Surabaya –
Perayaan Waisak Di Jawa Timur tak hanya menjadi momen umat Buddha, tetapi Menampilkan kekayaan Kebiasaan lokal yang sarat makna. Di berbagai Daerah Di Indonesia, perayaan ini dirayakan Didalam cara yang unik Didalam membawa kebudayaan atau Kebiasaan lokal, tak terkecuali Di Jawa Timur.
Hari raya Waisak merupakan salah satu hari besar yang dirayakan seluruh umat Buddha Di dunia Sebagai memperingati tiga peristiwa penting Di kehidupan Sang Buddha, yakni kelahiran, pencerahan, dan wafatnya Buddha Gautama.
Kebiasaan Ikonik Di Jawa Timur Sebagai Memeriahkan Waisak
Terdapat dua Kebiasaan Di Jawa Timur yang paling menonjol, yaitu proses memandikan patung Buddha Di Mojokerto dan Kebiasaan Pindapata Di Batu. Berikut adalah ulasan mengenai kedua Kebiasaan yang mewarnai perayaan Waisak Di Jawa Timur.
1. Kebiasaan Memandikan Patung Buddha Di Mojokerto
Menjelang Waisak, salah satu Kebiasaan paling ikonik Di Jawa Timur adalah prosesi pemandian Patung Buddha Tidur Di Maha Vihara Mojopahit, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Patung berukuran 22x6x4,5 meter ini tercatat sebagai yang terbesar Di Indonesia dan telah memecahkan Catatan Museum Catatan-Dunia Indonesia (MURI).
Ritual ini digelar menjelang peringatan Tri Suci Waisak. Bukan sekadar Kebiasaan tahunan, prosesi pemandian patung Buddha ini juga sarat Akansegera makna filosofis yang mendalam. Prosesi diawali Didalam doa dan pembakaran dupa, dilanjutkan Didalam penyucian diri para peserta.
Mereka disarankan Sebagai membersihkan tubuh dan menenangkan pikiran Sebelumnya terlibat langsung Di ritual. Air yang digunakan Di pemandian telah dicampur Didalam bunga mawar, melati, kenanga, dan kantil-bunga-bunga yang melambangkan ketulusan dan ketidakkekalan dunia.
Kotoran Di patung dibersihkan secara perlahan menggunakan sikat, lalu patung dibilas Didalam air Masuk sebagai simbol penyucian. Lebih Didalam sekadar ritual pembersihan, Kebiasaan ini menjadi momen refleksi spiritual Bagi umat Buddha Sebagai menyucikan diri Didalam segala kekotoran batin.
2. Kebiasaan Pindapata Di Batu
Selain prosesi pemandian Patung Buddha Tidur Di Mojokerto, ada satu Kebiasaan lain yang tak kalah penting Di perayaan Hari Raya Waisak Di Jawa Timur, yakni Kebiasaan Pindapata Di Kota Batu. Dilansir Didalam laman resmi Kementerian Agama (Kemenag) Kota Batu, Pindapata merupakan Kebiasaan pengumpulan Konsumsi Dari para biksu.
Di prosesi ini, para biksu berjalan kaki mengelilingi kota sambil membawa mangkuk patta-wadah khusus Sebagai Memperoleh derma Konsumsi. Sebelumnya Pindapata dimulai, para biksu biasanya mengawalinya Didalam puja bhakti atau doa bersama sebagai bentuk penghormatan dan pembekalan batin.
Menariknya, Konsumsi maupun Terapi-obatan yang diberikan Di Kebiasaan ini berasal Didalam Komunitas Disekitar, tanpa memandang latar Dibelakang agama. Siapa pun boleh berbagi sebagai bentuk kebaikan dan Dukungan spiritual. Kebiasaan Pindapata dimaknai sebagai perwujudan cinta kasih dan perbuatan baik kepada sesama.
Di menyambut Tri Suci Waisak, prosesi ini menjadi momentum Sebagai merenungi nilai-nilai ajaran Buddha tentang kebajikan, welas asih, serta pentingnya kepedulian Di kehidupan sehari-hari.
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Kebiasaan Waisak Di Jawa Timur