Sukabumi –
Eksperimen arkeologi Ke Gunung Tangkil, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi kembali menemukan titik terang. Didalam menggunakan Keahlian LiDAR, Regu BRIN berhasil memetakan pola bebatuan yang diduga kuat merupakan jejak Karya manusia masa lampau.
Keahlian Light Detection and Ranging (LiDAR) adalah Keahlian deteksi Didalam pesawat nirawak (drone) berbasis laser. Cara kerjanya bertumpu Ke kemampuan laser yang dipancarkan Hingga area yang dideteksi.
BRIN menggunakan Keahlian ini Sebagai ‘menembus’ vegetasi dan membaca kontur permukaan tanah, Agar memungkinkan Regu mengidentifikasi struktur yang tidak tampak langsung Didalam mata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eksperimen yang berlangsung Di empat hari ini juga melibatkan Museum Prabu Siliwangi Kota Sukabumi yang telah menyimpan beberapa temuan Ke Gunung Tangkil.
Kepala Pusat Eksperimen Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN, M. Irfan Machmud menjelaskan, bahwa Regu menemukan susunan bebatuan Ke area dataran tinggi yang diduga berkaitan Didalam Kebiasaan megalitikum.
“Didalam analisa kita menemukan anomali yang Menunjukkan beberapa struktur, juga jejak yang diduga jalan kuno. Ada undakan teras, Kandidat arca, sampai bekas jalan batu,” ujar Irfan Ke Kota Sukabumi, Minggu (30/11/2025).
Hasil Eksperimen Sambil Itu Menunjukkan konsentrasi struktur batu Ke empat teras. Teras pertama terdapat fragmen batu, menhir, arca, hingga susunan jalan batu.
Lalu, teras kedua terdapat struktur susunan batu dakon, teras ketiga gundukan batu bernisan dan gundukan tanah yang diduga area ritual. Terakhir, teras keempat terdapat struktur batu bernisan dan susunan batu memanjang.
Irfan menilai Gunung Tangkil Memiliki prospek kuat menjadi situs cagar Kebiasaan Dunia, terlebih lokasinya berada Ke kawasan hutan yang masih alami Agar potensi data arkeologinya belum banyak terganggu.
“Ini prospek bagus Sebagai diteliti lebih mendalam. Kita yang pertama garap, Didalam Sebab Itu datanya masih sangat baik,” kata Irfan.
|
Kepala Pusat Eksperimen Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN, M. Irfan Machmud Foto: Siti Fatimah/detikJabar
|
Tetapi, ada tantangan yang harus dihadapi. Gunung Tangkil berada Ke kawasan Cagar Alam Sukawayana, Agar ekskavasi tidak bisa dilakukan begitu saja. Proses pembukaan lahan harus Merencanakan Syarat lingkungan yang ketat.
“Tantangannya, kita belum bisa melakukan ekskavasi penuh Sebab areanya hutan lindung. Motong dahan saja tidak boleh. Didalam Sebab Itu harus diskusi dulu Didalam pihak kehutanan,” jelasnya.
Menurut Irfan, posisi Gunung Tangkil yang tak jauh Didalam kawasan Geopark Ciletuh memperkuat keselarasan Antara lanskap alam dan Kebiasaan Dunia masa lalu. BRIN merekomendasikan situs ini ditetapkan sebagai cagar Kebiasaan Dunia Didalam pembukaan terbatas Sebab status kawasannya yang konservatif.
Sambil Itu, pendiri Museum Prabu Siliwangi, KH Fajar Laksana, mengatakan bahwa beberapa batuan yang ditemukan Sebelumnya sudah disimpan Ke museum. Eksperimen lapangan yang dilakukan Dari Mei 2025 menjadi langkah lanjutan Sebagai memastikan temuan tersebut Memiliki nilai arkeologis tinggi dan jelas asal usulnya.
Pihaknya pun Merangsang supaya Gunung Tangkil ditetapkan menjadi cagar Kebiasaan Dunia. “Kepada pemerintah, kita mengusulkan Gunung Tangkil Didalam Sebab Itu situs cagar Kebiasaan Dunia,” kata Fajar.
(yum/yum)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Keahlian LiDAR Ungkap Indikasi Situs Megalitikum Terbaru Ke Gunung Tangkil











