25 Puisi Hari Pahlawan 10 November, Cocok Bagi Berbagai Kegiatan

Bandung

Kiprah para pahlawan Untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia wajib dihormati, diresapi, dan dimaknai Di memanfaatkan kemerdekaan ini sebaik-baiknya. Puisi sebagai karya sastra yang bertumpu Di jalinan kata-kata yang padat makna dapat dipakai Bagi menghormati dan mengabadikan jasa-jasa para pahlawan Untuk kata-kata.

Tanggal 10 November yang diperingati sebagai Hari Pahlawan juga menjadi waktu yang cocok Bagi membuat Kegiatan deklamasi puisi mengenang para pahlawan. Hari Pahlawan memang dasarnya adalah Arena Surabaya 10 November 1945. Tetapi, yang dicakup olehnya adalah semua pahlawan bangsa Di berbagai tempat dan peristiwa.

Penyair kenamaan Indonesia, Chairil Anwar menulis betapa tegarnya Diponegoro sebagai pahlawan Untuk Konflik Bersenjata Jawa. Untuk puisi berjudul ‘Diponegoro’, ditulisnya:


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang Hingga kanan, keris Hingga kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.”

Banyak puisi yang mengapresiasi sekaligus mengabadikan kiprah para pahlawan dan rasa nasionalismenya. Berikut ini 25 puisi Hari Pahlawan Di tema nasional, dikutip Di berbagai sumber:

25 Puisi Hari Pahlawan

Puisi Hari Pahlawan 1

Gugur Pahlawan
Karya: Ilham Aziz

Bersimbah cipratan darah
Teriakan berkumandang dimana-mana
“Merdeka atau Mati!”
Begitulah teriakan Di bibir mereka
Kepulan asap beradu Di tombak runcing
Para srikandi yang berdoa Hingga sepertiga malam
Menunggu sang kekasih pulang membawa Mengalahkan
Sudah,
Sudah berjuta nama tertinggal Hingga medan Konflik Bersenjata

Puisi Hari Pahlawan 2

Indonesiaku
Karya: Shavna Agitsni

Gejolak amarah tertanam dimana-mana
Seakan tak ingin hidup lagi Hingga dunia
Darah berceceran dimana-mana
Jejak sang pejuang Bagi Indonesia
Nenek moyang menjadi saksi bisu
Di kelamnya masa lalu
Para penjajah tak segan Bagi membombardir
Di senjata nuklir
Yang suaranya terdengar Di hulu sampai Hingga hilir
Merdeka! Merdeka!
Kata-kata itu bergema dimana-mana
Bambu runcing serta parang menjadi senjata
Kini saatnya Indonesia merdeka

Puisi Hari Pahlawan 3

Dongeng Pahlawan
Karya: W.S Rendra

Pahlawan telah berperang Di panji-panji
berkuda terbang dan menangkan putri.
Pahlawan kita adalah lembu jantan
melindungi padang dan kau perempuan.
Pahlawan melangkah Di baju-baju sutra.

Malam tiba, angin tiba, ia pun tiba.
Adikku lanang, senyumlah bila bangun pagi-pagi
kerna pahlawan telah berkunjung Hingga tiap hari.

Puisi Hari Pahlawan 4

Perjuangan, Indonesia Merdeka!
Karya: Siti Nur Halimah

Dia tidak Mengharapkan harta
Dia dikenal bukan ingin dipuja
Dia yang jasanya sangat berharga
Dialah para pahlawan bangsa
Abdi Di negeri
Mengorbankan jiwa dan raga
Tanpa lelah melawan dan mengusir para penjajah
Bagi apa?
Indonesia merdeka!
Terbebas Di belenggu dunia
Bagi apalagi?
Bagi kita!
Generasi Lanjutnya
Melanjutkan cita-cita bangsa
Terimakasih untukmu para pahlawan
Jasamu selalu dikenang
Takkan luput dan hilang Dari waktu
Sejarahmu diingat selalu
Takkan dilupa Lantaran kau sangat berharga
Kemerdekaan adalah hasilnya

