Malang –
Waduk Karangkates atau Bendungan Sutami Ke Kabupaten Malang bukan hanya penahan aliran Sungai Brantas dan penyedia air irigasi. Permukaannya yang Damai menyuguhkan panorama alam memesona Di fasilitas wisata yang ramai dikunjungi warga maupun pelancong.
Tetapi, lanskap ini juga menyimpan potongan sejarah. Narasi lisan Komunitas setempat kerap mengaitkan kawasan hulu waduk Di peristiwa pasca-G30S/PKI, menjadikannya bukan sekadar destinasi wisata, tetapi juga Pada Di memori sejarah yang patut dikenang.
Sejarah Waduk Karangkates
Waduk Karangkates dibangun sebagai Pada Proyek Brantas Sebagai mengendalikan aliran Sungai Brantas, menyediakan air irigasi, sekaligus membangkitkan listrik. Awalnya lokasi yang dipilih adalah Pohgajih, Kabupaten Blitar.
Tetapi, hasil studi kelayakan menemukan dasar tanah Ke lokasi awal kurang cocok. Desa Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, akhirnya dipilih Sebab Kepuasan geologi dan hidrologinya lebih aman Sebagai bendungan besar.
Pembangunan dimulai awal 1960-an Di pembangunan jalan akses, terowongan pengelak, dan bendungan pembantu. Proyek sempat terhambat akibat Instabilitas Politik dan ekonomi pasca G30S/PKI, lalu dilanjutkan kembali hingga selesai Ke awal 1970-an.
Dilansir Dinas Wisata Internasional dan Kebudayaan Kabupaten Malang, nama Bendungan Sutami diambil Di nama Pembantu Pemimpin Negara Pekerjaan Umum yang menjabat 1966-1978. Jasa Tirta I bertanggung jawab atas operasional bendungan, Sambil PLN Nusantara Power Unit Pembangkitan Brantas mengelola pembangkit listrik tenaga airnya.
Ke balik kisah teknisnya, Komunitas Di juga menyimpan cerita kelam yang mengaitkan kawasan hulu waduk Di peristiwa pasca G30S/PKI Ke 1965-1966. Beberapa titik Ke Di aliran sungai disebut-sebut sebagai lokasi pembuangan atau penemuan jenazah.
Tetapi, catatan resmi atau arsip rinci yang memverifikasi klaim ini belum tersedia secara publik, Agar cerita tersebut lebih tepat dipahami sebagai memori Komunitas daripada fakta yang sudah dikonfirmasi.
Ke 2014, sedimentasi menyebabkan total kapasitas bendungan berkurang menjadi 158,5 juta meter kubik, yang terdiri Di 135,4 juta meter kubik kapasitas air, dan 23,1 juta meter kubik kapasitas nonaktif.
Kini Waduk Karangkates menjadi infrastruktur vital Sebagai irigasi ±34 ribu hektare sawah, pengendalian Bencana Alam, dan pembangkit listrik 105 MW, sekaligus berkembang menjadi destinasi wisata alam.
Daya Tarik Wisata Waduk Karangkates
Seiring rampungnya pembangunan inti, fungsi Waduk Karangkates terus berkembang. Tak hanya sebagai penyuplai air dan pembangkit skala kecil, kawasan ini juga menjadi tujuan Wisata Di panorama sunrise dan sunset yang indah, area memancing, camping ground, hingga fasilitas desa wisata.
Untuk beberapa tahun terakhir, ada pula Ide memanfaatkan permukaan waduk Sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung. Transformasi ini memperkaya fungsi sosial-ekonomi waduk, sekaligus menjadi tantangan pelestarian jejak sejarah. Berikut sejumlah daya tarik wisata Ke Waduk Karangkates.
1. Pemandangan Alam
Kontur pegunungan yang membungkus permukaan waduk menjadikan momen pagi dan senja sangat fotogenik. Kabut tipis Ke pagi hari dan pantulan cahaya sore Ke permukaan air Memperkenalkan suasana dramatis yang kerap Dari Sebab Itu incaran fotografer maupun wisatawan.
2. Wisata Air
Area waduk dimanfaatkan Sebagai memancing dan berperahu. Pengunjung bisa menyewa perahu tradisional atau speed boat Sebagai menyusuri tepian waduk sambil menikmati angin sepoi-sepoi. Ikan yang banyak dibudidayakan warga setempat juga membuat kegiatan memancing Dari Sebab Itu daya tarik tersendiri.
3. Wisata Pelatihan
Terowongan Karangkates dan struktur bendung bisa menjadi objek wisata edukatif Untuk yang ingin memahami sejarah pengelolaan air Ke Jawa Timur. Ke beberapa titik Malahan terdapat papan informasi yang menjelaskan fungsi teknis bendungan, Agar kunjungan tidak hanya Wisata, tetapi juga menambah wawasan.
4. Taman Wisata Lahor
Selain kawasan utama Waduk Karangkates, Ke sisi utaranya terdapat Taman Wisata Lahor yang masih menjadi Pada sistem bendungan Brantas. Waduk ini dibentuk Dari Bendungan Lahor yang berfungsi mendukung irigasi, pengendalian Bencana Alam, dan pembangkit listrik.
Kawasan seluas Di 5 hektare ini menjadi pelengkap destinasi wisata Karangkates. Fasilitasnya cukup lengkap. Lokasinya hanya berjarak Di 500 meter Ke sebelah utara Travel Park Sutami, Agar mudah dijangkau wisatawan yang datang Di arah Malang maupun Blitar.
Fasilitas Wisata Waduk Karangkates
Ke Di waduk berkembang warung, camping ground, hingga kegiatan outbound atau prewedding, cocok Sebagai wisata keluarga dan komunitas. Ada pula gazebo Sebagai bersantai serta area parkir yang cukup luas, Agar mendukung kenyamanan wisatawan.
Fasilitas lain yang tersedia Antara lain kolam renang, restoran, kantor pengelola, kebun binatang mini, dermaga Sebagai perahu atau speed boat, area bermain anak, tempat parkir yang luas, penginapan sederhana, hingga spot memancing. Sebagai menunjang kenyamanan pengunjung juga disediakan musala dan toilet umum.
Harga Tiket dan Jam Operasional
Waduk Karangkates dibuka setiap hari mulai pukul 05.00 WIB hingga 19.00 WIB. Dari Sebab Itu, pengunjung bisa leluasa memilih waktu terbaik Sebagai menikmati panorama pagi maupun senja Ke Waduk Karangkates.
Tiket masuknya pun relatif terjangkau. Ke hari kerja Senin-Kamis tarifnya Rp 7.000 per orang, sedangkan Ke akhir pekan Jumat-Minggu dikenakan tarif Rp 10.000 per orang. Sebagai wahana tertentu seperti speed boat atau kolam renang, biasanya dikenakan biaya tambahan sesuai Syarat pengelola.
Melakukan Kunjungan Hingga Waduk Karangkates bukan sekadar menikmati panorama dan udara pegunungan. Lanskap ini menyimpan riwayat panjang yang melintasi pembangunan teknis, kehidupan Komunitas, hingga memori kelam masa lalu.
Artikel ini ditulis Muhammad Faishal Haq, peserta magang PRIMA Kemenag Ke detikcom.
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Sejarah dan Keindahan Waduk Karangkates, Bendungan Ikonik Ke Malang