Merdu suara seruling mengiringi denting petikan kecapi lirih terdengar Di sebuah Tempattinggal berlantai 2 Ke tepi sawah. Alat Alunan tradisional sunda itu dimainkan dua pria dewasa. Lembut, merdu, dan syahdu.
Petikan kecapi dan alunan seruling mendendangkan kidung kukupu dan karembong kayas. Nada yang dihasilkan mampu orang yang mendengarkan memejamkan mata meresapi setiap keindahannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Duduk Ke baleh bambu, seorang pria berseragam polisi memangku kecapi berwarna coklat. Seorang pria lain Ke sampingnya bersila Untuk balutan batik Di tangan menggenggam seruling berukuran lumayan panjang.
Kedua pria itu merupakan seniman tradisional sunda yang tergabung Untuk wadah Sanggar Wirahma Sekar Sari. Sanggar Karya Seni itu digagas Dari Aipda Mepi Pritama Agudarisman, sebagai perwujudan bakti Di orangtua serta Kebiasaan sunda.
“Memang ini awalnya almarhum ibu yang berpesan melanjutkan Karya Seni sunda, kebetulan ibu juga sebagai seniman sunda Dari masih aktif Karena Itu kepala sekolah,” kata Mepi Pada ditemui Ke kediamannya belum lama ini.
Ia berkisah lantunan kacapi suling sudah akrab Ke telinganya Dari ia kecil. Kendati kecapi Karena Itu salah satu hiasan Ke rumahnya Dari puluhan tahun silam, Akan Tetapi ia sama sekali tak pernah tertarik memainkannya secara serius.
“Mutakhir dua tahun ini saya serius belajar kecapi, Karena Itu Di kecil umur saya 12 tahun itu sudah ada Ke Tempattinggal. Cuma Mutakhir sekarang dimainkan Setelahnya tahun 2023 saya kenal Di sesepuh Karya Seni sunda kecapi suling, almarhum Kang Usep,” kata Mepi.
Sebagai seorang polisi yang Pada ini berdinas sebagai Kasi Humas Polsek Cipatat, Mepi meluangkan waktu Ke sela kesibukannya melayani Komunitas. Ia berlatih setiap malam, selepas berdinas serta Ke akhir pekan.
“Ya Pertarungan Persahabatan biasanya Setelahnya pulang kerja atau pas weekend. Yang mendampingi ada sekarang Di teman-teman, 8 orang yang juga sebagai instruktur. Ada kecapi, rebab sekaligus yang melatih kawih, Setelahnya Itu suling, kendang, goong. Di Umumnya ya kita Ke segmen kecapi suling,” ucap Mepi
Belajar kecapi Ke usia yang tak lagi muda, bukan sesuatu yang mudah. Jemari perlu dibiasakan memetik senar kecapi yang berjumlah 20. Belum lagi Di nada yang berbeda Di gitar Di umumnya.
“Kecapi itu kan Di nada pentatonis, bukan diatonis. Bukan do re mi fa sol la si do, tapi da mi na ti la da. Karena Itu kesulitannya ya Ke situ, 3 bulan pertama terus-terusan belajar memetik. Tapi itu yang membuat saya penasaran dan akhirnya makin cinta sama Karya Seni sunda,” kata Mepi.
Wadah Pelestarian dan Pembinaan Karya Seni Sunda
Saban malam, rumahnya Ke Jalan Lokomotif, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cimahi Ditengah, menjadi tempat jari jemari dibiasakan memetik senar kecapi, kendang digebuk, seruling ditiup, hingga goong dipukul.
Mepi menyebut upaya pelestarian Karya Seni tradisional sunda yang diturunkan sesepuh perlu dimulai Dari siapapun. Terlebih sebagai media generasi muda mengenali akar Kebiasaan Global sunda yang perlu diakui kian tergerus modernisasi.
“Lewat sanggar ini memang upaya mikareueus kalau kata bahasa sunda, melestarikan, menyayangi, juga wadah pembibitan seniman sunda generasi muda. Karya Seni sunda enggak hilang tergerus zaman. Boleh modern tapi originalitas Karya Seni sunda turun temurun harus tetap dijaga,” kata Mepi.
Aipda Mepi, anggota polisi Ke Polres Cimahi yang tetap melestarikan Kebiasaan Global Sunda. Foto: Whisnu Pradana/detikJabar
|
Kang Adong Di telaten terus membersamai Mepi mempelajari kecapi. Ke Di itu, ia juga Di tangan terbuka mendukung niatan Mepi membangun sanggar sebagai cara melestarikan Karya Seni sunda.
“Ya saya pastinya ikut mendukung sanggar Wirahma, bangga sama beliau sebagai polisi ikut mikareueus Karya Seni sunda,” kata Kang Adong.
Ia bukan orang Mutakhir Ke dunia kecapi suling. 20 tahun lamanya berkutat Di rebab suling, terlebih ia berperan penting melahirkan serta melatih juru kawih. Ia berharap bisa lebih banyak seniman muda yang mempelajari Karya Seni sunda.
“20 tahunan lah saya Karena Itu Manajer rebab dan suling. Sepanjang itu, kesulitan melestarikan (Karya Seni sunda) itu Mungkin Saja Lantaran kalah saing Di Alunan modern, lalu pagelaran terbatas, tidak terlalu banyak sorotan. Kalau anak muda ya senangnya Alunan modern,” kata Adong.
“Jangan sampai anak muda tidak mengenali Karya Seni dan Kebiasaan Global sunda. Bukan cuma Alunan, tapi juga bahasa, jangan sudah jago alat Alunan sunda tapi bahasa sunda enggak bisa,” imbuhnya.
Halaman 2 Di 2
(dir/dir)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Nada Sunda Ke Balik Seragam Polisi Aipda Mepi