Mengenal Upacara Dharma Suaka dan Rangkaian Pernikahan Adat Bali



Bali

Pasangan Kandidat pengantin Di Bali, Sebelumnya melangkah Di jenjang pernikahan, mereka Akansegera melakukan Kebiasaan dharma suaka atau pinangan terlebih dahulu. Penasaran seperti apa Kebiasaan dharma suaka ini? Simak informasinya berikut ini.

Pengertian Upacara Dharma Suaka

Upacara dharma suaka Memiliki makna mendalam Bagi umat Hindu Di Bali. Melewati Kebiasaan dharma suaka, Kandidat pengantin pria Akansegera secara resmi meminang Kandidat pengantin wanita. Kebiasaan ini bertujuan Bagi memperjelas tujuan pernikahan dan membangun komunikasi yang baik antarkedua mempelai.

Dharma suaka adalah Kebiasaan yang ternyata hampir sama Didalam meminang atau Di Bahasa Bali disebut memadik. Biasanya, upacara ini Akansegera dilaksanakan sebanyak dua kali, diawali Didalam perkenalan Antara keluarga inti Di pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Di momentum ini, bila kedua belah pihak sepakat Bagi melanjutkan pernikahan, maka Kandidat mempelai pria Akansegera mengajak keluarga besarnya Di Rumah Kandidat mempelai wanita.

Dharma suaka atau memadik ini sering kali Akansegera menggunakan juru raos atau ahli bahasa agar Peristiwa meminang dapat berjalan Didalam baik. Melewati upacara dharma suaka, pasangan yang Akansegera melangkah Di jenjang pernikahan diharapkan dapat memahami makna pernikahan Didalam penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Rangkaian Upacara Pernikahan Adat Bali

Berikut ini merupakan rangkaian pelaksanaan pernikahan adat Bali, mulai Di mesedek sampai mejaya-jaya.

1. Mesedek
Rangkaian Peristiwa ini bertujuan Bagi mengenal dan mengutarakan niat baik Di pihak mempelai pria yang ingin meminang mempelai Wanita. Di Peristiwa ini, Akansegera menentukan keputusan apakah pengantin wanita Merasakan atau menolak pengantin pria.

2. Madewasa Ayu
Sesudah lamaran diterima Dari pihak mempelai wanita, Sesudah Itu Akansegera dilaksanakan madewasa ayu, yakni menentukan hari dan tanggal pernikahan.

3. Ngekeb
Peristiwa ini bertujuan Bagi Menyusun Kandidat pengantin wanita menjadi seorang istri dan ibu Rumah tangga Didalam memohon doa restu kepada Tuhan. Sore harinya, seluruh tubuh Kandidat pengantin wanita Akansegera diberi luluran yang terbuat Di daun merak, kunyit, bunga kenanga, dan beras yang telah dihaluskan.

Disediakan juga wadah berisi air bunga Di pekarangan Rumah sebagai keperluan mandi Kandidat pengantin. Kandidat pengantin wanita Sesudah Itu dimasukkan Di kamar pengantin dan tidak diperbolehkan keluar hingga dijemput pengantin pria.

Sesudah Itu, seluruh tubuh mempelai wanita Akansegera ditutupi Didalam kain kuning tipis sebagai makna telah mengubur masa lalunya dan siap Bagi menempuh hidup Mutakhir Didalam suaminya.

4. Ngungkab Lawang
Ketika mempelai wanita dijemput Dari mempelai pria, keduanya bertemu Bagi mengikuti wembilan Peristiwa ritual, yakni pejati dan suci alit, peras pengambean, caru ayam brumbun asoroh, bayekawonan, prayascita, pengulapan, segehan pancawarna, segehan seliwang atanding, dan segehan agung.

Di ritual ini, mempelai pria Akansegera membacakan ayat Di kitab Weda dan Akansegera dibalas Dari mempelai wanita Didalam kalimat Di kitab Weda yang sama. Mempelai wanita Sesudah Itu Akansegera melempar daun sirih Bagi menolak hal jahat yang Mungkin Saja Akansegera mengganggu Pada rangkaian Peristiwa Berikutnya.

5. Medagang-dagangan
Prosesi ini sangat Bagi Lantaran mempelai wanita Akansegera duduk Di atas sabut kelapa, Sesudah Itu mempelai pria Akansegera melakukan proses tawar menawar layaknya Di berjualan. Sesudah Itu, Akansegera dilakukan proses pembayaran Didalam ditutup prosesi pria merobek tikeh anyaman Di keris. Terdapat tiga benda yang Akansegera diambil sebagai sarana kesuburan, Di antaranya: keladi, andong dan kunyit Bagi ditanam.

6. Makala-kala
Di prosesi ini Akansegera dilakukan pembakaran tetimpug atau tiga bambu Di atas tungku bata. Maknanya, yaitu Bagi membangun benteng perlindungan Di marabahaya.

7.Metegen-tegenan atau Suun-suunan
Mempelai pria Akansegera memikul metegen-tegenan dan mempelai wanita Akansegera menjunjung atau sun-suunan. Keduanya Akansegera mengelilingi api suci sanggah surya sebanyak tujuh kali. Pinggang para mempelai Akansegera diikat sabuk dan menjalani tujuh langkah saptapadi Didalam sumpah perkawinan dan doa-doa berbahasa Sanskerta Di langkahnya.

8. Mejauman
Prosesi ini bertujuan Bagi memberi tahu Hyang Guru dan leluhur mengenai pernikahan yang telah dilaksanakan dan meminta perlindungan kepada-Nya.


9. Natab Pawetonan
Natab pawetonan dilaksanakan Di perkawinan mepadik. Maknanya, yaitu sebagai simbol pengganti air susu ibu Lantaran tugas ibu telah selesai dan berpindah kepada pihak suami.

10. Bekal (Matadtadan)
Di tahapan ini Akansegera dilaksanakan prosesi pemberian Aksesoris atau Pengganti ibadah Di ibu kepada anak perempuannya sebagai bekal.

11. Mejaya-jaya
Ini menjadi prosesi terakhir Di pernikahan adat Bali. Upacara ini mengandung makna agar selalu memperoleh kemudahan dan bimbingan Di Sanghyang Pramesti Guru.

Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Mengenal Upacara Dharma Suaka dan Rangkaian Pernikahan Adat Bali