Rote Ndao –
Kelompok Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), hingga kini masih melestarikan berbagai kebudayaan dan adat istiadatnya. Di sekian banyak kebudayaan dan adat istiadat yang dimiliki, ada 3 upacara adat yang masih dilestarikan Di Kelompok Rote Ndao. Berikut ulasan mengenai makna hingga prosesi Di upacara Kelompok Rote Ndao.
• Songgo Kamba
Mengutip Di Studi yang dilakukan Di Bani, O. D., & Ndun, R. M. (2021) berjudul Tuturan Ritual Songgo Kamba Ke Kelompok Kecamatan Lobalain Kabupaten Rote Ndao, Mengungkapkan bahwa ritual Songgo Kamba Memperoleh peran yang penting Bagi kehidupan Kelompok Lobalain Kabupaten Rote Ndao. Hal itu berkaitan Ke bidang peternakan dan hasil Agrikultur Sebagai memenuhi kehidupan sehari-hari hingga keselamatan Di beraktivitas. Berikut ulasan lengkap Di Kebiasaan Songgo Kamba.
Mengenal Songgo Kamba
Masih merujuk Ke sumber yang sama, Songgo Kamba adalah salah satu ritual pemujaan kepada arwah-arwah Di tujuan agar diberikan lindungan, kekuatan, dan Kesejaganan Bagi seluruh alat dan hewan yang digunakan Sebagai menggarap sawah.
Uniknya sawah-sawah yang ada Ke Kecamatan Lobalain Disorot sebagai tempat arwah-arwah Bagi Kelompok setempat. Arwah-arwah leluhur (nitu) Memperoleh peran penting sebagai jembatan Ditengah manusia Di dewa-dewa.
Ritual ini dipimpin Di mana songgo atau orang yang Disorot Memperoleh pengetahuan mengenai alam gaib, dan bahasa atau tuturan yang digunakan Di para roh-roh gaib. Kesakralan dan mistisnya ritual ini membuatnya hanya bisa dilaksanakan Ke hari tertentu saja. Hal tersebut dilakukan agar nilai kehidupan yang ada Ke dalamnya dapat dicerna Di baik Di Kelompok Agar terciptanya kepatuhan Di Kelompok.
Makna dan Fungsi Songgo Kamba
Ritual Songgo Kamba Di Kelompok Lobalain dimaknai sebagai upaya Kelompok Sebagai taat dan yakin kepada Tuhan sebagai pemegang utama kendali Di kehidupan ini. Di sebab itu, mereka berdoa Sebagai memohon bimbingan Di tuhan. Ritual ini juga dimaknai sebagai momen Sebagai mempererat hubungan Di sesama, Di Situasi Ini adalah hubungan Di Kelompok, alam dan hewan sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
Sebagai warisan Kearifan Lokal Dunia nenek moyang, Songgo Kamba Memperoleh makna Kearifan Lokal Dunia yang mendalam. Songgo Kamba diartikan sebagai cara bertahan hidup Di cara bercocok tanam yang dilestarikan hingga Di ini Di Kelompok Lobalain. Tak hanya itu, ritual Songgo Kamba dijadikan makna Belajar yang meliputi hukum adat, agama, sejarah kehidupan, dan menghargai sesama.
Songgo Kamba berfungsi sebagai ritual pengungkapan perasaan dan ekspresi Pada keagungan tuhan sebagai pemegang kendali utama Di kehidupan manusia. Ke Di Itu, juga sebagai langkah awal agar apa yang ada Di ritual tersebut dapat ditekuni dan bekerja keras Sebagai Memperoleh kehidupan yang layak.
Prosesi Songgo Kamba
Di pelaksanaan ritual ini dipimpin Di seorang mana Songgo dan Akansegera dilakukan Ke Rumah adat Dibagian uma lai (panggung kedua Rumah adat). Peserta Di ritual ini adalah para penggembala atau sering dikenal Di sebutan manaho atau manalolo banda.
Ritual Songgo Kamba diawali Di mengembala kerbau/sapi Ke halaman Rumah adat Di manaho atau manalolo. Lanjutnya Akansegera dilakukan upacara khusus Di cara para gembala duduk menyilang mengelilingi difalek teluk (tiang bercabang tiga) lalu dilanjutkan Di mana songgo yang Akansegera mengucapkan doa dan diikuti Di penyembelihan ayam. Darah Di ayam Akansegera dioleskan Ke difalek teluk, Lalu dagingnya dibakar dan dipotong Sebagai dicampurkan Di nasi yang sudah disediakan Ke Di oko (nyiru).
Dilanjutkan Di mana songgo yang Akansegera menasehati para pengembala agar merawat kerbau/sapi Di penuh kasih sayang. Setelahnya itu dilanjutkan Di para pengembala memakan nasi dan daging ayam yang ada Ke oko Di menggunakan tangan secara bersama-sama.
• Upacara Be’eula
Melansir Di pelenelitian Topik, R. J., & Ingunau, T. M. (2020) berjudul Tuturan Ritual Be’eula Di Upacara Kematian Ke Kelompok Desa Oetutulu Kecamatan Rote Barat Laut Kabupaten Rote Ndao, Mengungkapkan bahwa upacara Be’eula adalah ritual Di upacara kematian Ke Kelompok rote barat laut. Ritual be’eula adalah proses pemberian sirih pinang Di keluarga yang berduka kepada Kelompok yang Memperoleh umur yang sama Di yang meninggal. Berikut ulasan Di sejarah hingga prosesi upacara Be’eula.