Puisi Hari Pahlawan 5

R.A. Kartini
Karya: Sri Widayati S.Pd.SD

Raden Ajeng Kartini
Kau seorang putri sejati
Gigih berani mempertaruhkan diri
Bagi memperjuangkan emansipasi

Cita-citamu sungguh mulia
Tak gentar tuk memerdekaakan wanita
Tak takut meski Ditindak senjata
Bagi Kejiwaan para kaumnya
Agar haknya sejajar kaum pria

Karenamu kaum hawa lebih bermakna
Dunia lebih ceria Untuk genggamannya
Negeri ini pun kan bisa berjaya
Kau penerang Untuk gelap gulita
Habis gelap terbitlah terang
Terbukti nyata Untuk karyanya

Puisi Hari Pahlawan 6

Pahlawan
Karya: Fadil

Oh pahlawan
sesungguhnya tanpa pahlawan
hidup ini tidak berrati
karen aphalwan sudah berjasa

Pahlawan kau telah berperang
Bagi tanah air dan bangsa
aku bangga Di pahlawan
Lantaran kau mengorbankan jiwa dan raga

Kau telah mengusir penjajah
yang ingin Memutuskan rempah-rempah
Bagi dirinya sendiri
terima kasih pahlawan

Puisi Hari Pahlawan 7

Gugur Pejuang
Karya: Ayla Andhura Hamba Al-Ghafur

Indonesia tanah airku
Yang Lagi kupijak Hingga atasnya
Semuanya tanpa mengetahui cara meraihnya
Yang tanpa mengetahui cara meraihnya

Wahai pahlawanku…
Pejuang NKRI tanah airku
Kau relakan tubuhmu tertusuk Bagi

Ku menangis tersedu-sedu
Tetesan air Masuk Hingga seluruh wajahku
Tapi aku hanya dapat berpikir bagaimana
Tetesan darah Masuk Hingga seluruh tubuhmu

Kini telah gugur engkau wahai pejuangku
Aku hanya dapat mengirim doa kepadamu
Semoga cahaya selalu menerangi dan rakyat NKRI

Puisi Hari Pahlawan 8

Peto Syarif Gelar Tuanku Imam Bonjol
Karya: Sides Sudyarto D.S

Hingga alam Minangkabau dikau dilahirkan
Dibesarkan ayah dan bunda tercinta
Hingga usia dewasa 25 tahun Dikejar Belanda
Di bukit Hingga bukit Di luhak Hingga luhak
Tiada menyerah Di perampok yang tamak

Imam Bonjol seumur hidupmu Dikejar peluru
Tiada hentinya Berlarilah dan menyerang
Anak istrimu habis dibunuh Di keji
Dibantai disiksa penjajah yang bathil
Hidupmu selalu Hingga ujung bedil

Tuanku Imam Bonjol Dari muda hingga tua
Kau pantang mundur terus bertempur
Di pedang Hingga tangan, peluru Hingga pinggangmu
Kau bergerak terus melancarkan Konflik Bersenjata gerilya

Tuanku, 15 tahun dikepung musuh angkara
Dan 25 tahun bergerilya tak jatuh runtuh
Kau pimpin terus rakyat berjuang
Membela Tanah Pusaka, mengabdi agama
Berjihad Di Nusantara Merdeka

Puisi Hari Pahlawan 9

Untukmu Bung Tomo
Karya: Fadli Zon

bergema Hingga angkasa
bergetar Hingga bumi pertiwi
bergelora Hingga Untuk dada
pekikan kemerdekaan membahana
waktu itu 10 November Hingga Surabaya
kau bangkitkan semangat yang hampir pudar
kau bangunkan patriot Hingga medan bakti
tetes-tetes darah menyirami bumi
ratap tangis ibu-ibu kehilangan putranya
dia Kantong mayat-mayat bergelimpangan
Untuk bahasa dentuman meriam
mereka berkata…semua berkata…
Allahu Akbar! Merdeka atau Mati!

sekarang kau telah tiada Bapak kami
Hingga tanah suci kau hembuskan nafas terakhir Untuk doa
tiada salvo
tiada bendera setengah tiang
tiada prosesi jenazah
semua diam, semua kelam

selamat jalan Bapak kami
Untuk haribaan ibu pertiwi
kau telah terlepas Di tirani
Di bumimu, yang penuh noda dan dosa

