Mengenal Barikan, Kebiasaan Malam Kemerdekaan Di Jawa Timur


Surabaya

Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Indonesia, berbagai Area Memperoleh cara tersendiri Untuk merayakan momen bersejarah ini. Di Jawa Timur, salah satu Kebiasaan unik yang masih terus dilestarikan adalah Barikan. Kebiasaan ini biasanya digelar Di malam 16 Agustus sebagai wujud rasa syukur atas jasa para pahlawan yang telah gugur memperjuangkan kemerdekaan bangsa.

Lebih Untuk sekadar perayaan seremonial, Barikan menyimpan nilai kearifan lokal yang mengakar kuat Untuk kehidupan Komunitas. Kebiasaan ini tidak hanya mempererat kebersamaan, tetapi juga menjadi simbol Pengakuan Di kemerdekaan dan identitas bangsa Indonesia.


Asal Usul Istilah Barikan

Secara etimologis, kata Barikan Memperoleh beberapa versi asal-usul. Ada yang menyebut berasal Untuk bahasa Arab barik, yang berarti barokah atau berkah. Versi lain menyebut istilah ini berasal Untuk bahasa Jawa Kuno, yang berarti baris. Terlepas Untuk perbedaan tersebut, Barikan Di intinya dimaknai sebagai sebuah Kebiasaan penuh berkah yang mempertemukan warga Untuk kebersamaan.

Pelaksanaan Kebiasaan Barikan

Barikan digelar setiap malam tanggal 16 Agustus Di berbagai Area Jawa Timur. Warga biasanya berkumpul Di perempatan jalan, pertigaan gang, halaman Rumah, hingga Berjalan kampung. Mereka duduk bersama Di atas tikar membentuk barisan rapi Didalam berbagai hidangan yang dibawa Untuk Rumah.

Setiap warga Berencana membawa Citarasa, mulai Untuk buah-buahan, kue, hingga nasi, sesuai kesepakatan. Citarasa tersebut bisa ditukar antarwarga, disantap bersama Di lokasi, atau dibawa pulang. Inilah yang menjadikan Barikan sebagai wujud nyata kebersamaan dan gotong royong.

Rangkaian Peristiwa Malam Barikan

Dilansir Untuk laman resmi Kementerian Belajar, Kebudayaan, Studi, dan Keahlian (Kemendikbudristek), Kebiasaan Barikan biasanya dipadukan Didalam agenda Karyaseni, Kearifan Lokal Dunia, hingga kegiatan keagamaan. Barikan kerap menjadi puncak Untuk rangkaian lomba Agustusan yang Sebelumnya digelar Di kampung-kampung.

Peristiwa biasanya dimulai Didalam doa bersama, lalu dilanjutkan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu nasional lainnya. Setelahnya itu, warga menikmati hidangan secara bersama-sama, sembari menikmati hiburan sederhana yang dihadirkan Untuk menyemarakkan suasana.

Makna Filosofis Kebiasaan Barikan

Lebih Untuk sekadar Kebiasaan menjelang HUT RI, Barikan mengandung makna filosofis yang Untuk Untuk Komunitas Jawa Timur. Beberapa Di antaranya adalah:

  • Ungkapan rasa syukur: sebagai bentuk terima kasih kepada Tuhan atas kemerdekaan, Keadaan, dan keberkahan hidup.
  • Menghormati jasa pahlawan: mengenang perjuangan para pejuang kemerdekaan yang telah gugur.
  • Mempererat kebersamaan: menjadi wadah memperkuat hubungan sosial antartetangga dan lintas generasi.
  • Pelestarian Kearifan Lokal Dunia lokal: menjaga kearifan lokal serta memperkuat identitas Kearifan Lokal Dunia Komunitas Jawa Timur.

Kebiasaan Barikan bukan hanya sekadar perayaan menjelang Hari Kemerdekaan, tetapi juga sarana memperkuat nilai gotong royong dan persatuan. Didalam berkumpul, berdoa, dan berbagi Citarasa, Komunitas Jawa Timur Menunjukkan rasa syukur sekaligus memperkokoh identitas Kearifan Lokal Dunia bangsa.

Melewati Barikan, generasi muda diajak Untuk terus menghargai jasa para pahlawan, menjaga kebersamaan, serta melestarikan Kebiasaan lokal yang penuh makna.

Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Mengenal Barikan, Kebiasaan Malam Kemerdekaan Di Jawa Timur