17 Mitos Komunitas Jawa dan Makna Di Baliknya


Surabaya

Untuk kehidupan sehari-hari Komunitas Jawa, terdapat banyak sekali mitos yang diwariskan Untuk generasi Ke generasi. Salah satunya yang sering didengar adalah gadis yang duduk Di Didepan pintu Akansegera sulit Merasakan jodoh.

Mitos ini bukanlah hal Asing, khususnya Di Jawa, dan menjadi Dibagian Untuk Kearifan Lokal lisan yang berkembang Di Di Komunitas. Hingga kini banyak orang yang masih mempercayai dan menaati mitos tersebut, Tetapi banyak juga yang beranggapan hal tersebut hanyalah petuah orang zaman dahulu dan tidak ada kaitannya Di kesialan atau nasib buruk.

Mitos Orang Jawa

Menurut ahli antropologi Levi-Strauss, mitos merupakan cerita yang diwariskan secara turun-temurun Melewati lisan dan biasanya berkaitan Di dewa-dewi, hewan, maupun manusia. Berikut 15 mitos populer yang masih sering terdengar Untuk kehidupan Komunitas Jawa.


1. Duduk Di Didepan Pintu Menghalangi Jodoh

Mitos yang paling sering didengar ialah larangan Untuk perempuan Sebagai duduk Di Didepan pintu Sebab Akansegera menghalangi jodoh atau pasangan. Tetapi, jika dilihat Untuk sisi lain, pesan positif yang bisa diambil adalah duduk Di Didepan pintu Disorot tidak sopan Sebab bisa menghalangi orang lewat.

2. Keluar Rumah Di Magrib Bisa Diculik Wewe Gombel

Orang tua zaman dahulu sering melarang anak-anak keluar Rumah Di magrib Di alasan mereka bisa diculik wewe gombel, makhluk gaib yang dipercaya suka menculik anak-anak. Jika ditelisik maknanya, mitos ini digunakan Sebagai mengingatkan anak-anak agar pulang Ke Rumah Sebelumnya waktu magrib dan tidak keluar Rumah Di magrib.

3. Duduk Di Atas Bantal Bisa Menyebabkan Bisulan

Mitos ini juga sering diucapkan orang tua Di tujuan mengajarkan bahwa bantal sebaiknya hanya digunakan sebagai alas kepala, bukan sebagai tempat duduk. Hal ini juga Yang Berhubungan Di Di etika dan kebersihan.

4. Bersiul Di Malam Hari Bisa Memanggil Setan

Banyak orang tua yang memperingatkan agar tidak bersiul Di malam hari Sebab dipercaya bisa memanggil makhluk halus. Tetapi, alasan praktisnya Mungkin Saja lebih kepada menghindari kebisingan yang bisa mengganggu orang lain Di Untuk beristirahat.

5. Makan Sambil Tiduran Bisa Berubah Karena Itu Ular

Mitos ini Menyediakan pesan bahwa makan sambil tiduran tidak baik Sebagai Kesejajaran, seperti bisa menyebabkan tersedak atau gangguan pencernaan. Samping Itu, membawa Hidangan Ke tempat tidur juga dapat membuat tempat tidur kotor.

6. Nyapu Tidak Bersih Akansegera Menyambut Suami Brewokan

Mitos ini sering diucapkan kepada perempuan ketika Untuk menyapu Rumah. Jika diartikan, ini merupakan petuah yang digunakan Sebagai memotivasi anak gadis agar menyapu Di teliti dan tidak asal-asalan. Walaupun mitos ini tidak benar, menjaga kebersihan Rumah memang penting Sebagai kenyamanan dan Kesejajaran.

7. Dilarang Memakai Baju Hijau Di Pantai Selatan

Salah satu mitos yang masih sangat dipercaya dan dipatuhi hingga Di ini ialah larangan memakai baju berwarna hijau ketika berkunjung Ke pantai selatan. Warna hijau sering dikaitkan Di mitos Nyi Roro Kidul.

Penguasa laut selatan ini diyakini Akansegera marah jika melihat seseorang mengenakan warna hijau. Tetapi, secara logis, hijau dilarang digunakan Sebab warnanya menyatu Di laut dan bisa menyulitkan Regu penyelamat Untuk menemukan korban kecelakaan Di pantai.

8. Menyapu Tapi Tidak Diselesaikan

Menurut mitos, jika seorang gadis menyapu lantai dan tidak menyelesaikannya, gadis tersebut dipercaya Akansegera ditinggalkan jodohnya. Makna terselubung Untuk mitos ini adalah Sebagai Mendorong semangat kerja yang rajin, terutama Untuk hal membersihkan Rumah.

9. Dilarang Memotong Kuku Di Malam Hari

Mitos dilarang memotong kuku Di malam hari ini berasal Untuk masa lalu ketika penerangan Di malam hari belum sebaik sekarang. Supaya memotong kuku Di malam hari bisa menyebabkan kecelakaan seperti kulit yang ikut terpotong atau insiden lain yang Mungkin Saja terjadi.

10. Pamali Membahas Makan Sebelumnya Orang Tua

Untuk kepercayaan Komunitas Jawa, seorang anak dilarang Membahas dan memakan Hidangan terlebih dahulu Sebelumnya orang tuanya. Samping Itu, terdapat juga larangan lain seperti ketika kita diberi seseorang Hidangan, jangan memakannya Sebelumnya orang yang memberi itu makan atau mempersilakan.

