akan Tetapi, ketika cicit Sunan Kudus, Panembahan Ratu (1640-1650), memimpin Kesultanan Cirebon, pertunjukan wayang golek cepak mulai populer Di tanah Pasundan. Pangeran Girilaya (1650-1662) turut memperluas popularitas wayang golek Pada memerintah. Seiring Bersama dibukanya Jalan Raya Daendels, wayang golek tersebar luas Hingga seluruh penjuru Jawa Barat.
Berdasarkan kajian yang dilakukan Rais Rasyadi Di penelitiannya berjudul “Eksistensi Seni Kearifan Lokal Wayang Golek Di Bandung (1950-2015)”, disampaikan bahwa Ki Darman seorang dalang Di Tegal, Jawa Di, memindahkan dan Menyusun Seni Kearifan Lokal ini Di Jawa Barat Di 1840-an Supaya makin populer.
Jika wayang kulit terbuat Di lembaran kulit hewan yang dibentuk menyerupai tokoh dan mengandalkan bayangannya sebagai bentuk visual yang dipertunjukkan Di keseniannya, maka wayang golek terbuat Di kayu yang diukir menyerupai bentuk tokoh dan dihias Bersama berbagai warna dan Perhiasan guna dipertunjukkan secara langsung Di berbagai pagelarannya.
Bentuk Di wayang golek menjadi versi tiga dimensi Di wayang Supaya tidak lagi membutuhkan pantulan cahaya guna membentuk bayangan Di setiap pertunjukannya. Hal ini pula yang menyebabkan Seni Kearifan Lokal wayang golek dapat digelar Di siang atau Di keadaan cahaya yang terang. Berbeda Bersama pertunjukan wayang kulit Akansegera menjadi tidak efektif Sebab bayangannya Akansegera tidak tampak jelas jika digelar Di siang hari.
Di segi nilai Kearifan Lokal Global, Seni Kearifan Lokal wayang golek berkembang Bersama menyesuaikan karakteristik dan Kearifan Lokal Global lokal tempat ia berada. Wayang golek secara khusus mencerminkan kebudayaan Sunda, mulai Di bahasa, tarian, hingga prinsip-prinsip hidup yang melekat Di adat istiadat setempat. Nilai-nilai Kearifan Lokal Global ini menjadi elemen penting yang tidak dapat dipisahkan Di setiap pertunjukan wayang golek.
Sebagai Pada Di kehidupan Komunitas yang terus berkembang, wayang golek juga Merasakan perkembangan yang signifikan. Berbagai lakon Mutakhir terus diciptakan Untuk menjaga relevansi wayang golek Di Di perubahan zaman. Bersama Perkembangan ini, eksistensi wayang golek tetap terjaga dan terus diminati Dari berbagai kalangan.
Salah satu Perkembangan Di Seni Kearifan Lokal wayang golek adalah munculnya cerita carangan, yaitu lakon yang dibuat Dari dalang berdasarkan cerita orisinal. Cerita carangan ini sering kali diilhami Dari berbagai Permasalahan kontemporer yang dihadapi Komunitas, mulai Di permasalahan pekerjaan hingga persoalan kenegaraan. Di lakon-lakon ini, dalang kerap menyisipkan humor, Komentar sosial, dan pesan moral yang membuat pertunjukan lebih Disekitar dan Menarik Perhatian Untuk penonton.
Bersama menggabungkan elemen tradisional dan modern, wayang golek tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga media refleksi sosial yang mendalam. Wayang golek terus berperan penting Di melestarikan Kearifan Lokal Global sekaligus menyampaikan pesan-pesan yang relevan Bersama kehidupan Komunitas.
(iqk/iqk)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Keunikan Wayang Golek, Seni Kearifan Lokal Tiga Dimensi yang Mendekatkan Komunitas