Puisi Hari Pahlawan 10

Dr. Cipto Mangunkusumo
Karya: Sides Sudyarto D.S

Ahli Kebugaran, kau adalah penyelamat anak-anak pribumi
perawat Penyakit yang menimpa rakyat jelata
Kau curahkan cinta kasihmu Bagi kehidupan
Penduduk negeri yang terlanda Jurang Kaya Miskin

Cipto, dikau adalah Garuda Perkasa
Cakarmu kuat, menentang kekuasaan penjajah
Kau kibarkan keberanian melawan penindasan
Kau bangkitkan semangat menentang kezaliman

Jiwa berontak Di galak
Kau tiada pernah menyerah Di penjajah
Meski kau dibuang selalu Hingga pengasingan
Tetapi jiwamu selalu perkasa mengejar kemerdekaan

Puisi Hari Pahlawan 11

Dewi Sartika
Karya: Sides Sudyarto D. S.

Dewi bagai pelita Hingga malam hari
Dikau bersinar cerah Untuk kegelapan
Meski angin kencang bertiup menghembus
Tetapi kau tetap menyala membagi terang

Kau sinarkan cahaya pikirmu
Membimbing kaum wanita Hingga arah kemajuan
Kau didik anak-anak Indonesia Di rela
Agar Dari Sebab Itu insan berguna

Dewi Sartika, wanita utama
Telah kau rentang garis pengabdian
Juangmu memerangi kebodohan bangsa
Di titik Keadaan Hingga esok lusa

Puisi Hari Pahlawan 12

Panglima Besar Jendral Sudirman
Karya: Sides Sudyarto D. S.

Panglima Besar Sudirman
Ketika kau angkat senjata semua pemuda Indonesia siaga
Ikut bersamamu menyandang senapan
Mengawal Revolusi 17 Agustus 1945

Jendral yang perwira
Ketika kau mengembara bergerilya
Segenap putra-putri Indonesia terpanggil
Bagi mengantarmu maju Hingga medan laga
Mengobarkan api perjuangan, merebut kemerdekaan

Sudirman pahlawan agung
Di paru-paru sebelah kau atur komando
Perjuangan nasional semesta Nusantara
Di atas tandu tergolek badanmu
Mengatur siasat Hingga segala penjuru
Bagi kebebasan tanah air nan satu

Panglima Revolusi nan utama
Seluruh Rakyat Indonesia bernaung
Hingga bawah bayanganmu setia sepenuh hati dan jiwa
Meneruskan tekad juangmu
Mengawal Revolusi Pancasila
Hingga akhir dunia

Puisi Hari Pahlawan 13

Pangeran Diponegoro
Karya: Sides Sudyarto D. S.

Pangeran Diponegoro, pahlawan sejati
Tak pernah mementingkan diri
berjuang selalu Bagi kebebasan negeri ini
Pangeran Diponegoro, ksatria pembela Pertiwi

Kau tinggalkan istana dan Sofa tahta
Kau ikhlaskan hidupmu Bagi berjuang
Bagi kehormatan bangsa dan Negeri
Di Indonesia merdeka

Pangeran Diponegoro, jasadmu telah kembali Hingga bumi
Tetapi api juangmu tak mati-mati
Kau habiskan tetesan darahmu Bagi negeri ini
Kau hembuskan nafas penghabisan Bagi Pertiwi

Puisi Hari Pahlawan 14

Cut Nyak Dien
Karya: Sides Sudyarto D. S.

Hingga Cadas Pangeran Sumedang, tubuhmu mengunjur
Engkau istirahat abadi Untuk kubur
Tetapi engkau tetap Puteri Aceh yang berjiwa luhur
Kau bela Indonesia hingga merdeka
Meski kau harus korban umur

Cut Nyak Dien, kau wanita utama
Berdarah api berjiwa baja
Kau tinggalkan keluarga dan sanak saudara
Bagi Negeri yang berada Untuk bahaya

Cut Nyak Dien kau harum bagai melati putih
Berjuang selalu tiada kenal letih
Kau korbankan nyawa tanpa sedih
Bagi tegaknya Sang Merah Putih.

