Asal-usul, Legenda dan Komunitas Ludruk Khas Jawa Timur


Surabaya

Seni Kearifan Lokal memang patut terus dirawat. Salah satunya Seni Kearifan Lokal ludruk. Karyaseni pertunjukan ini telah menjadi napas Kearifan Lokal Dunia Komunitas Jawa Timur. Ludruk telah berkembang Sebelum masa kolonial sebagai media Komentar yang paling Didekat Di Komunitas.

Melewati tokoh-tokoh seperti cak dan ning, ludruk membawa pesan moral, semangat perjuangan, hingga sindiran Di realitas sosial. Berikut serba-serbi Seni Kearifan Lokal ludruk, salah satu Kearifan Lokal Dunia khas Jawa Timur.

Asal-usul Karyaseni Ludruk

Mengutip situs resmi Vokasi Universitas Airlangga, Seni Kearifan Lokal ludruk mulai dikenal Sebelum 1930-an Ke Kota Pahlawan. Seni Kearifan Lokal ini awalnya berkembang Di lerok dan besutan, Sebelumnya akhirnya Merasakan sebutan “ludruk” yang diciptakan Komunitas Surabaya.


Pendiri komunitas ludruk, Cak Robert, menjelaskan ludruk merupakan singkatan Di “gela-gelo dan gedruk-gedruk”. Tetapi, ada pula sumber lain yang menyebut asal katanya adalah “molo-molo dan gedruk-gedruk”.

Meski berbeda versi, ketiga istilah tersebut menggambarkan karakter pertunjukan ludruk. Kata “gelo-gelo” merujuk Ke gerakan menggelengkan kepala secara perlahan ketika berbicara.

Sambil Itu “gedruk-gedruk” menggambarkan hentakan kaki Ke tari ngremo yang menjadi Dibagian penting pertunjukan. Adapun “molo-molo” digunakan Bagi melukiskan gaya bicara menggebu-gebu dan cenderung terburu-buru. Lantaran penamaannya muncul Di Komunitas, ludruk pun dikenal sebagai Seni Kearifan Lokal rakyat.

Sejarah dan Pelopor Seni Kearifan Lokal Tradisional Surabaya

Seni Kearifan Lokal ludruk Ke Surabaya dikembangkan Cak Durasim bersama komunitas Ludruk Organisatie (LO) yang ia dirikan. Salah satu kidungan yang membuat Cak Durasim dan LO dikenal luas adalah kidungan jula-juli yang berbunyi, “Pangupon omah’e doro, melok nippon soyo sengsoro”.

Untuk bahasa Indonesia, kalimat itu berarti, “Pangupon adalah Rumah burung dara, ikut Nippon (Jepang) Lebihterus sengsara”. Kidungan tersebut menjadi bentuk sindiran Di Situasi pemerintahan Di itu.

Sekaligus penyemangat Bagi Komunitas Bagi meraih kemerdekaan Ke masa penjajahan Jepang. Tetapi, Komentar tersebut membuat Cak Durasim dan LO ditangkap pemerintah Jepang.

Selain Cak Durasim, tokoh penting lainnya adalah Cak Kartolo. Ia berkarya Melewati Grup Kartolo CS bersama Ning Tini, Basman, Sokran, Munawar, dan Sapari. Ke era 1980-an, karya ludruk mereka makin dikenal Komunitas Indonesia lewat kerja sama Di Nirwana Record.

Hingga kini, Cak Kartolo dan istrinya, Ning Tini, masih aktif berkarya dan bekerja sama Di sejumlah sutradara Sinema Indonesia. Ke sisi lain, perkembangan ludruk Ke Surabaya tetap hidup Lantaran peran berbagai komunitas yang menjaga kelestarian Seni Kearifan Lokal rakyat ini.

Komunitas Ludruk yang Masih Aktif

Komunitas ludruk masih terus bertahan Ke Di gempuran zaman, Memperkenalkan pentas yang bukan hanya menghibur, tetapi menjaga identitas Kearifan Lokal Dunia Jawa Timur. Ke berbagai Area, kelompok-kelompok ludruk tetap aktif berlatih, tampil, dan merekrut generasi muda agar Karyaseni Kearifan Lokal ini tidak hilang ditelan modernitas.

  • Komunitas Arboyo
  • Komunitas Warna Kearifan Lokal Dunia
  • Komunitas Luntas
  • Komunitas Putra Taman Hirra
  • Komunitas Marsudi Latas

Nama-nama Seniman Ludruk Jawa Timur yang Melegenda

Ludruk bukan hanya Karyaseni pertunjukan, tetapi Rumah Bagi seniman besar yang meninggalkan jejak kuat Untuk sejarah Kearifan Lokal Dunia Jawa Timur. Di generasi Hingga generasi, sejumlah tokoh legendaris memberi warna, gaya, dan identitas khas Ke ludruk. Melansir berbagai sumber, berikut nama-nama seniman ludruk yang melegenda.

1. Cak Pono

Mengutip detikJatim, Cak Pono adalah seniman ludruk Ke periode lerok besut 1920-1930-an. Pertunjukannya meliputi tandhakan (tarian), dagelan (lawakan), dan besutan.

Ke akhir 1930-an, ia memanfaatkan ludruk sebagai media propaganda anti-penjajahan. Ia juga turut menyebarkan informasi mengenai berdirinya organisasi Budi Utomo Melewati kidungan Untuk pementasannya. Karya itu membuatnya ditangkap Belanda dan dipenjara.

2. Pak Santik

Pak Santik berasal Di Desa Ceweng, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang. Bersama rekannya, Amin, ia menjadi pelopor ludruk ngamen atau lerok Ke 1905-1915. Ia juga memprakarsai pertunjukan ludruk besut Ke 1915-1920.

3. Cak Markeso

Cak Markeso, atau Cak So, dikenal sebagai seniman yang menciptakan ludruk gaya Terbaru Ke 1950-1980, yakni ludruk garingan dan ontang-anting. Atas kontribusinya, pemerintah mendirikan Balai Kearifan Lokal Dunia Cak Markeso Ke Kampung Ketandan, Genteng, Surabaya sebagai bentuk penghormatan.

Balai Kearifan Lokal Dunia cak markeso Foto: Instagram @budalrek

4. Cak Sidik

Cak Sidik atau Sidik Wibisono adalah seniman ludruk senior kelahiran Surabaya. Ia memulai karier Ke 1969 Ke Ludruk Tri Sakti yang tampil Ke Taman Hiburan Rakyat Surabaya.

Ia akhirnya pindah Hingga Ludruk RRI. Ke akhir 1970-an, ia mendirikan grup ludruk Sidik CS yang beranggotakan dirinya, istrinya Ning Surya Dewi, serta sejumlah seniman lain.

Artikel ini ditulis Eka Fitria Lusiana, peserta magang PRIMA Kemenag Ke detikcom.

Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Asal-usul, Legenda dan Komunitas Ludruk Khas Jawa Timur