Walaupun tidak ada ancaman kejadian buruk jika melanggar, mitos ini mengajarkan nilai sopan santun. Di mana, anak muda harus mendahulukan orang tua Sebagai Membahas Hidangan sebagai bentuk penghormatan.

11. Makan Buah Di Bijinya Bisa Tumbuh Di Kepala

Mitos lain yang sering diucapkan Komunitas Jawa ialah larangan memakan buah Di bijinya Sebab bisa tumbuh Di kepala. Mitos ini kerap digunakan Sebagai mengajarkan anak-anak agar tidak serakah dan membuang biji buah Di tempat yang sesuai, agar bisa tumbuh menjadi pohon Mutakhir, yang secara tidak langsung mengajarkan tentang kelestarian alam.

12. Meludah Di Sumur Bisa Sumbing

Mitos Berikutnya ialah larangan meludah Di Untuk sumur Sebab dapat menyebabkan kelainan bibir atau biasa disebut bibir sumbing. Jika dikaji Di Detail, bibir sumbing merupakan jenis kelainan yang didapatkan anak Dari Di Untuk kandungan.

Walaupun demikian, mitos ini mengajarkan kepada anak-anak zaman dahulu Sebagai bersikap sopan dan tidak sembarangan meludah Di sumur. Sebab, sumur digunakan sebagai sumber kehidupan seperti mandi, mencuci, masak, hingga sebagai air minum.

13. Kuku Jari Bergaris

Kuku jari bergaris jika Di Komunitas Jawa Memiliki suatu pertanda. Jika garis putih tersebut berada Di jari kanan, Menunjukkan ada seseorang yang Untuk menyukai kita.

Sedangkan, jika kuku tersebut berada Di sebelah kiri, itu pertanda ada seseorang yang membenci atau tidak suka kepada kita. Hal ini tentu hanyalah sebuah mitos Sebab kuku yang bergaris disebabkan Sebab kurangnya Gizi Di tubuh terutama kuku.

14. Larangan Memakan Hidangan Gandeng

Memakan Hidangan yang gandeng juga merupakan larangan Komunitas Jawa yang ditujukan Sebagai anak gadis yang belum menikah. Mereka beranggapan seorang gadis yang belum menikah memakan Hidangan tersebut, bisa mengakibatkan hal buruk.

Komunitas mempercayai, gadis tersebut ketika menikah Akansegera melahirkan bayi yang kembar siam. Mitos ini sebenarnya mengajarkan Sebagai tidak rakus dan makan Di suapan besar ketika makan, terutama Di Didepan umum.

15. Larangan Menggunakan Sisir yang Ompong

Mitos lain yang beredar Di Komunitas Jawa ialah larangan menggunakan sisir yang ompong atau patah Sebab dapat menyebabkan Kemiskinan Global dan cerai Di suaminya. Mitos ini masih sering dipercaya beberapa orang.

Padahal, makna sesungguhnya ketika sisir sudah rusak atau patah, kita harus menggunakan sisir Mutakhir Sebab sudah tidak layak digunakan dan menyebabkan kerusakan Di rambut. Makna lain, harga sisir Di masa lalu tergolong mahal. Tidak mengganti sisir yang rusak berarti tidak mampu membeli yang Mutakhir dan tergolong Komunitas miskin.

Mitos Berikutnya ialah larangan menunjuk makam atau kuburan hingga membaca batu nisan. Ketika tidak sengaja menunjuk makam, kita harus menggigit jari telunjuk, Setelahnya Itu membuang ludahnya.

Larangan ini Di dasarnya mengajarkan anak-anak Di zaman dahulu Sebagai bersikap sopan. Pasalnya, makam merupakan tempat yang penuh duka dan tidak seharusnya dijadikan candaan.

17. Larangan Memakan Brutu atau Pantat Ayam Sebab Menyebabkan Bodoh

Mitos yang hingga kini masih dipercaya adalah tidak memakan Dibagian pantat ayam atau brutu, Sebab dapat menyebabkan bodoh dan mudah lupa. Beberapa orang menyebutkan mitos ini tidak benar adanya, dan merupakan alasan orang tua zaman dahulu agar mereka bisa memakan brutu yang rasanya sangat nikmat tanpa berbagi Di sang anak.

Mitos-mitos ini, meski tampak sederhana dan kadang tidak masuk akal, sering kali mengandung pesan moral dan ajaran yang relevan Untuk kehidupan sehari-hari. Komunitas Jawa menggunakan mitos sebagai cara Sebagai menyampaikan nilai-nilai sopan santun.

Juga Sebagai menjaga kebersihan dan menghormati alam serta sesama. Walaupun banyak Untuk mitos tersebut kini sudah tidak lagi dipercayai secara harfiah, nilai-nilai positif yang terkandung Di dalamnya masih dapat diambil Sebagai memperkaya kehidupan Komunitas.

Artikel ini ditulis Dari Angely Rahma, peserta Magang Bersertifikat Kampus merdeka Di detikcom.

Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: 17 Mitos Komunitas Jawa dan Makna Di Baliknya