Surabaya –
Kota Pahlawan menyimpan sejumlah bangunan bersejarah yang Memiliki nilai historis tinggi. Salah satunya adalah Pintu Air Kali Jagir yang sudah ada Dari zaman Belanda dan masih eksis hingga Pada ini.
Pintu Air Kali Jagir ini kerap disebut sebagai tempat Konflik Bersenjata Di pasukan Tar-Tar, Mongol, Tiongkok Bersama pasukan Kerajaan Majapahit yang kala itu masih dipimpin Bersama Raden Wijaya. Peperangan itu terjadi Ke tahun 1923. Benarkah kabar tersebut?
Pemerhati Sejarah Bersama Komunitas Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo menampik hal ini.
“Pintu air itu ada plakat milik Pemkot yang menyebutkan ada peperangan Ke persimpangan sungai. Itu salah, Sebab aku ada dokumen termasuk peta tahun 1717 yang menggambarkan sungai itu belum ada. Dokumennya menyebutkan proyek ini Sebagai menghalau Bencana Alam Surabaya dibuat sudetan Ke Hingga laut, itu tahun 1859,” ujar Kuncar ketika dikonfirmasi detikJatim, Kamis (19/9/2024).
Kuncar menjelaskan dahulu sumber informasi sangat terbatas. Asumsi bahwa Pintu Air Kali Jagir yang pernah digunakan Konflik Bersenjata itu gugur.
“Dari dibuat Bencana Alam kanal itu, pintu air belum seperti sekarang. Statusnya bangunan cagar Kearifan Lokal Global, Karena Itu tidak boleh diubah status menjadi apapun. Fungsinya juga sebagai pengendali debit air yang masuk Hingga kota dan masih berfungsi sampai sekarang,” terangnya.
Kuncar menambahkan dua Pintu Air Kali Jagir itu Memiliki pola kerja, yang mana jika ada limpahan air Bersama hulu, Pintu Jagir dibuka dan Pintu Ngagel ditutup. Begitupun Sebagai Alternatif, jika tidak ada limpahan, Pintu Jagir ditutup dan Pintu Ngagel dibuka.
“Ada dua pintu pengendali, satu Jagir satu Ngagel Ke depannya, Ke Di pecahan itu, pola itu sudah berlangsung hampir Di dua abad. Karena Itu bukan sungai lama, memang buatan, salah satu cirinya lurus sampai Bersama mangrove, kalau itu bukan buatan, tidak Bisa Jadi bisa lurus memanjang jauh,” pungkas dia.
Pintu Air Kali Jagir ini merupakan salah satu bangunan Dari zaman Belanda yang dibangun tahun 1916 hingga 1932 Ke masa pemerintahan Hindia Belanda. Pintu ini berlokasi Ke Jalan Jagir, Wonokromo dan berfungsi Sebagai menahan intrusi laut, serta menahan Bencana Alam kawasan Surabaya Ke Hingga Selat Madura agar tidak membanjiri pusat Kota Ke kala musim hujan tiba.
Pembangunan pintu air ini mengerahkan orang-orang pribumi Sebagai menggali tanah Bersama total panjang Di 5,6 kilometer. Lalu, Di tahun 1916 hingga 1932, pemerintah membangun Pintu Air Jagir Sebagai efisiensi pengendalian Bencana Alam dan aksesibilitas. Pintu Akansegera dibuka jika debit Bersama hilir Menimbulkan Kekhawatiran dan Akansegera ditutup kembali Sebagai keperluan ketersediaan air dan industri.
Dahulu kala, Area ini dikenal sebagai Desa Pacekan Ke abad Hingga-9. Desa yang berada tepat Ke sebelah Area Wonokromo ini merupakan pantai Surabaya yang ramai. Sampai kini, Pintu Air Kali Jagir masih berdiri kokoh sampai kini dan mampu menahan sampah-sampah yang hanyut.
Menurut data yang dihimpun Bersama lokasi, pintu air ini berada Ke titik koordinat -7, 18’2″ 8,112, 44’28” E. Tahun pembangunan resmi tertera Ke plang yaitu Ke tahun 1927. Ke tahun 1978, Pintu Air Jagir ini sempat Merasakan renovasi Bersama Proyek Brantas.
Bersama Detail, pintu ini Memiliki panjang Bersama rincian 29,90 meter Bersama jumlah pilar 2 buah serta Memiliki ketebalan 2,50 meter. Jumlah Pintu Air Kali Jagir ini berjumlah 3 buah Bersama masing-masing Memiliki panjang 8 meter, lebar 8.3 meter dan tinggi 5 meter.
Bangunan ini telah tertuang Di SK Walikota Surabaya No 188.45,00/402.1.04/1988 NO Urut 54. Pintu Air Kali Jagir menampung Elevasi Air Bencana Alam Bersama minimal 2.80 dan maksimal 3.10 meter. Lalu, Elevasi Air Normal minimal 3,00 meter dan maksimal 3,30 meter.
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Pintu Air Kali Jagir Surabaya Ternyata Tak Pernah Karena Itu Lokasi Konflik Bersenjata