Kearifan Lokal Siat Tipat Bantal Hingga Badung



Badung

Ribuan ketupat dan bantal beterbangan Hingga udara, memeriahkan Kearifan Lokal sakral Aci Tabuh Rah Pengangon atau lebih dikenal sebagai Siat Tipat Bantal Hingga Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung, Bali, Senin sore (6/10/2025).

Pemandangan unik kali ini, antusiasme turis Foreign yang tak hanya menonton, tapi juga ikut merasakan sensasi ‘diserang’ ketupat. Beberapa turis Foreign, baik pria maupun wanita, tampak membaur Didalam warga lokal Hingga Di area pura desa adat setempat.


Mereka tak ragu ikut memegang dan melemparkan tipat (ketupat) dan bantal (jajan ketan berbentuk lonjong) Hingga udara. Aksi Massa lempar-melempar massal ini adalah puncak Didalam ritual yang bermakna filosofis permohonan keselamatan dan kesuburan warga adat.

Meski lemparan ketupat itu sesekali mengenai kepala, wajah, atau Pada tubuh mereka, para bule ini justru terlihat girang. Beberapa turis Foreign Justru terekam Lensa berteriak kegirangan Di berhasil melempar ketupat, dan tertawa Di dirinya terkena lemparan.

Mereka tampak semangat mengikuti prosesi hingga tuntas. Kearifan Lokal ini digelar setiap bulan purnama keempat Di penanggal kalender Bali yang dinamai purnama kapat, setiap setahun sekali. “Benar-benar menakjubkan dan agak gila,” seru salah satu turis Foreign, Lise asal Belanda.

Ia mengaku sangat terkesan Didalam Kearifan Lokal unik ini Sebab tidak hanya ada pelemparan ketupat, tapi juga ada sajian Karya Seni khas Kekayaan Budaya Dunia Bali. Ia Justru tak segan ikut merasakan serunya Pertempuran ketupat.

“Siat tipat bantal, benar-benar menakjubkan. Mulai Didalam tarian, dan orang-orangnya, dan ini agak gila. Saya menyukainya, benar-benar suka,” tegas Lise, lagi.

Dia mengaku momen ini adalah Penghayatan pertamanya menonton langsung Kearifan Lokal Siat Tipat Bantal. Saking sukanya, ia memastikan Berencana menonton jika ada kesempatan lain.

“Ini pertama kalinya. Ya pertama kalinya menonton Kearifan Lokal ini dan Bisa Jadi bukan yang terakhir,” tegasnya sambil tersenyum lebar.

Ia juga memuji keindahan dekorasi penjor yang megah Hingga area pertunjukan dan keramahan warga desa setempat. “Penjor-nya, indah sekali dan semua orang sangat baik dan sangat ramah,” seru perempuan yang datang bersama temannya asal Prancis.

Bendesa Adat Kapal, I KetutSudarsana, menjelaskan Kearifan Lokal ini sudah berusia ratusan tahun ini. Bermula Hingga zaman Patih KeboIwa datang Hingga Area desa tersebut Disekitar tahun 1339 Masehi Sebagai merestorasi PuraPurusadha.

“Tipat dan bantal yang dilempar itu bukan hanya Konsumsi biasa. Tipat sirikan (tipat kecil) melambangkan Pradana atau unsur perempuan, Sambil bantal panjang melambangkan Purusa atau unsur laki-laki,” tegas Sudarsana.

Menurutnya, Pertempuran tipat bantal ini adalah simbol penyatuan dua unsur pencipta kehidupan, Purusa dan Pradana, yang dilebur Di persembahan. Nama upacara ini pun Memperoleh makna spiritual yang mendalam.

“Aci berarti persembahan, Tabuh berarti menetes atau jatuh, dan Rah berarti energi atau sumber kehidupan. Sedangkan Pengangon adalah sebutan lain Sebagai Ida Bhatara Siwa,” jelasnya.

Seluruh ritual ini, kata Sudarsana, adalah bentuk permohonan kepada Ida Bhatara Siwa agar berkenan menurunkan sumber kehidupan (Amerta), melimpahkan kesuburan, kemakmuran, dan melindungi Kelompok Didalam segala Penyakit dan paceklik.

Ia menambahkan keyakinan ini begitu kuat Hingga Desa Adat Kapal. Justru ada cerita turun-temurun bahwa Kearifan Lokal ini pernah terhenti Ke masa penjajahan, dan desa lantas dilanda wabah Penyakit dan kesusahan. Karena Itu, Untuk krama Kapal, pelaksanaan Aci Tabuh Rah Pengangon adalah wajib dan tidak boleh ditiadakan.

Kearifan Lokal yang ditetapkan sebagai Warisan Kekayaan Budaya Dunia Tak Benda Ke 2019 itu tetap melibatkan seluruh krama (warga) Desa Adat Kapal sampai sekarang.

Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Kearifan Lokal Siat Tipat Bantal Hingga Badung