Puisi Hari Pahlawan 15

Sultan Hasanudin
Karya: Sides Sudyarto D. S.

Ketika kau naik takhta, Sultan
Kerajaan Gowa Untuk puncak kejayaan
Tiada pengacau, tiada kejahatan
Tetapi tatkala V.O.C datang
Negerimu pun menjadi keruh

Tetapi kau memang ksatria
Prajurit berdarah Bugis nan perkasa
Belanda pun kau hadapi sambil berseri
Di musuh dikau tiada bersembunyi

Kau hantam terus tentara musuh Di meriam
Hasanudin Sultan yang berani mati
Walaupun bentengmu jatuh tetapi tetap terhormat
Sultan, kau gugur sebagai pahlawan

Puisi Hari Pahlawan 16

Penyelamat Ibu Pertiwi
Karya: Agung Dwi Prasetyo

Seperti hujan yang turun membasahi bumi
Menjadikan tanah kering menjadi subur
Seperti itulah para pahlawan
Menjadikan Negeri ini merdeka Di penjajahan

Tak terukur perjuangan yang kau lakukan
Tak terhitung berapa banyak darah yang tertumpah
Bagi tercapainya kemerdekaan
Bagi mengusir para penjajah yang serakah

Usai sudah kini perjuanganmu
Tinggalah kami Hingga sini yang menikmati
Hasil jerih payah engkau dahulu
Terimakasih para pahlawanku

Puisi Hari Pahlawan 17

Dipenogoro
Karya: Chairil Anwar

Hingga masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Hingga Di sekali tuan menanti
Tak genta. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang Hingga kanan, keris Hingga kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati

MAJU

Bagimu Negeri
Menyediakan api
Punah Hingga atas menghamba
inasa Hingga atas ditinda
Sungguhpun Untuk ajal Mutakhir tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang

Puisi Hari Pahlawan 18

Derai-derai Cemara
Karya: Chairil Anwar

Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari Berencana Dari Sebab Itu malam
Ada beberapa dahan Hingga tingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam

Aku sekarang orangnya bisa Konsisten
Sudah berapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan kini

Hidup hanya menunda Kegagalan
Tambah terasing Di cinta sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
Sebelumnya Di akhirnya kita menyerah

Puisi Hari Pahlawan 19

Penjajah Harus Pergi Di Indonesia
Karya: Mochamad Hayyu Al Fatha

Penjajah itu sudah merusak persatuan
Persatuan bangsa Indonesia
Lantaran mereka telah membunuh pahlawanku
Mereka juga telah menyengsarakan rakyat Indonesia

Maka Di itu kita harus melawan para penjajah
Bagi Indonesia merdeka kita harus bersatu
Agar bangsa Indonesia bisa tetap harmonis
Dan bersatu agar bangsa Indonesia
Menjadi bangsa yang Makmur

Puisi Hari Pahlawan 20

Sebuah Jaket Berlumur Darah
Karya: Taufik Ismail

Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Untuk kepedihan bertahun-tahun

Sebuah sungai membatasi kita
Hingga bawah terik matahari Jakarta
Di kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja

Berencana mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ‘Selamat tinggal perjuangan’
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan Hingga atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang

Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melewati kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan Hingga atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah Hingga pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan Perjuangan!

Puisi Hari Pahlawan 21

Sang Kusuma Bangsa
Karya: Ari Wulandari

Hingga Hari Pahlawan mari kita menunduk
Mengenang mereka, jiwa yang agung
Berkorban tanpa takut dan ragu
Bagi meraih kemerdekaan satu

Untuk sejarah yang kelam
Mereka adalah bias cahaya
Berkorban Bagi bendera berkibar
Di semangat yang berkobar

Di titik darah mereka
Marilah kita melangkah bersama
Membangun negeri yang tercinta
Agar Indonesia tetap terjaga

Puisi Hari Pahlawan 22

Para Patriot
Karya : Umi N. Mikhsin

Mereka turun Hingga jalanan
Menyuarakan lara yang tak dihiraukan
Tangis anak yang Kelaparan Global Global
Resah pemuda yang tak punya pekerjaan

