Bali –
Umat Hindu Memiliki kebiasaan unik. Salah satunya, mereka memakai beras Ke kening atau jidat Sesudah bersembahyang. Beras ini juga biasanya diletakkan Ke tenggorokan. Ada pula yang memakainya Ke daun telinga hingga Ke atas kepala.
Beras yang dipakai Sesudah sembahyang itu disebut bija. Mawija atau mabija adalah tahapan Sesudah selesai upacara mathirta atau Memperoleh air Sesudah sembahyang. Metirta dan mebija merupakan Dibagian akhir Di sebuah upacara persembahyangan.
Ke tahap ini, bija yang merupakan butiran-butiran beras Akansegera ditempelkan Ke kening dan leher peserta upacara. Tetapi, perlu diingat, setiap komunitas Hindu Ke Indonesia Bisa Jadi Memiliki cara sendiri Di menggunakan bija.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bija terbuat Di beras yang dicuci bersih, direndam Di air cendana, dan diberi pewarna kunyit agar berwarna kuning. Tetapi, Di perkembangannya, ada yang hanya menggunakan beras yang dicuci bersih.
Makna Di Bija
Bija atau wija adalah komponen penting yang terdapat Di canang. Di ajaran Veda, tindakan sederhana ini Memiliki makna yang mendalam. Bija idealnya terbuat Di beras yang utuh dan tidak patah (aksata).
Wija atau bija adalah simbol Kumara, putra atau bija Di Bhatara Siwa. Ke dasarnya, Kumara merujuk Ke benih spiritual yang ada Di setiap individu. Mawija mengandung arti Sebagai Menyusun benih spiritual ini Di diri seseorang. Benih ini hanya bisa tumbuh dan berkembang jika pikiran dan hati seseorang bersih dan suci. Maka Itu, mawija dilakukan Sesudah matirta.
Di diri manusia, ada sifat kedewataan (Daiwi-sampad) dan sifat keraksasaan (Asuri-sampad). Kedua sifat ini ada Di pikiran dan hati manusia. Menyusun benih spiritual berarti memupuk sifat kedewataan ini agar bisa mengatasi sifat keraksasaan.
Guna Menyusun sifat kedewataan ini Di pikiran dan hati manusia, penghormatan dilakukan Ke dua tempat penting, yaitu Di pikiran dan Ditengah-Ditengah kening serta Lewat menelan bija tersebut. Perlu diingat, selain sebagai simbol Kumara, wija atau bija juga digunakan sebagai persembahan.
Filosofi Di Bija
Dilansir Di Mantra Hindu Bali, bija Memiliki beberapa makna filosofis yang Yang Berhubungan Di Di spiritualisme sebagai berikut.
- Makna Kata Asal
Bija berasal Di bahasa Jawa Kuno yang diadopsi Di kata “vija” Di Bahasa Sanskerta. “Vija” Yang Berhubungan Di Di “Om,” yang merupakan nama utama Tuhan. Memakai bija Ke kening berarti memuja Tuhan Di wujud Omkara dan Menunjukkan konsentrasi pikiran Ke kesempurnaan Tuhan. - Makna Anatomi
Di konteks Siva Samhita, ada tujuh cakra utama yang memengaruhi fungsi biologis dan fisiologis tubuh. Salah satunya adalah Cakra Ajna yang terletak Ke kedua alis dan berhubungan Di pemakaian bija. Aktivasi cakra ini diharapkan dapat menciptakan Keadaan yang baik. - Makna Benih
Bija terbuat Di beras yang melambangkan lingga, simbol Siva Mahadeva, serta alam semesta yang berbentuk bulat. Bija adalah benih padi yang melambangkan Perkembangan kesucian Di kehidupan. - Makna Kesungguhan dan Kesadaran
Memakai bija menandakan keyakinan dan kesadaran Akansegera kewajiban Sebagai mendekatkan diri kepada Tuhan. Ini menciptakan rasa perlindungan dan Pengakuan Di eksistensi semua makhluk sebagai Dibagian Di kekuasaan Tuhan.
Tata Cara Penggunaan dan Penempatan Bija
Di praktik spiritual, bija diletakkan Ke lima titik atau disebut Panca Adisesa. Titik peletakannya, yaitu Di tubuh yang Disorot sensitif Di sifat-sifat kedewataan atau Ke-Siwa-an.
- Pusat Ke pusar, disebut sebagai titik Manipura Cakra, Yang Berhubungan Di Di kekuatan dan keberanian.
- Ke Dibagian hulu hati, yang disebut Hana Hatta Cakra, Disorot sebagai tempat zat ketuhanan yang terkonsentrasi.
- Ke leher, Ke luar kerongkongan atau tenggorokan, disebut sebagai titik Wisuda Cakra, melambangkan penyucian.
- Ke Di mulut, langsung ditelan sebagai simbol kesucian rohani.
- Ke Di dua alis mata, disebut Anja Cakra, sering dikaitkan Di peningkatan kesadaran spiritual dan kebijaksanaan.
Umumnya Di praktik persembahyangan, fokus diberikan Ke tiga titik utama, yaitu.
- Anja Cakra, Sebagai menumbuhkan kebijaksanaan.
- Wisuda Cakra, Sebagai mencapai Kesenangan Lewat penyucian.
- Ke Di mulut, Sebagai mencapai kesempurnaan hidup Lewat kesucian rohani.
(iws/iws)
Artikel ini disadur –> detik.com Indonesia News: Alasan Umat Hindu Bali Pakai Beras Ke Jidat Sesudah Sembahyang