Mengenal Be’eula
Secara harfiah Be’eula terdiri Di dua kata, yaitu kata be’e yang Memperoleh arti menjenguk dan kata ula yang Memperoleh arti menyerah. Di Sebab Itu Be’eula adalah proses pemberian sirih pinang Di keluarga yang berduka kepada Kelompok yang Memperoleh umur yang sama Di yang meninggal.
Bagi Kelompok Rote Barat Laut ritual ini merupakan bentuk penghormatan terakhir kepada almarhum dan juga sebagai Apresiasi Bagi Kelompok yang sudah datang hadir Sebagai berkunjung Di kematian tersebut.
Pelaksanaan ritual ini juga sebagai bentuk kepatuhan atau ketaatan Di Kelompok Rote Barat Laut kepada leluhur Lantaran sudah mewariskan kebudayaan ini.
Makna dan Fungsi Be’eula
Bagi Kelompok Rote Barat Laut upacara Be’eula sangat sarat Akansegera makna dan fungsi Bagi kehidupan. Makna pertama Di upacara ini adalah sebagai bentuk penyembahan dan pengungkapan rasa syukur kepada yang maha kuasa sebagai pengendali Di kehidupan.
Makna yang kedua adalah sebagai kebersamaan Ditengah keluarga. Di Situasi Ini diyakini sebagai waktu yang tepat Sebagai saling kasih mengasihi, dan saling berbagi Di saudara. Hal ini dibuktikan Di kehidupan sehari-hari Kelompok yang selalu melaksanakan kegiatan gotong royong.
Makna yang ketiga sekaligus yang terakhir adalah makna kasih sayang. Dimana Kelompok Rote Barat Laut selalu memelihara tutur kata yang baik dan diiringi Di tindakan yang baik pula. Di Situasi Ini mereka Akansegera menunjukan rasa cinta Di persaudaraan, kasih sayang, dan ketulusan hati kepada sesama.
Selain Memperoleh makna, upacara Be’eula juga Memperoleh fungsi Di kehidupan sehari-hari Kelompok. Be’eula berfungsi sebagai upacara yang menjembatani Ditengah manusia Di tuhan dan sebagai langkah awal Sebagai mencoba selalu percaya Di orang lain Di hal menyelesaikan kedukaan hingga pemakaman.
Prosesi Be’eula
Prosesi diawali Di memilih ketua adat yang Akansegera mewakili keluarga duka Di penyuguhan tempat sirih yang Akansegera dibagi Ke para penjenguk. Lanjutnya ketua adat Akansegera memanggil tiga orang wanita menjenguk yang Akansegera maju dan duduk ditempat yang sudah disediakan. Orang yang dipanggil ini harus orang yang tidak Memperoleh ikatan apapun Di keluarga duka.
Ketiga orang ini Memperoleh peran masing-masing, wanita pertama Akansegera mewakili saudara kandung yang meninggal Sebagai menyuguhkan tempat sirih, wanita kedua Akansegera mewakili tante dan wanita ketiga Akansegera mewakili seluruh keluarga yang hadir Di upacara pemakaman. Setelahnya semua ini siap, ketua adat Akansegera mempersilahkan Sebagai Membahas sirih yang sudah disediakan.
Penyuguhan sirih ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan Di keluarga berduka kepada Kelompok yang sudah datang menjenguk. Di Sebab Itu dapat dikatakan bahwa semua orang yang hadir Di upacara pemakaman ini Akansegera Disorot keluarga.
• Tuturan Sasaok
Studi yang dilakukan Di Ndun, R. M., & Bani, O. D. (2021) berjudul Makna dan Nilai Tuturan Sasaok Ke Kelompok Rote Memberi penjelasan mengenai Tuturan Sasaok. Sasaok sendiri adalah upacara yang dilakukan Di pernikahan Kelompok Rote.
Mengenal Tuturan Sasaok
Sasaok adalah Dibagian Di proses yang sakral dan harus dilalui Di Kandidat mempelai pria dan wanita Sebelumnya sah menjadi suami istri. Di proses Sasaok ini ada beberapa tahapan yang harus diikuti, yaitu lu’u inak (tahap perkenalan yang dilakukan Kandidat mempelai pria kepada orang tua Kandidat mempelai wanita), tahap natane inak (tahap pinangan), tahap nggani eik (tahap terang kampung atau pengesahan secara adat dan pemberitahuan Secara Keseluruhan bahwa mempelai pria dan wanita telah sah sebagai suami istri secara adat) dan tahap mbeda dode (tahap terakhir Di seluruh rangkaian proses sasaok atau mengantar Di Rumah mempelai wanita Ke Rumah mempelai pria). Setiap tahapan ini terdapat Tuturan Sasaok yang Memperoleh makna dan fungsi Bagi Kelompok rote itu sendiri. Secara Keseluruhan makna itu sebagai berikut.
Makna Tuturan Sasaok
Makna pertama adalah sebagai pengorbanan, Di ungkapan yang menjelaskan tentang belis yang merupakan Kebiasaan turun temurun dan wajib Sebagai dilestarikan dimaknai sebuah pengorbanan Di pernikahan. Kedua adalah sebagai penanda rasa hormat kepada orang tua, mematuhi hukum adat, dan musyawarah. Ketiga sebagai bentuk ketaatan dan keyakinan kepada tuhan yang maha esa sebagai pemegang kendali Di hidup. Makna yang terakhir adalah Sebagai memperluas hubungan keluarga sesama manusia Melewati pernikahan.
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Songgo Kamba, Be’eula, Tuturan Sasaok