Surabaya –
Teatrikal kolosal mengenang perobekan bendera Ke Hotel Yamato 19 September 1945 kembali digelar Ke Surabaya. Ada yang membedakan pertunjukan kali ini Di tahun-tahun Sebelumnya Itu.
Sekretaris Disbudporapar Kota Surabaya Heri Purwadi menjelaskan, Ke tahun ini, lebih banyak melibatkan berbagai unsur Komunitas. Mulai Di pelajar, veteran, komunitas teater, hingga komunitas pegiat sejarah Kota Surabaya.
Teatrikal tersebut pun dikemas Di tajuk ‘Surabaya Merah Putih’ dan berhasil Menarik Perhatian perhatian ribuan warga Surabaya Sebagai menonton.
“Yang membedakan adalah sekarang banyak yang terlibat ya. Kalau tahun kemarin Paskibraka tidak terlibat, tahun ini kita libatkan. Lalu Forkopimda, tahun ini juga kita libatkan,” ujar Heri yang juga merupakan ketua pelaksana teatrikal tersebut, Minggu (21/9/2025).
Total ada Disekitar 1.000 Komunitas Di berbagai elemen Sebagai menggarap refleksi peristiwa sejarah itu. Persiapannya dilakukan kurang lebih satu bulan.
“Kurang lebih satu bulan latihannya. Kalau alurnya, Kegiatan intinya adalah Ke Di peristiwa perobekan. Tahun ini tema yang diusung berkibar lah benderaku. Agar kita melibatkan Paskibraka Bersama membawa banyak bendera,” kata Heri.
Lalu ada Disekitar 750 bendera yang dikibarkan Di teatrikal itu. Hal ini juga berbeda Di tahun Sebelumnya Itu.
“Lalu perobakan itu kita visualisasikan juga Ke bawah ketika sidik tertembak melintasi itu. Nah, ketika melintasi bendera merah putih itu Ya, birunya lepas-lepas,” beber Heru.
Diberitakan Sebelumnya Itu, ribuan warga tumplek blek Merasakan teatrikal kolosal ‘Surabaya Merah Putih’. Teatrikal itu merupakan refleksi perobekan bendera yang digelar Ke Hotel Majapahit atau Mantan Hotel Yamato 19 September 1945 silam.
Pantauan detikJatim, teatrikal itu digelar mulai pukul 08.00 WIB. Ribuan Komunitas sangat antusias peristiwa bersejarah itu.
Diketahui Di itu, pasukan Belanda mengibarkan bendera Belanda Sebagai merayakan ulang tahun Ratu belanda, Wilhelmina. Padahal Di itu Indonesia telah merdeka. Bendera itu dikibarkan Ke menara Hotel Yamato.
Mengetahui hal tersebut, arek-arek Suroboyo pun marah. Mereka Mengungkapkan bahwa Indonesia telah merdeka dan meminta agar bendera Belanda diturunkan.
Residen Soedirman, residen yang memimpin Surabaya masa itu pun menegaskan bahwa yang boleh dikibarkan hanya bendera merah putih. Hingga akhirnya perlawanan pecah.
Arek-arek Suroboyo naik menara dan merobek bendera Belanda. Warna biru dirobek, hingga sisa Merah Putih. Bendera kebangsaan Indonesia. Lagu Indonesia Raya pun dikumandangkan. Seluruh pahlawan hingga Komunitas semuanya terkesima dan khidmat menyanyikan lagu Indonesia Raya.
“Merdeka! Merdeka! Merdeka!,” teriak arek-arek Suroboyo ketika berhasil merobek bendera Belanda, Minggu (21/9/2025).
Tetapi salah satu pahlawan, Cak Sidik gugur Di peristiwa perobekan bendera itu. Ia ditembak Bersama sekutu hingga lagu Gugur Bunga dikumandangkan.
“Ke balik menara bendera, kami tidak goyah berdiri Sebab semangat bersatu, tekat menyala, harga diri terlalu mahal Sebagai ditukar. Arek Suroboyo tahu mati lebih baik daripada dijajah lagi,” ujar Residen Soedirman yang diperankan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Ini yang Beda Di Teatrikal Perobekan Bendera Ke Surabaya Tahun Ini