Cerita Suara Kentongan Masjid Agung Menggema sampai Dago



Bandung

Dulu, Sebelumnya Bandung seramai sekarang, ada cerita yang menyebutkan bahwa suara kentongan (kohkol) Masjid Agung Bandung punya suara yang menggelegar. Di kawasan Alun-alun, suara kayu berongga yang menjadi penanda panggilan salat itu bisa terdengar hingga Hingga Jalan Ir H Juanda atau Jalan Dago yang kini terkenal dan melegenda.

Bandung Pada zaman kolonial, tepatnya Ke awal tahun 1910-an, memang masih berupa landscape hutan dan perbukitan. Tempattinggal penduduk masih minim, Sebab memang Ke masa-masa Sebelumnya itu Di terjadi pemindahan ibu kota Di Krapyak (Dayeuhkolot) Hingga lokasi Kota Bandung yang sekarang.

Akan Tetapi, Jalan Dago sudah menjadi akses utama Bagi warga Sebagai berpergian. Biasanya, warga turun Di Area utara Kota Bandung Pada itu, lalu menjual hasil perkebunannya supaya bisa Merasakan uang.


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akan Tetapi konsekuensinya, Jalan Dago zaman dulu begitu rawan Didalam Unjuk Rasa kejahatan. Garong, rampok, hingga begal -istilah zaman sekarang-, menjadi momok yang menakutkan Bagi warga Sebab memang Kebugaran jalanannya masih berupa hutan belantara.

Di berbagai macam cerita, Haryanto Kunto, seseorang yang dikenal sebagai ‘Kuncen Bandung’, punya sudut pandang sendiri tentang Jalan Dago dan kohkol Masjid Agung Bandung. Di sini lah bisa tergambar bagaimana suara kentongan masjid tersebut terdengar Melakukan Kendati jarak tempuhnya begitu jauh Sebagai zaman sekarang.

Di bukunya berjudul Ramadhan Ke Priangan, Haryanto Kunto mendeskripsikan bahwa suara kentongan Masjid Agung Bandung bisa terdengar hingga Hingga kawasan Dago Simpang. Ke zaman itu, warga pun Terbaru merasa plong ketika suara kentongan itu sayup-sayup terdengar Di kejauhan.

“… Zaman dulu itu, yang namanya bunyi kentongan atau tongtong Mesjid Agung Ke Alun-alun terdengar sampai Hingga Dago Simpang, Manteos (Jl Siliwangi), Terpedo (Wastukencana), Kebon the (Ranca Badak), Bronbeek (Sukajadi) dan Cibarengkok. Semua terletak jauh Ke Area Bandung Utara,” kata Haryanto Kunto Di bukunya.

Tak hanya Hingga Area utara, Haryanto Kunto juga menulis suara kentongan Masjid Agung Bandung bisa terdengar hingga Hingga Cipaganti. Sedangkan suara beduknya bisa sampai Hingga telinga warga yang tinggal Ke Ancol, Kaca-kaca Wetan, Andir, Lapang Tegallega, hingga Hingga Balubur (Dago).

Akan Tetapi, jika dibandingkan Didalam zaman sekarang, Kebugaran itu tentu sudah tidak bisa dibandingkan. Bandung sudah menjadi kota metropolitan yang diwarnai Didalam pembangunan gedung-gedung tinggi, termasuk pemukiman warga yang kini sudah mulai padat dimana-mana.

Kentongan dan beduk Masjid Agung Bandung. Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar

Alhasil, suara kentongan maupun beduk, baik itu Ke Masjid Agung Bandung atau Ke tempat lain, Berencana sulit terdengar Di radius jarak jauh. Ditambah Pada ini, panggilan salat sudah digantikan Didalam suara azan yang disiarkan lewat pengeras suara.

Kendati demikian, kentongan dan beduk Masjid Agung Bandung sampai sekarang masih dipertahankan keberadaannya. Keduanya masih berdiri kokoh, Kendati materialnya sudah berulang kali Merasakan pergantian.

Di perbincangannya bersama detikJabar, Yayat, petugas Masjid Agung Bandung, mengatakan bahwa kentongan dan beduk masih digunakan sebagai panggilan Sebagai salat. Justru menariknya, ternyata kentongan dan beduk tidak sembarang ditabuh Sebagai panggilan azan.

Kata Yayat, ada filisofi Di setiap tabuhan kentongan dan beduk. Iramanya disesuaikan Didalam panggilan waktu azan, dan tentunya punya ketukan yang berbeda-beda Ke setiap waktunya.

Terlepas Di apapun itu, Yayat membeberkan bahwa kentongan dan beduk masih relevan digunakan Ke zaman sekarang. Baginya, kedua alat itu tidak bisa digantikan Sebab saling melengkapi Didalam lantunan azan.

“Kalau menurut saya sih masih relevan yah Ke zaman sekarang. Sebab itu saling melengkapi Sebelumnya ada pengeras suara. Bisa dibilang warisan sejarah juga yang harus tetep kita jaga,” katanya.

(ral/iqk)

Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Cerita Suara Kentongan Masjid Agung Menggema sampai Dago