Mereka menyuarakan seruan
Agar para elit mulai memikirkan
Desah rakyat yang tersingkirkan
Kabar duka tentang Jurang Kaya Miskin

Para patriot jalanan
Bukanlah para pengacau
Bukan pula para pemula yang pandai meracau

Jika saja mereka didengarkan
Jika saja tidak Di Kekejaman
Mungkin Saja mereka Berencana membawa pencerahan
Bagi nurani bangsa yang mulai tergoyahkan

Puisi Hari Pahlawan 23

Gelora Pejuang Kemerdekaan
Karya: Putu Surya Nata

Hingga balik tirai zaman yang bergulir
Hembusan angin senantiasa semilir
Membawa bangsaku menyongsong takdir
Yang dahulu didekap getir

Untuk gulita malam yang gelap
Gemuruh senjata kian mendekap
Para pajuang melangkah tegap
Membela negeri Di sigap

Bangsaku bebas Di penjajah
Harus dibayar Di darah tertumpah
Kaki remuk jalan terpapah
Tekad pejuang penuhi sumpah

Terimakasih pahlawan kusuma bangsa
Jasa-jasamu setinggi angkasa
Terukir abadi sepanjang masa
Untuk hati dan juga rasa

Puisi Hari Pahlawan 24

Gugur
Karya: W.S. Rendra

Ia merangkak
Hingga atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan Di gemilang
pelor terakhir Di bedilnya

Hingga dada musuh yang merebut kotanya
Ia merangkak
Hingga atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka Hingga badannya

Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi Di kotanya
Sesudah Arena yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
Hingga antaranya anaknya

Ia menolak
dan tetap merangkak
Di kota kesayangannya
Ia merangkak
Hingga atas bumi yang dicintainya

Belum lagi selusin tindak
maut pun menghadangnya
Ketika anaknya memegang tangannya,

Ia berkata:
“Yang berasal Di tanah
kembali rebah Di tanah.
Dan aku pun berasal Di tanah
tanah Ambarawa yang kucinta
Kita bukanlah anak jadah
Kerna kita punya bumi kecintaan.

Bumi yang menyusui kita
Di mata airnya.
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.
Bumi kita adalah kehormatan.

Bumi kita adalah juwa Di jiwa.
Ia adalah bumi nenek moyang.
Ia adalah bumi waris yang sekarang.
Ia adalah bumi waris yang Berencana datang.”

Hari pun berangkat malam
Bumi berpeluh dan terbakar
Kerna api menyala Hingga kota Ambarawa
Orang tua itu kembali berkata:

“Lihatlah, hari telah fajar!
Wahai bumi yang indah,
kita Berencana berpelukan buat Di-lamanya!
Nanti sekali waktu
seorang cucuku
Berencana menancapkan bajak
Hingga bumi tempatku berkubur

Lalu Berencana ditanamnya benih
dan tumbuh Di subur
Maka ia pun berkata:
“Alangkah gemburnya tanah Hingga sini!”

Hari pun lengkap malam
ketika menutup matanya

Puisi Hari Pahlawan 25

Lagu Seorang Geriliya
Karya: W.S. Rendra

Engkau melayang jauh, kekasihku
Engkau mandi cahaya matahari

Aku Hingga sini memandangmu,
menyandang senapan, berbendera pusaka

Hingga Di pohon-pohon pisang Hingga kampung kita yang berdebu,
Engkau berkudung selendang katun Hingga kepalamu

Engkau menjadi suatu keindahan

Sambil Di jauh
Resimen tank penindas terdengar menderu
Malam bermandi cahaya matahari
Kehijauan menyelimuti medan Konflik Bersenjata yang membara

Hingga Untuk hujan tembakan mortir, kekasihku
Engkau menjadi pelangi yang agung dan syahdu

Peluruku habis
Dan darah muncrat Di dadaku
Maka Hingga Pada seperti itu
Kamu menyanyikan lagu-lagu perjuangan
Bersama kakek-kakekku yang telah gugur
Hingga Untuk berjuang membela rakyat jelata

Halaman 2 Di 3

(iqk/iqk)

–>

Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: 25 Puisi Hari Pahlawan 10 November, Cocok Bagi Berbagai Kegiatan